Bola.com, Jakarta - Timnas Timor Leste akhirnya harus mengakui ketangguhan Timnas Indonesia 1-4 pada FIFA matchday yang digelar di Stadion Kapten I Wayan Dipta Gianyar, Bali, Kamis (27/1/2022).
Kendati mengalami kekalahan cukup mencolok, performa anak asuh Fabio Magrao ini sempat mengejutkan Evan Dimas dkk. Buktinya, pada babak pertama Paulo Gali cs tampil rancak dan sesekali menekan pertahanan Indonesia.
Baca Juga
VIDEO: Hokky Caraka Ungkap Kondisi Para Pemain Timnas Indonesia Jauh Lebih Siap Hadapi Filipina
Hasil Piala AFF 2024: Malaysia Tersingkir, Singapura Runner-up Grup A, Thailand Calon Kuat Lawan Timnas Indonesia
Hokky Caraka Santai Lini Serang Timnas Indonesia Melempem Jelang Hadapi Filipina di Piala AFF 2024: Yang Penting Menang
Advertisement
Puncaknya, Paulo Gali lewat aksi individunya sukses menjebol gawang yang dijaga Syahrul Trisna Fadilah menit ke-35. Striker mungil klub Lalenok FC di Liga 1 Timor Leste ini juga jadi aktor terjadi pelanggaran di kotak penalti.
Namun sayang eksekusi dari titik putih di penghujung babak pertama gagal dimaksimalkan Mouzinho Barreto de Lima. Tendangan pemain berusia 19 tahun itu sukses diblok kiper Syahrul Fadilah.
Babak kedua, baik Timor Leste maupun Indonesia melakukan banyak pergantian pemain. Situasi pun berbalik. Pasukan Garuda empat kali memberondong gawang Timor Leste.
Aksi Timor Leste ini mendapat perhatian Nanang Hidayat. Pria asal Lombok, NTB ini cukup paham kualitas para pemain negara bekas provinsi ke-27 Indonesia di era Orde Baru ini.
Dia pernah merasakan atmosfer kompetisi Liga 1 Timor Leste sebagai pelatih kiper di Lalenok FC pada 2019-2020. Berikut catatan dari pengamatan Nanang Hidayat tentang penampilan Timor Leste melawan Timnas Indonesia.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kualitas Pemain Tak Merata
Nanang Hidayat tak heran Timor Leste bisa tampil bagus pada babak pertama. Karena di awal babak mereka masih bugar.
Namun babak berikutnya baru kelihatan kekuatan stamina pemain berangsur-angsur akan menurun. Penyebab utama karena kompetisi di Timor Leste tak seketat Indonesia.
Sehingga persiapan di klub juga kurang maksimal. Tentu saja ini berimbas pada pemain yang dipanggil ke Timnas Timor Leste. "Sepakbola di Timor Leste punya prospek, tapi belum benar-benar dikelola dengan baik. Program latihan di klub juga kurang, otomatis berpengaruh pada pemain saat membela Timnas," kata Nanang Hidayat.
Mantan kiper Arema era 1990-an ini juga menyorot kualitas individu pemain yang tak merata. "Teknik personal pemain tak rata. Ada satu dua pemain memang sangat menonjol. Tapi ini permainan tim yang butuh dukungan pemain lain di lapangan," tuturnya.
Nanang menunjuk aksi ciamik Paulo Gali di lini depan. "Saya tahu Paulo punya teknik dan visi main bagus. Dia seperti main sendirian, karena pemain lain tak memiliki skill seperti Paulo," ujarnya.
Advertisement
Kiper Belum Ditangani Serius
Selama berkarier di Liga 1 Timor Leste, Nanang Hidayat juga melihat kiper di klub tak ditangani serius. Sehingga ini juga berpengaruh bagi Timnas.
"Klub-klub di Timor Leste memang punya pelatih kiper. Tapi kebanyakan mereka mantan kiper di klub lokal. Karena kompetisi tak ketat, tentu saja pelatih tak bisa melahirkan kiper tangguh," jelasnya.
Pengalaman pelatih kiper, menurut Nanang Hidayat, sangat penting. "Pelatih yang mantan kiper klub lokal juga berpengaruh besar. Ketika masih aktif main dengan kompetisi tidak ketat, tentu pelatih itu tak punya pengalaman dibanding negara dengan kompetisi ketat," ucapnya.
Padahal, lanjut Nanang, kiper di klub Timor Leste punya postur bagus. Tapi sayang, mereka tak digembleng pelatih bagus.
"Pelatih kiper sangat vital. Jika dia berpengalaman akan bisa mengajarkan seorang kiper bagaimana membaca permainan, positioning, dan arah bola dengan tepat," paparnya.
Nanang mengamati beberapa momen yang berakibat gol bagi gawang Timor Leste. "Komunikasi kiper dengan bek sangat kurang. Ada momen seharusnya kiper bisa menguasai bola, tapi jadi blunder akibat miskomunikasi," katanya.