Sukses


Jejak Kurniawan Dwi Yulianto, Orang Indonesia Pertama yang Bakal Jadi Asisten Pelatih di Italia

Bola.com, Jakarta - Kurniawan Dwi Yulianto akan menjadi asisten pelatih tim Serie B Liga Italia, Como 1907. Ia jadi orang Indonesia pertama yang menjadi tim kepelatihan di level profesional sepak bola Italia.

Menurut Kurniawan, ia sudah dihubungi pihak Como sejak masih menjadi pelatih tim Liga Malaysia, Sabah FA.

"Enggak kebayang (jadi asisten pelatih Como), enggak punya mimpi juga. Tahun lalu saat mereka promosi ke Serie B, saya dihubungi Pa Mirwan (Suwarso, pemilik Como)," cerita Kurniawan.

"Dia ingin ada pelatih asal Indonesia untuk jadi asisten. Tapi saat itu saya masih ada kontrak dengan Sabah."

"Ya alhamdulillah, mungkin sudah jalannya. Saat saya komunikasi lagi, mereka masih memberikan kesempatan," lanjutnya.

Karier kepelatihan Kurniawan Dwi Yulianto terbilang masih muda. Tentu, dengan menjadi asisten pelatih di Italia, kemampuannya akan makin terasah.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Pasang Surut

Kurniawan Dwi Yulianto tak asing dengan Eropa. Pada 1995, berdasarkan rekomendasi Sampdoria, Kuniawan bergabung FC Luzern, klub yang berlaga di kompetisi kasta tertinggi Swiss. Ia dinilai butuh jam terbang untuk mematangkan kemampuannya.

Selepas dari FC Luzern, Kurniawan sempat mengikuti latihan pramusim Sampdoria pada 1996. Tapi, ia tiba-tiba memutuskan pulang ke Indonesia.

Sepulang dari Eropa, Kurniawan ditampung Pelita Jaya, klub milik Nirwan Bakrie yang juga pemodal proyek PSSI Primavera. Selama di Pelita, pamor Kurniawan mengalami masa surut.

Ia memang sempat menggeliat dengan menjadi top skorer sementara pada Liga Indonesia 1997-1998. Tapi, ketika itu kompetisi terhenti karena krisis ekonomi dan politik melanda Tanah Air.

Pada periode ini, nama Kurniawan tercoreng menyusul kasus narkoba. Ia dituduh mengomsumsi narkoba jenis sabu pada sebuah hotel di Surabaya tahun 1997. Beruntung, kariernya terselamatkan dan ia kembali bangkit.

Nurdin Halid adalah sosok penting kebangkitan Kurniawan. Pengusaha asal Makassar ini mengajak Kurniawan bergabung ke PSM Makassar jelang musim 1999-2000. Di Juku Eja, pamor Kurniawan kembali benderang.

 

3 dari 4 halaman

Juara Liga Indonesia

Bersama PSM, ia meraih trofi juara Liga Indonesia kali pertama setelah Juku Eja menekuk PKT Bontang 3-2 di laga final yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta.

Pada musim itu juga, ia nyaris menjadi top skorer kompetisi. Ia hanya kalah satu gol dari Bambang Pamungkas (Persija Jakarta), pencetak gol terbanyak 24 gol.

"Seharusnya Kurniawan bisa menjadi top skorer andai ia mau jadi eksekutor saat PSM mendapat hadiah penalti di penyisihan wilayah," jelas Miro Beldo Bento, duetnya di lini depan PSM.

Berkat aksinya, nama Kurniawan dipanggil masuk skuat timnas Indonesia di Piala Asia 2000. Setahun kemudian, Kurniawan jadi bagian penting PSM saat lolos ke final Liga Indonesia 2000-2001 dan semifinal Liga Champions Asia 2001 zona Timur.

Setelah musim semi berakhir di PSM, Kurniawan hengkang ke PSPS Pekanbaru yang kala itu menjadi tim 'pengoleksi pemain tim nasional pada 2001-2003.

 

4 dari 4 halaman

Timnas Indonesia

Dari PSPS, ia menyeberang ke Persebaya. Di klub kebanggaan Bonek ini, Kurniawan meraih trofi juara Liga Indonesia untuk kali kedua pada musim 2004.

Sukses bersama Persebaya jadi klimaks perjalanan karier sepakbola Kurniawan. Perlahan tapi pasti pamornya meredup.

Memperkuat sejumlah klub seperti Persija Jakarta, Serawak FA (Malaysia), PSS Sleman, Persitara Jakut, Persisam Samarinda dan Persela Lamongan, pencapaian Kurniawan tak lagi benderang.

Setelah pensiun sebagai pemain pada 2013, Kurniawan mencoba peruntungan menjadi pelatih. Setelah berkutat di pembinaan usia muda, ia ditarik manejemen timnas untuk menjadi asisten pelatih.

Klub Liga Super Malaysia, Sabah FA jadi kiprah pertama Kurniawan sebagai pelatih kepala. Ia menangani Sabah FA mulai 2020.

Namun, kiprahnya di Sabah FA terbilang datar sampai manajemen klub itu memutuskan tak memperpanjang kontraknya yang habis pada Desember 2021.

Video Populer

Foto Populer