Bola.com, Surabaya - Manajemen Persebaya Surabaya meminta proses yudisial di PSSI bisa berlangsung transparan, khususnya di Komite Disiplin atau Komdis. Persebaya berharap pihak-pihak yang terkait bisa dimintai keterangan sebelum mengambil keputusan, tidak dilakukan sepihak dengan mengambil satu atau dua sumber.
Permintaan itu datang dari manajer Persebaya Surabaya, Candra Wahyudi. Dia merujuk kepada insiden yang dialami oleh gelandang Bruno Moreira yang menjalani sanksi larangan bertanding dalam dua laga BRI Liga 1.
Baca Juga
Daftar Calon Bek Baru Juventus Pengganti Bremer dan Cabal Sejauh Ini, Siapa Hendak Dibeli pada Januari 2025?
Striker Legendaris Persik, Johan Prasetyo Wibowo Bangga Melihat Sang Putra Bakal Menimba Ilmu di Spanyol
Gelandang Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Akan Sangat Indah jika Bisa Melawan Belanda dan Tijjani di Piala Dunia 2026
Advertisement
Hal itu seperti yang tertuang dalam SK Komdis 018/L1/SK/KD-{SSI/X/2021. Pemain berpaspor Brasil tersebut didakwa melanggar Kode Disiplin Tahun 2018 yakni memukul pemain Persipura, Israel Wamiau.
“Ini sebagai masukan untuk perbaikan kinerja Komdis dan badan yudisial yang ada,” kata Candra dalam rilis yang diterima Bola.com, Sabtu (30/10/2021).
“Semestinya, pihak-pihak yang terkait bisa diminta keterangan terlebih dulu sebelum mengambil keputusan. Sehingga keputusan yang diambil berdasar pertimbangan menyeluruh,” imbuh pria berusia 44 tahun itu.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Friksi Bruno dan Israel
Sanksi yang didapat oleh Bruno Moreira ini merupakan imbas dari perseteruannya dengan bek Persipura Jayapura, Israel Wamiau, dalam pekan ketujuh lalu (16/10/2021). Friksi yang melibatkan mereka ini sempat memanaskan pertandingan. Padahal, insiden itu terjadi di pengujung laga.
Dalam duel itu Bruno mulanya dilanggar dulu oleh David Rumakiek saat dalam situasi perebutan bola. David menarik baju Bruno yang sudah menguasai bola dan akan kembali melakukan serangan. Setelah itu, terlihat Israel yang menyentuh Bruno dan melahirkan reaksi keras.
Bruno mendorong Israel yang dibalas dengan dorongan balik. Bruno pun terjatuh dan sempat lahir adu mulut antarpemain dari kedua kesebelasan. Tak menunggu lama, wasit langsung mengganjar dua pemain itu dengan kartu merah langsung.
Advertisement
Seharusnya Sudah Selesai
Perseteruan mereka tidak berlarut panjang. Israel memutuskan langsung meminta maaf kepada gelandang asal Brasil itu tersebut setelah friksi yang melibatkan keduanya. Tapi, mereka tetap mendapat larangan bertanding dalam satu laga sesuai regulasi.
Bruno juga sudah menjalani hukuman dengan tidak tampil saat Persebaya ditahan imbang 1-1 oleh Persela Lamongan di pekan kedelapan (21/10/2021). Dia juga absen saat timnya menang 1-0 atas Persija Jakarta di pekan kesembilan (26/10/2021).
Masalahnya, Bruno ternyata juga mendapat larangan bertanding dalam laga terdekat kontra Persiraja Banda Aceh, Minggu (31/10/2021) malam. Tentu saja Persebaya mempertanyakan kejelasannya karena Bruno sudah menjalani larangan bertanding sebanyak dua laga.
Persebaya merasa keputusan itu dilakukan secara sepihak. Pihak klub maupun Bruno tidak pernah dimintai keterangan terkait insiden itu. Komdis PSSI disinyalir hanya menjadikan pengawas pertandingan sebagai sumber sebelum memberi hukuman kepada pemain.
“Multitafsir seperti ini tak perlu terjadi bila komunikasinya bagus. Seperti ini, lagi-lagi klub yang dirugikan. Ini menyangkut rasa keadilan. Saya kira bisa dihindari bila pihak yang didakwa juga dimintai keterangan. Sehingga keputusan nanti bisa benar-benar pas,” ucap Candra.
Minta Komunikasi Lebih Jelas
Sejauh ini, lanjut Candra, Persebaya tidak pernah mendapatkan penjelasan utuh terkait dengan tugas dan kewenangan Komdis PSSI. Bagaimana mekanisme pengambilan keputusan dan hal-hal lain yang bersinggungan dengan klub.
Menurut Candra, bila keputusan sepihak ini dibenarkan oleh aturan, maka aturan itu yang harus diperbarui. Ini semata untuk meningkatkan kualitas keputusan sekaligus menghindari prasangka yang tidak perlu.
“Semestinya ini (komunikasi) dilakukan, karena keputusan mereka bersinggungan langsung dengan klub. Selama ini tak pernah ada sosialisasi atau informasi apapun. Tahu-tahu dihukum. Kalau memang ada aturan seperti itu, mari kita diskusikan. Semua bisa (diubah) demi kebaikan bersama,”tutur Candra.
Advertisement