Bola.com, Jakarta - PSS Sleman masih dalam situasi genting menjelang seri kedua BRI Liga 1 2021/2022. Kondisi PSS itu tidak terlepas dari hasil jeblok selama enam laga di seri pertama, yang berujung mereka terkapar di posisi bawah klasemen sementara.
PSS Sleman tercatat baru mengemas satu kemenangan, dua hasil imbang, dan tiga kekalahan. Kim Jeffrey Kurniawan dan kolega terpaku di posisi ke-15 dengan lima poin dan rawan semakin terjerumus di zona degradasi.
Baca Juga
Alan Bernardon Ungkap Kunci Sukses Tampil Moncer Bersama PSS di BRI Liga 1: Enjoy Bermain di Indonesia
Persib Manfaatkan Jeda Internasional dengan Menggelar Coaching Clinic untuk Anak Usia 7-12 Tahun
Bursa Transfer Paruh Musim BRI Liga 1 2024 / 2025 Bakal Panas: Siapa Lagi yang Merapat Selain Eks Bek Lazio?
Advertisement
Masalah besar lain yang harus dihadapi PSS adalah tekanan dari para suporternya agar manajemen klub berbenah. Terutama adalah tuntutan agar pelatih Dejan Antonic meletakkan jabatannya.
Sang pelatih dianggap gagal membawa PSS ke pencapaian yang diinginkan para Sleman fans. Manajemen PSS masih memberikan kesempatan bagi sang pelatih dan wajib membuktikan perubahan di seri kedua.
Direktur Utama PSS Sleman, Marco Gracia Paulo, kembali angkat bicara menanggapi situasi yang sedang dihadapi timnya. Ia mengaku PSS memasuki masa sulit sejak mengawali BRI Liga 1 dengan hasil kurang memuaskan, tapi juga yakin bisa bangkit.
Tidak hanya tekanan untuk memecat pelatih, tetapi Marco Gracia turut menjadi sasaran suporter agar ikut mengundurkan diri. Begitu juga pemain belakang, Arthur Irawan yang turut diminta angkat kaki dari PSS.
“Bagaimanapun juga saya tetap percaya PSS. Namun harus diakui ini memang masa sulit bagi PSS. Meski demikian, saya optimistis PSS Sleman akan menyelesaikan ini dan maju lagi bersama,” terang Marco Gracia Paulo, Kamis (14/10/2021).
“Hal ini sesungguhnya sudah saya sampaikan kepada teman-teman suporter. Kami melakukan pertemuan sampai tiga kali, termasuk dengan Pak Sismantoro (mantan manajer PSS Sleman). Saya katakan langkah kami bakal berat di awal kompetisi karena persiapan kami terlambat” tuturnya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kesepakatan Berbagai Pihak
Marco Gracia Paulo seperti dalam unggahan video di akun Instagramnya, mengaku bahwa akar dari problem yang dihadapi saat ini sebenarnya telah dipahami jauh-jauh hari oleh berbagai pihak publik PSS, termasuk para suporter. Menurutnya, ada pembicaraan dengan suporter bahkan hingga mengupas strategi dan peluang mendapat poin dari sejumlah pertandingan PSS.
Ia menjelaskan, saat itu suporter bisa memahami dan mendukung tim sehingga tidak ada permasalahan saat PSS mengarungi kompetisi. PSS memang melakukan start kurang bagus. Setelah sukses menahan Persija Jakarta 1-1 di laga pertama, PSS kalah dari Persiraja Banda Aceh 3-2. PSS akhirya menang 2-1 atas Arema FC. Namun mereka kemudian menelan kekalahan dari Madura United dan Persebaya Surabaya.
Hasil buruk saat melawan Persebaya membuat Sleman Fans kecewa. Kinerja Dejan dinilai tak memuaskan sehingga mereka mendesak pelatih asal Serbia itu diberhentikan. Apalagi tren negatif tim belum berakhir setelah ditahan Persik Kediri 0-0 sehingga PSS gagal keluar dari zona bawah.
“Setelah kekalahan dari Persebaya, saya sudah berkomunikasi dengan perwakilan Sleman Fans dan beberapa teman yang dituakan di Sleman. Kami bersama-sama menyusun statemen yang nantinya dikeluarkan manajemen. Setelah berkali-kali direvisi, kami dan perwakilan suporter akhirnya sepakat yang kemudian diunggap. Saya sampaikan manajemen akan melakukan evaluasi ketat di seri kedua. Tidak ada kata-kata mengenai pemberhentian pelatih atau apa pun,” lanjut Marco.
Advertisement
Menyayangkan Sikap Suporter
Marco sendiri harus menerima kenyataan dirinya mendapat cercaan, bahkan keluarganya mendapat teror. Ketika pertemuan dengan suporter di Bandung, Marco yang dalam kondisi kurang sehat mendengar beragam perkataan tidak etis dari suporter yang ditujukan untuknya.
Pertemuan belum berakhir, Marco mengalami serangan jantung sehingga harus dilarikan ke rumah sakit. Dalam situasi itu, Marco masih mendapat cercaan dari para suporter fanatik tim berlogo candi Prambanan itu.
“Saya bingung mengapa bisa terjadi? Bagaimana ketika keluarga Anda jatuh terus diteriaki seperti itu oleh keluarga sendiri. Saya tidak mengerti dan saya berharap suatu hari bisa memperbaiki itu,” keluh Marco.
“Di media, saya masih juga dibilang berakting dan lain-lain. Saya tidak mengerti bagaimana perasaan istri saya melihat suaminya dikatakan seperti itu. Sementara, ada perwakilan suporter yang tahu bagaimana keadaan saya saat menjalani perawatan,” jelas mantan Deputi Sekjen PSSI tersebut.
Di Peringkat Berapa PSS Saat Ini?
Advertisement