Bola.com, Jakarta - Fenomena melakukan naturalisasi pemain untuk klub atau Timnas Indonesia bukan hal baru. Praktik tersebut sudah berlangung selama beberapa tahun.
Yang terbaru, pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, mengajukan empat pemain keturunan di Eropa untuk dinaturalisasi oleh PSSI. Keempatnya adalah Sandy Walsh, Jordi Amat, Mees Hilgers, dan Kevin Diks.
Baca Juga
Semangat Membara Bang Jay Idzes Menyambut Lanjutan R3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Maret 2025!
Erick Thohir Ingin Timnas Indonesia Tuntaskan Putaran 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan 12 Poin: Ada Bonusnya
Marselino Ferdinan dan 3 Pemain Diaspora Timnas Indonesia yang Main Kinclong saat Taklukkan Arab Saudi: Petarung Tangguh
Advertisement
Ketua PSSI, Mochamad Iriawan mengatakan bahwa Shin Tae-yong meminta keempat pemain itu untuk dinaturalisasi karena Timnas Indonesia butuh pemain berpostur tinggi.
Keempat pemain yang disodorkan oleh Shin Tae-yong itu berposisi sebagai bek dan bertinggi di atas 180 cm. Sandy Walsh menjadi pemain keturunan yang paling tinggi dengan 185 cm, disusul Jordi Amat 184 cm, Mees Hilgers 183 cm, dan Kevin Diks 182 cm.
"Shin Tae-yong butuh pemain yang bisa diandalkan saat bola mati ketika Timnas Indonesia bertahan dan menyerang," kata Iriawan dalam diskusi bersama wartawan di Garuda Store, Jakarta Pusat, Senin (15/11/2021).
"Menurut dia, tinggi badan itu cukup penting. Sebab hal itu bisa memenangkan bola mati atau bola atas," jelas pria yang karib dipanggil Iwan Bule tersebut.
Dalam daftar skuad Timnas Indonesia saat ini, empat dari lima bek tengah Timnas Indonesia sebenarnya berpostur cukup ideal. Elkan Baggott (196 cm), Fachrudin Aryanto (185 cm), Ryuji Utomo (183 cm), dan Victor Igbonefo (183) cm dapat menjadi jaminan untuk menyapu bola atas.
Ketimbang posisi bek, Timnas Indonesia darurat pemain naturalisasi untuk lini depan kaitannya dengan postur tubuh. Dari empat striker, hanya Ezra Walian yang tingginya lebih dari 180 cm, tepatnya 185 cm. Postur Dedik Setiawan (177 cm), Kushedya Yudo (173 cm), dan Hanis Saghara (173 cm) tidak cukup optimal untuk menjadi pemain nomor punggung sembilan.
Melihat keinginan Shin Tae-yong menaturalisasi pemain, sebenarnya seberapa efektif metode ini? Selama ini, tak semua pemain naturalisasi untuk kepentingan memperkuat timnas, ada yang menjadi strategi klub memperoleh prestasi secara instan.
Tak semua pemain naturalisasi bisa mengilap. Bahkan ada pemain naturalisasi yang hanya dipanggil memperkuat timnas beberapa sekali saja, atau bahkan sama sekali tak mendapat panggilan ke timnas.
Kini, beberapa pemain tersebut ada yang memilih kembali ke negaranya, ada juga yang meniti karier sebagai pelatih. Berikut Bola.com rangkum dari berbagai sumber, pemain-pemain naturalisasi gagal bersinar di Timnas Indonesia.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
1. Tonnie Cusell
Pemain bernama lengkap Tonnie Harry Cusell itu dinaturalisasi pada 2012. Kemudian setelah ajang Piala AFF 2012, Tonnie Cussell sempat bermain untuk Barito Putera hingga 2014.
Namun, setelah itu Cusell harus didepak tim berjulukan Laskar Antasari itu karena kariernya terus menurun. Padahal, Tonnie Cusell sempat digadang-gadang menjadi pemain bintang.
Setelah itu ia pulang ke negara asalnya, Belanda dan Cusell sempat bermain bersama klub amatir Belanda, Nieuw Utrecht 2015. Kemudian kariernya berlanjut ke klub amatir lainnya, yakni Ajax Zaterdag, di divisi lima Liga Belanda.
Pada awal Liga 1 2019, Tonnie sempat diisukan bergabung dengan Persija Jakarta, namun tampaknya hal tersebut hanya sebatas rumor.
Advertisement
2. Ruben Wuarbanaran
Ruben Wuarbanaran resmi menjadi WNI jelang SEA Games 2011. Namun, kariernya bersama Timnas Indonesia hanya seumur jagung.
Setelah itu, Ruben bergabung dengan Pelita Jaya selama satu musim, yakni hingga 2012. Bersama Pelita Jaya Ruben tak menampilkan performa apik.
Dua tahun kemudian Ruben dikontrak klub divisi terbawah Liga Jerman, SV Honnepel-Niedermormter. Di tim tersebut Ruben hanya sebagai pemain pengganti.
Seiring berjalannya waktu, karier Ruben Wuarbanaran justru terus menurun. Padahal, usianya masih masih cukup muda.
3. Raphael Maitimo
Raphael Maitimo resmi menjadi WNI satu hari jelang babak penyisihan grup Piala AFF 2012. Raphael Maitimo menjalani debut bagi Timnas Indonesia saat menghadapi Laos pada 21 November 2012.
Dalam pertandingan tersebut, Maitimo mampu bermain apik dengan mencetak gol pertama Timnas Indonesia. Namun, karier Maitimo di Timnas Indonesia kurang lebih hanya berlangsung hingga 2015.
Setelah itu, ia jarang mendapat panggilan untuk memperkuat Timnas Indonesia. Padahal, Raphael Maitimo bermain sangat bagus di level klub.
Di level klub, ia pernah membela Mitra Kukar, Sriwijaya FC, Arema, Persib Bandung, Persija Jakarta, PSIM Yogyakarta, PSM Makassar, dan kini Persita.
Advertisement
4. Bio Paulin
Pemain asal Kamerun itu resmi menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) pada 2015. Bio Paulin sempat beberapa kali mencicipi bermain di level timnas.
Namun, setelah itu Indonesia harus dibekukan FIFA dan seiring berjalannya waktu, permainan Bio Paulin terus menurun. Kondisi tersebut membuat Bio Paulin tak pernah lagi mendapat panggilan ke timnas.
Padahal, Bio Paulin tampil sangat gemilang saat membela Persipura Jayapura (2007-2017).
5. Sergio van Dijk
Sergio van Dijk resmi menjadi WNI pada 2014. Van Dijk melakoni debut sebagai pemain Timnas Indonesia saat Pasukan Garuda menghadapi Arab Saudi di Pra Piala Asia 2015.
Setelah tak lagi bermain di Liga Indonesia, nama Sergio van Dijk jarang muncul di pemberitaan sepak bola Indonesia. Terakhir, ia memutuskan pulang ke kampung halamannya di Belanda.
Terbaru, selain belajar jadi pelatih, mantan pemain Persib Bandung itu menyibukkan diri sebagai agen pemain.
Advertisement
6. Jhonny van Beukering
Jhonny van Beukering merupakan satu di antara pemain keturunan Indonesia-Belanda yang dinaturalisasi jelang Piala AFF 2012. Namun, karier Jhonny van Beukering bersama Timnas Indonesia bisa dibilang sangat singkat.
Ia hanya melakoni dua pertandingan saja bersama Tim Garuda. Kondisi tersebut membuat Jhonny van Beukering memutuskan berkarier di Belanda.
Namun, nasib nahas sempat menimpa Jhonny van Beukering pada 2014. Ia sempat ditahan pihak kepolisian karena diduga memiliki tanaman ganja di rumahnya.
Setelah tak lagi bermain sepak bola, kini Jhonny dikabarkan menjadi staf pelatih klub sepak bola amatir di Belanda bernama SC Veluwezoom U-13.
Menariknya, ia dikabarkan rela tak dibayar sebagai pelatih karena klub tersebut merupakan klub tersebut dekat dengan keluarganya.