Bola.com, Jakarta - Bertambah lagi pemain Indonesia yang berkesempatan meniti karier di luar negeri. Pemain terbaru yang bisa melakukannya adalah Pratama Arhan.
Bek kiri PSIS Semarang itu digaet oleh tim J2 League, Tokyo Verdy. Arhan mendapatkan kontrak selama dua tahun di klub yang identik dengan warna hijau itu.
Baca Juga
Teka-teki Klub Baru Pratama Arhan Jika Pulang Kampung di BRI Liga 1 2024/2025: Pilih Ikut Kakak atau Tepati Janji?
Bukan Hanya Blunder Rotasi, Shin Tae-yong juga Telat Lakukan Pergantian Pemain saat Timnas Indonesia Dihajar China
Baru Masuk, Sekali Lempar Berujung Gol, Pratama Arhan Masih Menjadi Senjata Rahasia Timnas Indonesia
Advertisement
Di Tokyo Verdy, Arhan akan mendapatkan nomor punggung delapan. Arhan kini bersama agennya sedang menyelesaikan beberapa dokumen terakhir sebelum terbang ke Jepang untuk bergabung bersama tim barunya itu.
Arhan memang jadi salah satu pemain yang diisukan akan segera meninggalkan PSIS untuk pindah ke luar negeri belakangan ini. Apalagi setelah penampilan apiknya di ajang Piala AFF 2020 lau.
Rupanya, Pratama Arhan bukan pemain PSIS atau pemain yang pernah merasakan tempaaan PSIS pertama yang bisa bermain di kompetisi luar negeri. Bola.com punya daftarnya di bawah ini.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Indriyanto Nugroho
Sosok kelahiran Sukoharjo, Jawa Tengah ini sempat lama membela PSIS. Indiyanto membela tim berjuluk Mahesa Jenar itu dari tahun 2003 hingga 2007.
Prestasi yang bisa diberikan Indriyanto pun terbilang lumanyan. PSIS pernah ia bawa menjadi juara tiga Liga Indonesia 2005 dan runner-up di Liga Indonesia 2006.
Namun, sebelum memperkuat PSIS sosok yang akrab disapa Nunung ini pernah bermain di Eropa bersama Indonesia Primavera di Italia selama satu musim penuh. Yakni pada musim 1994-1995.
Nunung pun punya kisah menarik selepas berkompetisi di Eropa itu. Ia pernah dijuluki Mister Cepek dari media dan penggemar sepak bola Tanah Air.
Julukan itu bermula dari kasus transfer yang melibatkan Arseto Solo dengan Pelita Jaya tahun 1996. Saat itu, Nunung disebut masih menjadi mili Arseto Solo yang kemudian dibawa ke proyek PSSI Primavera di Italia.
Arseto akhirnya bersedia melepas sang pemain ke Pelita, namun dengan transfer sangat murah yakni Rp100. Uang itu hanya sebagai formalitas saja dan sedikit ejekan kepada Pelita waktu itu.
Advertisement
Supriyono
Mantan pemain sayap ini pernah merasakan berkompetisi di level junior bersama PSIS Semarang. Bahkan, ia pernah membela PSIS di ajang Piala Haornas pada awal tahun 1990-an.
Selepas tampil apik di tim level junior, Mahesa Jenar itu, Supri kemudian terpilih untuk mengikuti program Primavera di Italia.
Rupanya saat itu Supri dinilai sebagai salah satu pemain yang menonjol di skuad Primavera. Hal itu membuat klub Swedia bernama, Helsingborgs sempat merekrut Supri.
Namun, Supriyono hanya bertahan beberapa bulan saja di klub itu. Ia kemudian memutuskan pulang ke Tanah Air untuk memperkuat Pelita Jaya.
Kurnia Sandy
Mantan kiper handal ini adalah pemain seangkatan dari Supriyono. Keduanya merintis karier bersama-sama di tim Piala Haornas PSIS Semarang, dan keduanya juga sama-sama bermain untuk tim Primavera.
Sama seperti Supri, Kurnia juga sempat merasakan bermain di Eropa meski hanya semusim. Saat itu Kurnia Sandy masuk ke dalam skuad Sampdoria tepatnya di musim 1996-1997.
Namun, Kurnia hanya jadi kiper keempat saat itu. Bahkan di beberapa sesi wawancara, Kurnia mengaku kerap dijadikan rekan latihan tendangan bebas legenda Sampdoria, Sinisa Mihajlovic.
Kurnia Sandy sendiri merupakan sosok yang lahir di Semarang. Namun, di level senior, ia tak pernah memperkuat PSIS Semarang
Advertisement