Bola.com, Surabaya - Kursi pelatih kepala Persebaya Surabaya mulai memanas memasuki pekan keempat BRI Liga 1 2021/2022. Hal ini dilatarbelakangi hasil buruk Bajul Ijo yang meraih satu kemenangan dan dua kekalahan dalam tiga pertandingan.
Berbagai tekanan datang dari Bonek, suporter Persebaya Surabaya, kepada para pemain termasuk juga sang pelatih kepala, Aji Santoso. Sebab permainan tim bertajuk Bajul Ijo pun masih labil untuk bersaing di papan atas BRI Liga 1.
Baca Juga
Advertisement
Persebaya wajib menang saat berjumpa dengan Bhayangkara FC pada pekan keempat, Jumat (24/9/2021). Jika tidak, bukan tidak mungkin tekanan muncul untuk menggoyang kursi kepelatihan Aji Santoso.
"Aji tahu sejarah tim lawan. Kalau sampai tidak meraih tiga poin, silakan angkat kaki dari surabaya," tulis akun twitter @Green_Nord27, sebuah kelompok bonek penghuni tribune utara.
Unggahan itu diiringi gambar logo Bhayangkara FC yang dulunya terlibat dualisme dengan Persebaya. Publik sepak bola nasional pasti tahu bahwa dua tim ini sempat terlibat dalam sengkarut permasalahan hak cipta.
Itu buntut dari Persebaya yang dipaksa terdegradasi dari ISL 2009/2010 yang menggemparkan sepak bola nasional. Akibat insiden itu, manajemen Persebaya Surabaya kemudian mengambil keputusan tidak ingin berlaga di Divisi Utama 2010/2011. Sebagai wujud protes, mereka pun memilih berkompetisi di LPI 2011 yang merupakan kompetisi tandingan ISL.
Momen inilah yang mengawali kemudian muncul sebuah tim bernama serupa. Mereka menggunakan nama Persebaya DU kemudian mendatangkan pemain Persikubar Kutai Barat untuk menggantikan kiprah Persebaya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kisah Singkat Awal Polemik
Keputusan meninggalkan kompetisi resmi telah berbuntut panjang hingga dualisme. Persebaya 1927, nama yang digunakan untuk membedakan dengan Persebaya DU, masih berkompetisi di IPL pada musim 2011/2012 dan 2013. Dualisme kompetisi masih mewadahi mereka berkiprah.
Namun, lain halnya dengan musim 2014. Persebaya 1927 telah hlang. Sebagai pengganti Persebaya DU yang naik kasta ke ISL 2014 muncul dengan menggunakan nama Persebaya Surabaya.
Selama lebih dari lima tahun dualisme, bonek gamang melihat klub idamannya tidak bertanding. PSSI pun tidak mengakui. Penantian bonek itu akhirnya makin jelas saat Persebaya tandingan berganti nama mulai dari Persebaya United, Bonek FC, Surabaya United, hingga Bhayangkara Surabaya United.
Klub tandingan itu tak lagi bisa menggunakan berbagai atribut yang identik dengan Persebaya, sampai saat ini menggunakan nama Bhayangkara FC setelah saham mayoritasnya dibeli oleh Polri pada 2016.
Â
Advertisement
Harus Menang, atau...
Kebetulan Persebaya Surabaya kini sedang goyah dan Bhayangkara FC justru berada di papan atas. The Guardians mengantongi tujuh poin dari dua kemenangan dan satu kekalahan.
Bonek ingin Bajul Ijo benar-benar bangkit dan mampu menumbangkan klub yang pernah mencederai hati masyarakat Surabaya.
"Persebaya adalah jiwa dan raga. Jika tidak bermain dengan hati, silakan pergi," tulis akun Instagram @greennord.27.
Persebaya mengawali musim baru dengan De Javu. Bila tidak ada perubahan dalam segi permainan 'biasa' di pertengahan musim, akan terjadi pergantian pelatih. Siklus seperti ini hampir setiap musim berulang. Entah letak kesalahan berada di tangan Sang Nakhoda atau terletak pada awak kabin?
Dari catatan pertemuan, kedua tim ini telah berjumpa lima kali sejak pertama kali berhadapan pada 2018. Hasilnya, Persebaya lebih unggul lewat tiga kemenangan, berbanding hanya satu laga yang dimenangkan oleh Bhayangkara FC.
Persaingan di BRI Liga 1
Advertisement