Bola.com, Makassar - PSM Makassar meraih dua poin dari dua laga pembuka BRI Liga 1 2021/2022. Striker Anco Jansen jadi sorotan lantaran mandul pada dua pertandingan tersebut.
Terakhir, PSM Makassar ditahan imbang dengan skor 1-1 oleh Arema FC dan Madura United. Padahal, pada dua laga itu, skuad asuhan Milimor Seslija punya potensi besar meraih poin penuh.
Baca Juga
PSM Klarifikasi Polemik Pemain ke-12 ketika Kalahkan Barito Putera 3-2 di BRI Liga 1: Sesuai Arahan Wasit Utama dan Cadangan
Rahmad Darmawan Ceritakan Kronologi PSM Mainkan Pemain ke-12 Vs Barito Putera di BRI Liga 1: Lawan Mengakui, Wasit Tetap Play-on
Juara Paruh Musim BRI Liga 1 2024/2025: Persebaya atau Persib?
Advertisement
Hasil ini membuat kapasitas Anco Jansen yang didatangkan PSM dengan status striker mulai dipertanyakan. Malah, penampilan eks pemain NAC Breda dan Roda JC ini dinilai tidak lebih baik dari pemain lokal.
Sebut saja Ilham Udin Armayin, penyerang sayap yang sudah mencetak dua gol buat PSM. Tentu saja ini jadi pertanyaan besar buat Anco.
"Kapasitas seorang striker dinilai dari kontribusinya buat tim baik lewat gol, assist atau pergerakannya di lapangan. Sejauh ini, aksi Anco Jansen belum memenuhi kriteria itu," tegas Mirdan Midding, eks Direktur Teknik PSM Makassar era Liga Primer Indonesia kepada Bola.com, Senin (13/9/2021).
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Murni Kebutuhan Taktik?
Di mata Mirdan, Jansen terlihat lebih pas berposisi sebagai gelandang serang bukan striker murni bertipikal 'pembunuh' di kotak penalti lawan. Padahal di posisi gelandang, PSM sudah memiliki Wiljan Pluim, Rasyid Bakri dan Sutanto Tan yang agresif di area 16 lawan.
Tak hanya pergerakan Jansen di lapangan yang menjadi sorotan, Mirdan juga heran mengapa Jansen yang menjadi eksekutor tendangan bola mati PSM.
"Coach Milomir Seslija tentu punya andil dalam hal ini karena sudah menyangkut strategi. Biasanya sebelum pertandingan, pelatih sudah menunjuk pemain yang bertugas sebagai eksekutor bola mati," terang Mirdan.
Hal senada dikatakan Yusrifar Djafar, legenda PSM yang membawa skuad PSM meraih trofi juara Perserikatan 1992 dan Liga Indonesia 1999/2000.
Menurut Yusrifar, dirinya tak habis pikir mengapa Jansen ngotot menjadi eksekutor tendangan penjuru disaat PSM butuh pemain berpostur tinggi seperti dirinya di kotak penalti lawan.
"Tendangan penjurunya juga biasa saja. Lebih baik kalau Rayid yang menjadi eksekutor tendangan penjuru seperti di Piala Menpora 2021," ungkap Yusrifar.
Â
Advertisement
Sinyal Bahaya Buat PSM
Meski belum tersentuh kekalahan, hasil dua kali imbang ini dinilai jadi sinyal bahaya buat PSM. Seperti dikatakan Karaeng Iskandar, pentolan suporter PSM. Ia merujuk hasil tim tiga promosi yakni Persik Kediri, Perseriraja dan Persita Tangerang yang sudah meraih kemenangan.
"Tanpa striker murni di kompetisi yang panjang, PSM bakal kesulitan mendapatkan kemenangan. Bisa jadi, PSM terpuruk di papan bawah alias terancam degradasi," kata Karaeng Iskandar.
Kalau penampilan Jansen tak kunjung membaik, Mirdan dan Karaeng Iskandar memprediksi pemain berpaspor Belanda itu akan mengalami nasib striker pendahulunya seperti Reinaldo Elias, Pavel Purishkin, Bruce Djite, Alessandro Ferreira Leonardo, Eero Markkanen dan Amido Balde yang hanya bertahan satu putaran kompetisi di PSM pada era Liga 1.