Bola.com, Jakarta - Persipura Jayapura tengah terpuruk di BRI Liga 1 2021/2022. Dari sepuluh kali penampilan musim ini, peraih empat trofi juara Liga Indonesia ini hanya meraih satu kemenangan serta dua imbang dan tujuh kali kalah.
Meski terbilang minor, posisi Jacksen Tiago sebagai pelatih kepala tim berjuluk Mutiara Hitam relatif masih aman. Pencapaian sementara Persipura musim ini dinilai bukan karena kesalahan strategi yang diterapkan Jacksen.
Baca Juga
Advertisement
Tapi, kondisi tim yang tak pernah tampil dengan kekuatan penuh membuat tim kebanggaan masyarakat Papua ini gagal meraih hasil sesuai harapan.
Apalagi, berbeda dengan pelatih lain yang pernah menangani Persipura, Jacksen Tiago mendapat tempat yang spesial di hati pendukung Persipura.
Kali pertama menangani Persipura pada 2008, Jacksen Tiago langsung mempersembahkan trofi juara. Tak hanya sekali, Jacksen kembali membawa Persipura meraih trofi juara pada musim 2010-2011 dan 2012-2013.
Meski begitu, pada berbagai kesempatan, Jacksen mengaku pencapaian suksesnya itu merupakan buah kerja keras seluruh elemen tim yang ditanganinya serta dukungan total suporter. "Saya juga termasuk orang yang beruntung berada pada waktu dan tempat yang pas," kata Jacksen.
Pribadi rendah hati dan terbuka ini membuat Jacksen menjadi pelatih terlama menangani Persipura di era Liga Indonesia. Pelatih berpaspor Brasil tercatat dua periode di Persipura.
Pertama, Jacksen menggantikan peran Raja Isa pada 2008 dan bertahan sampai 2014. Periode kedua, ia menerima tawaran manajemen Persipura yang memutus kontrak Luciano Leandro pada awal musim Liga 1 2019.
Â
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Awali Karier di Petrokimia
Jacksen Tiago adalah pelaku sepak bola asing yang terbilang lama berkarier di Indonesia dengan raihan trofi juara baik sebagai pemain dan pelatih. Sebagai pemain, ia pernah membawa Persebaya Surabaya meraih trofi juara Liga Indonesia 1996-1997.
Pada musim itu, ia juga meraih gelar pencetak gol terbanyak. Ketika beralih profesi menjadi pelatih, ia sudah meraih empat trofi juara Liga Indonesia. Masing-masing satu kali bersama Persebaya Surabaya di musim 2004 dan tiga kali mempersembahkan gelar juara buat Persipura pada 2008, 2010-2011 serta 2012-2013.
Tak hanya menangani klub, Jacksen pun sempat didaulat menjadi pelatih tim nasional Indonesia pada kualifikasi Piala Asia 2015. Awal karier Jacksen di Indonesia diawali dengan berkostum Petrokimia Putera pada Liga Indonesia 1994/1995.
Dalam channel Youtube Omah Balbalan, Jacksen mengungkapkan, sejatinya tak sekalipun dalam benaknya keinginan berkarier dan menetap di Indonesia.
"Ketika di Brasil, saya tak pernah mendengar atau membawa apapun tentang Indonesia. Termasuk Bali yang termasuk surga wisata dunia," kata Jacksen.
Malah, negara yang menjadi tujuan utamanya untuk mengembangkan kariernya di sepak bola adalah Malaysia. Menurut Jacksen, agen yang menaungi mereka memang menyebut negara tetangga itu ketika hendak menuju Asia.
"Jadi, sepanjang perjalanan yang ada dalam benak saya adalah Malaysia. Bukan Indonesia. Tapi, semuanya berubah ketika kami tiba di Singapura," terang Jacksen.
Â
Â
Advertisement
Bukan Malaysia, tapi Indonesia
Di bandara Singapura, Jacksen bersama enam pemain lainnya bertemu Anghel Ionita, agen asal Rumania yang menjadi penghubung.
Betapa terkejutnya Jacksen dan kawan-kawan ketika Anghel akan melanjutkan perjalanan ke Indonesia. "Karena bagasi sudah terlanjur di pesawat menuju ke Jakarta, kami pun terpaksa setuju," kisah Jacksen.
Sesampai di Jakarta, Jacksen sempat berunding dengan rekan-rekannya. "Di antara mereka, saya hanya mengenal Da Costa, Carlos de Mello, Fransico dan Gomes de Oliviera. Dua nama lainnya saya lupa karena kami memang baru ketemu ketika di pesawat," ungkap Jacksen.
Jacksen menambahkan, sejatinya sempat terbersit keinginan untuk pulang ke Brasil. Tapi, ia kemudian membulatkan tekad mencoba berkarier di Indonesia. Apalagi, saat itu, mereka tiba tepat di malam Natal 2013 dan tiket pulang ke Brasil tertanggal 7 Januari 2014.
"Waktu saya pikir, saya telah melewatkan kesempatan merayakan Natal dan Tahun Baru bersama keluarga di Brasil. Mungkin ada hikmah dibalik semua ini," kenang Jaksen.
Â
Disangka Seorang Petinju
Esok harinya, Anghel Ionita mempertemukan Jacksen dan kawan-kawan dengan sejumlah pengurus klub Indonesia yang berminat memakai jasa pemain asing.
"Saya dan Carlos akhirnya dipilih oleh Petromikimia Putera. Yang lainnya ada yang bergabung di Pelita Jaya, Mitra Kukar dan PKT Bontang," tutur Jacksen.
Jacksen mengungkap cerita lucu kala ia dan Carlos bertemu Petrokimia Putera yang diwakili oleh Imam Supardi selaku manajer. Jacksen yang bertubuh kekar dan berotot disangka petinju oleh Imam.
"Carlos malah dikira bencong karena penampilannya yang santai. Kami pun ke Gresik dan akhirnya justru mencetak prestasi lebih baik dengan membawa Petrokima menembus final Liga Indonesia 1994-1995," papar Jacksen yang pernah setahun menjadi tentara angkatan laut di Brasil ini.
Seperti diketahui, Jacksen berhasil membawa Petrokimia menembus final musim itu. Sayang, dilaga puncak, Perokimia yang dijagokan meraih juara takluk 0-1 ditangan Persib Bandung pada laga final yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, 30 Juli 1995.
Duel ini juga diwarnai dengan keputusan kontroversial Zulkifli Chaniago (Bengkulu) yang menganulir gol Jacksen pada menit ke-30.
Advertisement