Bola.com, Semarang - Nama Sartono Anwar akan sangat sulit dilupakan oleh publik PSIS Semarang. Dia adalah pelatih yang pertama kali mempersembahkan gelar juara bagi Mahesa Jenar di pentas sepak bola Indonesia.
Sartono Anwar membawa PSIS juara kompetisi Perserikatan di tahun 1987 dengan mengalahkan Persebaya Surabaya, adalah bukti sentuhan magis pria kelahiran Semarang 30 September 1942. Sekaligus menjadi gelar pertama bagi PSIS sepanjang sejarah klub.
Baca Juga
Bursa Transfer Paruh Musim BRI Liga 1 2024 / 2025 Bakal Panas: Siapa Lagi yang Merapat Selain Eks Bek Lazio?
Berstatus Raja Tandang, tapi Jeblok di Kandang: Pelatih Persik Bertekad Jadikan PSIS Tumbal Kebangkitan di BRI Liga 1
Mengenal Pemain Eks Lazio dan AS Roma yang Diincar PSIS: Bek Tangguh Jebolan Timnas Argentina
Advertisement
Predikat profesor melekat pada Sartono Anwar sebagai seorang juru taktik andal. Filosofi permainan, gaya melatih, hingga taktik jitunya, menjadikan Sartono Anwar sebagai pelatih legendaris. Selain membesut PSIS, Sartono tercatat juga pernah melatih Assyabaab Salim Grup, Petrokimia Putra, Arseto Solo, Persibo Bojonegoro, hingga Persisam Samarinda.
Setelah tidak lagi menjadi pelatih klub profesional, Sartono Anwar lebih banyak menghabiskan waktu menularkan ilmu untuk anak-anak. Ya, dirinya menjadi pelatih untuk Sekolah Sepak Bola (SSB) miliknya yaitu Tugu Muda.
Namun sayangnya pandemi COVID-19 memaksa aktivitas di SSB Tugu Muda vakum. Untuk menyambung hidup keluarganya, Sartono Anwar kini banting setir di bidang kuliner, dengan berjualan bakso di Kota Semarang.
Warung bakso milikinya dinamai ‘Barokah’ yang berada di kompleks Stadion Diponegoro Semarang dan telah dirintisnya sejak bulan Juni 2021 lalu. Predikatnya sebagai pelatih legendaris PSIS hingga ayah dari Nova Arianto (asisten Pelatih Timnas Indonesia), tidak membuatnya gengsi atau malu untuk menekuni bisnis kuliner saat ini.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Bukan yang Pertama
Usia Sartono Anwar telah menginjak 75 tahun, namun tekadnya untuk mencari nafkah tetap besar. Pandemi COVID-19 membuatnya tidak patah arang bekerja meski dari luar lapangan hijau.
Sebagai informasi, usaha berjualan bakso yang digagas Sartono Anwar berawal dari adanya kesempatan istrinya mengikuti pelatihan UMKM, khusunya cara membuat bakso. Untuk itulah ilmu yang didapat diwujudkan dengan membuka warung.
Usaha kuliner bakso yang dirintis Sartono Anwar sebenarnya sudah dimulai pada tahun 2008. Ia pernah berjualan bakso di rumahnya saat masih tinggal di Pondok Indah, Jakarta.
“Kemudian sempat belajar membuat bakso Malang bersama istri. Sampai akhirnya kali ini berakhi membuka sendiri,” ungkap Sartono Anwar.
Pada saat awal berjualan, wilayah Kota Semarang masih dalam suasana Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat. Sehingga jumlah pengunjung dibatasi. Namun kini warung bakso Sartono Anwar bertambah ramai.
“Jenis bakso Malang. Daging baksonya nya empuk, kuahnya juga segar,” ujar Budi Cahyono, satu di antara pengunjung warung bakso milik Sartono Anwar.
Advertisement
Julukan Profesor
Kiprah Sartono Anwar sebagai pelatih yang penuh karakter, membuatnya mendapat predikat prefosor oleh para eks anak didiknya. Mantan anak buahnya di PSIS, Ahmad Muhariah bercerita panjang lebar mengenai sosok Sartono yang ia sebut profesor.
Muhariah bersama almarhum Ribut Waidi (legenda PSIS), membawa klub pujaan kota Lunpia berada di titik tertinggi kala itu. Kedisiplinan yang dibawa Sartono Anwar jadi kunci utama PSIS menjadi tim terbaik. Sartono dikenal sebagai pelatih yang menekankan tanggung jawab besar bagi para pemainnya.
"Sewaktu bermain, saya sering dilatih banyak pelatih senior. Kalau secara strata pendidikan, saya ibaratkan beliau ini sudah levelnya profesor, bukan hanya guru atau dosen lagi," kata Ahmad Muhariah kepada Bola.com, Kamis (30/4/2020).
“Sampai sekarang beliau masih aktif membina anak-anak di akademi dan tetap bergelut dengan sepak bola. Termasuk pelatih yang saya anggap paling komplet segalanya,” jelasnya.