Bola.com, Jakarta - Nama Charis Yulianto sempat jadi bek tangguh sekaligus kapten Tim Indonesia era 2000-an. Meski sekarang sudah gantung sepatu dan meniti karier sebagai pelatih, belakangan dia menceritakan pengalamannya semasa jadi pemain. Itu disampaikannya dalam kanal Youtube Omah Bal-Balan.
Meski sempat bermain di klub besar seperti Arema FC, PSM Makassar, Persija Jakarta dan Persib Bandung, tapi karakter bermainnya berubah lebih baik ketika membela Sriwijaya FC musim 2007-2010.
Advertisement
Pelatih Rahmad Darmawan (RD) yang membuat permainan kerasnya berubah jadi stoper tapi tetap tangguh. "Selama saya main bola, baru dengan Coach RD mengerti betul taktik pemain belakang harus seperti apa. Berubah drastis memang. Benar-benar paham main bola yang benar,” kata Charis Yulianto.
Seperti diketahui, Charis gabung Sriwijaya FC bersamaan dengan sang pelatih. Di awal, dia mengira RD sosok pelatih yang keras. Karena latar belakangnya seorang militer.
"Saya juga heran waktu awal masuk Sriwijaya. Coach RD mungkin keras karena dari militer. Ternyata dia orang yang berpengaruh ke dalam lapangan hingga kehidupan sehari-hari. Beliau sampaikan masuk sini (Sriwijaya) harus berubah cara main. Karakter pelan-pelan dibangun. Beliau sangat berjasa,” sambung pria yang kini melatih di NZR Sumbersari, Malang itu.
Di awal kemunculan Charis, dia jadi stoper yang keras. Kartu kuning seakan sudah biasa didapatkannya. Bahkan dia sempat menerima sanksi dua bulan di musim 1998 saat membela Arema. Charis disanksi lantaran berkelahi dengan striker Persmin MInahasa, Stenley Mamuaya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Langganan Timnas Setelah Berubah Karakter
Ketika karakternya berubah jadi lebih tenang, Charis Yulianto makin ajeg jadi bagian Timnas Indonesia. Dia jadi jadi palang pintu Merah Putih ketika di ajang Piala Tiger 2004 (kini AFF Cup), Piala Asia 2007 dan berbagai ajang lainnya.
Selain itu, gelar di klub juga makin banyak bersama Sriwijaya FC. Dia merasakan juara ISL dan dua gelar Copa Indonesia.
Jika karakternya tidak diubah RD, belum tentu karir Charis bisa sebagus itu. RD membuat Charis lebih tenang juga demi kebaikan tim. Karena sebelumnya dirinya terlalu banyak melakukan pelanggaran di dekat kotak penalti bisa membuat kerugian bagi tim.
Advertisement
Kenangan Belajar Berdasi di Timnas
Ketika membela Timnas Indonesia, Charis masih menyimpan kenangan lucu. Tepatnya di ajang Piala Asia 2007 silam. Waktu itu dia masih ingat, Indonsia bakal bersua Bahrain pada laga pertama. Tapi fokusnya teralihkan malam hari sebelum pertandingan.
"Di Piala Asia 2007 ada pengalaman baru bagi saya dan semua yang ada di tim. Biasanya, berangkat ke lapangan (saat pertandingan) dengan style olahragawan. Tapi di Piala Asia ini berbeda. Semua wajib pakai setelan jas dan dasi. Sebagian tidak bisa pakai dasi, termasuk saya,” kelakarnya.
Waktu itu, dasi yang dipakai harus dipakai secara manual. Malam harinya, Charis yang sekamar dengan Firman Utina justru fokus belajar memakai dasi ketimbang pertandingan lawan Bahrain.
"Malam itu saya satu kamar dengan Firman. Karena tidak bisa juga pakai dasi, jadi minta tolong sama Bambang Pamungkas besoknya,” kenang dia.
Sumber: Omah Bal-Balan
Di Mana Posisi Arema Saat Ini?
Advertisement