Bola.com, Bandung - Gelandang Persib Bandung, Dedi Kusnandar, bercerita mengenai perjuangan beratnya ketika masih belajar sepak bola. Dedi sempat berjalan kaki dari Bandung ke rumahnya di Jatinangor, Sumedang, yang ditempuhnya selama sekitar tiga jam.
Hal itu dilakukan Dado, sapaan akrab Dedi Kusnandar, karena tidak punya ongkos pulang setelah berlatih di Sekolah Sepak Bola (SSB) UNI Bandung.
Baca Juga
Persib Disindir Bobotoh dengan Sebutan Badut Asia, Bojan Hodak: Kami Memang Tak Cukup Kuat di Liga Champions
Kondisi Makin Bugar, David da Silva Siap Bela Persib dan Bungkam Lion City Sailors
AFC Champions League 2: Dimas Drajad Diparkir saat Hadapi Lion City, Diharapkan Siap Tempur Hadapi Borneo FC
Advertisement
Padahal, ongkos untuk pulang telah diberikan orang tuanya sebelum berangkat. Hanya saja, Dado tidak mengetahui uang tersebut lantaran disimpan dalam saku tas yang tertutup.
"Jadi orang tua menyimpan uang saku itu di tas tertutup dan saya enggak tahu. Setelah beres latihan jam 12, saya enggak punya ongkos untuk pulang ke Jatinangor, padahal sebenernya ada," ujar Dedi Kusnandar dalam channel YouTube Tiento Indonesia.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Takut Tersesat
Dado sebenarnya bisa saja meminta tolong teman atau tim pelatih untuk mengantarkannya ke rumah. Namun, eks pemain Pelita Jaya ini masih malu-malu karena masih berstatus siswa baru di SSB UNI.
Selama perjalanan pulang, pemilik nomor punggung 11 ini jalan kaki mengikuti arah angkutan umum jurusan Jatinangor. Tak tanggung-tanggung, dia menempuh perjalanan selama tiga jam ke kediamannya.
"Saya takut kesasar, jadi mengikuti Angkutan umum. Belok-belok ikut arah angkot, padahal lewat jalan pintas juga bisa. Saya pulang menangis karena kaki lecet semua," kata Dedi Kusnandar.
Advertisement
Sebuah Perjuangan
Bagi pemain berusia 30 tahun tersebut momen jalan kaki ke Jatinangor merupakan pengalaman paling berharga dan sulit dilupakan. Sebab, dari kejadian tersebut Dedi Kusnandar banyak belajar mengenai perjuangan.Â
"Ya itu perjuangan, tapi mungkin pemain lain juga banyak yang juga punya hal yang sama, bahkan lebih besar. Untuk saya, itu perjuangan yang paling berat dan diingat," ucapnya.
Menjadi pemain sepak bola memang menjadi cita-cita Dedi Kusnandar sejak kecil. Impian besar itu, dikatakan Dado, tak lepas dari dukungan keluarga tercintanya.
"Keluarga tuh semua gila sepak bola, termasuk bapak saya. Dulu bapak main tarkam amatir, pernah seleksi di Persib. Kebetulan juga anaknya ada tiga, semua cowok. Jadi semua didoktrin untuk suka sepak bola," paparnya.