Bola.com, Jakarta - Perilaku brutal yang dilakukan Syaiful Indra Cahya dengan tendangan kungfu kepada pemain Persiraja Banda Aceh, Muhamad Nadiif, pada uji coba melawan g jadi perhatian Hanafing.
Menurut pengamat dan pelaku sepak bola yang domisili di Surabaya itu, klub-klub profesional Indonesia wajib memiliki tim psikolog.
Advertisement
"Klub-klub di Eropa punya psikolog. Saat kursus lisensi AFC Pro lalu, kami juga dapat modul khusus membahas psikologis. Ternyata psikolog tak kalah penting dibanding jajaran tim pelatih. Saya tak tahu, klub di Indonesia sudah punya psikolog atau belum. Tapi menurut saya klub harus memilikinya," kata Hanafing.
Keberadaan psikolog, lanjut Hanafing, sebagai pendamping, konsultan, dan pengamat psikis pemain sehari-hari di klub.
"Psikis manusia itu tiap hari berubah. Pagi hari dia merasa nyaman dan ceria, tapi sore atau malam bisa tiba-tiba galau dan gundah dengan berbagai penyebab. Nah, perubahan ini psikolog yang paham," ujarnya.
Jika klub sepak bola profesional Indonesia memiliki psikolog, ahli itu yang memantau kejiwaan pemain. Psikolog tahu si pemain dalam kondisi psikis stabil atau sedang goyah.
"Nah, observasi psikolog ini bisa jadi masukan ke tim pelatih mengenai kondisi kejiwaan pemain. Makanya ada pemain yang main bagus di sebuah pertandingan, tapi tampil buruk di laga berikutnya. Peran psikolog yang mengontrol psikis sang pemain agar terus stabil," tuturnya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Saran untuk AHHA PS Pati
Soal kasus Syaiful Indra Cahya, legenda Persebaya ini menyarankan agar manajemen AHHA PS Pati bijak dan menelusuri penyebab perilaku brutal itu.
"Saat kursus lalu, kami tak boleh memvonis kejadian yang ada di depan mata. Tapi juga harus menganalisa, kenapa pemain berbuat tak sportif. Saya berharap manajemen PS Pati memakai psikolog sebelum menghukum Syaiful. Nanti pasti ditemukan penyebabnya Syaiful jadi brutal," jelasnya.
Penyebabnya, beber Hanafing, bisa bermacam-macam. Apakah sebelum gabung PS Pati kondisi psikis Syaiful Indra Cahya sedang tidak bagus.
"Penyebabnya kompleks. Bisa masalah pribadi dan keluarga. Bisa tekanan ekonomi, dari lawan dan tensi pertandingan. Jika sebelum main Syaiful punya pengalaman yang mengganggu psikisnya, itu bisa terbawa di permainan," paparnya.
Advertisement
Banyak Faktor
Hanafing juga menyorot kondisi Pandemi COVID-19 ini juga berpengaruh besar pada psikologis manusia.
"Pandemi ini punya pengaruh luar biasa pada perilaku manusia. Sekarang ini banyak orang depresi, takut, dan was-was hidupnya. Terutama tekanan ekonomi. Pesepak bola pun pasti terdampak. Apalagi hampir dua tahun mereka tak punya penghasilan," bebernya.
Secara pribadi, Hanafing juga merasakan dampak Pandemi COVID-19.
"Sudah empat bulan ini saya tak kerja, karena tak ada kursus pelatih. Saya juga tak melatih klub. Saya punya tabungan, tapi kira-kira cukup untuk hidup tiga bulan ke depan. Ya, saya berusaha sabar dan pintar-pintar mengatur keuangan. Saya kira banyak orang mengalami tekanan ekonomi sama," pungkasnya.