Bola.com, Jakarta - Empat pemain keturunan Indonesia di Eropa berposisi sebagai pemain belakang. Bagaimana nasib para bek lokal di Timnas Indonesia kelak?
PSSI berencana untuk menaturalisasi empat pemain keturunan buat Timnas Indonesia. Keempatnya adalah Kevin Diks, Jordi Amat, Sandy Walsh, dan Mees Hilgers.
Baca Juga
3 Pemain dan Pelatih Terbaik Pekan 15 BRI Liga 1: Kontribusi untuk Kemenangan Besar, Ada yang Jebol Gawang Mantan
Deretan Bintang Premier League yang Harga Pasarnya Terjun Bebas pada Akhir Tahun 2024: Ada Kevin De Bruyne sampai Christopher Nkunku
Mengulas Gaya Bermain Timnas Indonesia dan Filipina pada Piala AFF 2024: Saatnya Pragmatis?
Advertisement
Keempatnya adalah permintaan dari pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong.
Sandy Walsh dan Kevin Diks berposisi sebagai bek sayap kanan, posisi yang selama ini diperankan Asnawi Mangkualam. Adapun Jordi Amat dan Mees Hilgers adalah bek tengah, tempat Baggott bermain.
Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Hasani Abdulgani, meyakinkan bahwa para bek lokal tidak perlu takut dengan keberadaan empat pemain keturunan nantinya di Timnas Indonesia.
Hasani menjelaskan jika Kevin Diks, Jordi Amat, Sandy Walsh, dan Mees Hilgers dapat membela Timnas Indonesia, persaingan di lini belakang akan makin kompetitif.
"Untuk kepentingan Timnas Indonesia, para bek lokal bisa bersaing. Kami mencari yang terbaik supaya Timnas Indonesia tidak kalah melulu," kata Hasani.
"Kecuali kalau kasihan terhadap pemain. Kalau main kasihan-kasihan, buat saja yayasan sepak bola. Bagaimana nasib pemain lokal nanti? Pemain lokal kan tidak jelek. Cuma, kalau ada saingan, mereka akan termotivasi," jelas Hasani.
Hasani mengungkapkan bahwa tiga nama telah bersedia untuk berpindah kewarganegaraan demi Timnas Indonesia. Ketiganya adalah Sandy Walsh, Mees Hilgers, dan Jordi Amat.
Hasani berharap kehadiran para pemain keturunan ini kelak dapat memotivasi bek lokal Timnas Indonesia, bukan sebaliknya.
"Kalau mereka tidak punya motivasi, mereka akan merugi. Sebab prinsipnya, Timnas Indonesia itu dalam istilah kami adalah Undang-Undang Dasar, yang paling tinggi hukumnya," tutur Hasani.
"Timnas Indonesia itu mengumpulkan para pemain terbaik dari semua pemain yang ada, termasuk lokal dan dari luar negeri."
"Jadi saya berharap dengan rencana kami ini, pemain lokal jadi bersaing. Jadi punya motivasi lebih untuk merebut posisi supaya tempatnya tidak direbut oleh pemain yang bermain di luar negeri," paparnya.
Bagaimana nanti susunan pemain Timnas Indonesia dengan empat pemain keturunan dan mengakomodasi para bek lokal?
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tulang Punggung di Eropa
Empat peman keturunan Indonesia bukan nama sembarangan. Sandy Walsh, Kevin Diks, Jordi Amat, dan Mees Hilgers adalah tulang punggung di klubnya masing-masing.
Sandy Walsh, misalnya, pemain berusia 25 tahun itu selalu bermain sebagai starter untuk KV Mechelen di First Division A atau kasta teratas Liga Belgia musim ini.
Jordi Amat, yang bermain di kompetisi yang sama dengan Sandy Walsh, tapi di klub berbeda, beraksi 15 kali untuk AS Eupen sebagai pemain utama. Bek berusia 29 tahun itu hanya sekali absen.
Mees Hilgers melejit menjadi pilar lini belakang FC Twente di Eredivisie atau divisi paling elite di Liga Belanda. Palang pintu berusia 20 tahun itu dimainkan 13 kali dalam 14 pertandingan, dengan sebelas di antaranya menjadi starter.
Kemudian di Superliga atau kasta teratas Liga Denmark, Kevin Diks cuma dua kali tidak diturunkan FC Copenhagen dari 17 pertandingan kompetisi domestik. Pemain berusia 25 tahun itu tampil sebagai pemain utama dalam sebelas partai.
Advertisement
Full Pemain Keturunan
Bagaimana lini pertahanan Timnas Indonesia kelak jika naturalisasi empat pemain itu terwujud? Bola.com mencoba untuk mengulas dua versi sektor belakang impian bagi Skuad Garuda.
Pertama dengan pakem 4-1-4-1, pola yang biasa dipakai Shin Tae-yong di Timnas Indonesia.
Empat pemain keturunan itu akan full mengisi jantung pertahanan Timnas Indonesia. Sandy Walsh sebagai bek sayap kanan, Mees Hilgers dan Jordi Amat menjadi duo bek tengah, Kevin Diks sebagai bek sayap kiri.
Posisi naluriah Kevin Diks sebenarnya adalah bek sayap kanan, namun perannya akan bentrok dengan Sandy Walsh yang juga terbiasa bermain di pos itu.
Oleh karena itu, satu di antara keduanya perlu dikorbankan untuk bermain di posisi lain. Catatan Transfermarkt, ketimbang Sandy Walsh, Kevin Diks lebih sering bermain sebagai bek sayap kiri.
Dalam tiga musim belakangan, mantan pemain Fiorentina itu pernah lima kali bermain di posisi itu.
Sandy Walsh bukannya tidak pernah dipasang sebagai bek sayap kiri. Namun, jika perbandingannya dengan Kevin Diks, bek berpaspor Belanda itu hanya tiga kali beraksi di pos tersebut dalam periode yang sama.
Kedatangan empat pemain keturunan itu kelak akan menggusur bek lokal bertalenta Timnas Indonesia seperti Asnawi Mangkualam, Elkan Baggott, hingga Pratama Arhan.
Kombinasi dengan Bek Lokal
Pakem 4-2-3-1 menjadi pilihan dalam formasi kedua Timnas Indonesia dengan empat pemain keturunan demi mengakomodasi talenta lokal di lini belakang.
Sandy Walsh dan Jordi Amat dapat didorong ke depan sebagai double pivot dan sebagai gantinya Asnawi Mangkualam dan Elkan Baggott dapat bermain menjadi bek sayap kanan dan tengah.
Sandy Walsh cukup akrab dengan posisi sebagai gelandang bertahan. Dia pernah tujuh kali memainkan peran itu pada 2018/2019 sesuai data Transfermarkt.
Jika diakumulasi, Sandy Walsh telah 26 kali bertanding menjadi gelandang bertahan sejak 2014/2015.
Jordi Amat juga tidak asing dengan tugas sebagai gelandang jangkar. Alumnus Timnas Spanyol U-21 ini sempat dimainkan lima kali menjadi tukang jagal pada 2019/2020.
Total, Jordi Amat membukukan 18 penampilan di posisi gelandang bertahan selama sepuluh tahun terakhir.
Bandingkan dengan Mees Hilgers yang belum pernah bermain sebagai gelandang tengah dan Kevin Diks yang baru lima kali beraksi di posisi itu sepanjang kariernya.
Formasi 4-2-3-1 demi memanfaatkan Asnawi dan Baggott ini terpaksa mengorbankan Rachmat Irianto dan Ricky Kambuaya dalam starting eleven impian Timnas Indonesia dengan empat pemain keturunan versi kedua.
Advertisement