Bola.com, Makassar - Jalan karier seorang pesepak bola tidak ada yang tahu. Bisa berakhir manis, namun tak sedikit yang berujung pahit. Itulah yang dirasakan Ferry Taufik, jebolan PSSI Primavera yang jeblok usai batal gabung Persebaya.
Nama Ferry Taufik sempat digadang sebagai calon penyerang sayap papan atas tanah air pada awal 1990-an. Pria kelahiran Malang, 25 Februari 1976 pernah menjadi pilar penting PSSI Primavera, tim usia muda Indonesia yang berguru di Italia pada 1993.
Baca Juga
Advertisement
Ia pun sempat tampil bersama skuad Garuda Muda pada sejumlah turnamen internasional. Di antaranya Arafura Games, Piala Pelajar Asia dan Piala Asia U-19.
Dalam channel youtube Pinggir Lapangan, Ferry mengungkap cerita dirinya bisa bergabung di PSSI Primavera yang diawali dengan statusnya sebagai pemain Diklat Ragunan pada 1991.
Setahun berikutnya, Ferry bersama puluhan pemain muda yang merupakan hasil pantauan di Piala Soeratin dan Diklat sepak bola dari berbagai daerah di Indonesia menjalani seleksi proyek PSSI Primavera di Stadion Utama Senayan.
"Seleksinya sangat ketat. Saat itu, saya sempat bilang ke Kurniawan Dwi Yulianto (eks striker timnas), penampilan pesaing kita bagus semua," kenang Ferry Taufik.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kaget
Proses seleksi dipantau oleh pelatih papan atas Indonesia saat itu seperti Sucipto Soentoro, Harry Tjong, Benny Dollo dan Danurwindo. Dari 80 pemain yang ikut seleksi, terpilih 20 pemain termasuk Ferry. Sebagai ajang mencari pengalaman sebelum berangkat ke Italia, tim hasil seleksi ini mengikuti Arafura Games 1992 di Australia.
"Itu pengalaman pertama saya naik pesawat dan keluar negeri," kata Ferry Taufik.
Sepulang dari Arafura Games, Ferry dan kawan-kawan terbang ke Italia. Sebelum ke Genoa, rombongan PSSI Primavera transit di Roma, ibukota Italia.
"Sesampai di Genoa, kami sempat kaget. Selain tinggal di kawasan perbukitan Tavarone yang sunyi, menu makanan yang kami asup tiap hari terasa asing di lidah kami," ungkap Ferry yang bersama rekan-rekannya mengecap atmosfir kompetisi Primavera yang merupakan kawah candradimuka pemain muda Italia sebelum berkiprah di level senior.
Â
Advertisement
Pengalaman Pahit di Persebaya
Semusim berguru dan berkompetisi di Italia, PSSI Primavera berkiprah pada Piala U-19 yang berlangsung di Jakarta tahun 1994. Di ajang ini, Indonesia yang tergabung di Grup A bersama Suriah, Irak, Kazakhstan dan Qatar gagal ke semifinal setelah hanya mencatat satu kemenangan, dua imbang dan satu kali kali kalah.
Ironisnya, selepas ajang ini nama Ferry terlempar dari skuad PSSI Primavera yang kembali berguru di Italia. Klub asal Sumatera Barat, Semen Padang menampung Ferry pada 1995-1996.
Pada periode ini, Ferry pernah nyaris bergabung dengan Persebaya yang saat itu bermaterikan pemain bintang di kompetisi tanah air. Ferry mengungkapkan, setelah berlatih selama sepekan, ia ditawari kontrak oleh manajemen Persebaya dengan gaji Rp6 juta per bulan, nilai yang terbilang besar untuk pemain muda saat itu.
Namun, Ferry urung berkostum Persebaya karena Semen Padang tak menerbitkan surat keluar yang merupakan syarat utama buat pemain bila ingin membela tim lain. Akhirnya, Ferry kembali ke Semen Padang.
"Uang yang saya sudah terima dari Persebaya saya kembalikan. Jadi, anggapan orang yang mengatakan uang dari Persebaya saya 'makan' itu salah," tegas Ferry.
Parahnya, pengalaman pahit ini justu menjadi titik awal menurunnya karier Ferry. Setelah dari Semen Padang, Ferry menjadi bagian dari Mitra Surabaya tapi tak mendapatkan menit bermain karena cedera.
Pada periode 1998-2001, nama Ferry malah menghilang dari kompetisi Indonesia. Baru pada 2002, Ferry kembali dengan bergabung di Persekam Malang, tapi kariernya stagnan sehingga ia sempat memutuskan menjadi TKI di Malaysia.
Â
Kini Jadi Pelatih Persekam Malang
Musim 2003, ia kembali ke Persekam dan kemudian ke Persis Solo pada 2004. Selepas dari Persis, Ferry ke PS Tabanan Bali dan pensiun sebagai pemain setelah memperkuat tim Bank Sumsel Palembang.
Setelah pensiun, Ferry meneruskan kariernya sebagai pelatih. Ferry tercatat pernah menangani YSK 757 Karimun pada 2016. Setahun berikutnya, Ferry melatih PSBI Blintar di Liga 2 2017.
Ferry juga pernah menjadi pelatih PSTK Kepri pada 2019. Kini, ia menangani Persekam Malang yang berkirah di Liga 3 zona Jawa Timur.
Advertisement