Bola.com, Jakarta - Persebaya Surabaya masih dalam euforia keberhasilan menghentikan rekor tak terkalahkan Arema FC di BRI Liga 1 2021/2022. Mereka menang tipis 1-0 dalam pekan ke-27 di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Rabu (23/2/2022) malam.
Gol tunggal laga panas bertajuk Derbi Jatim ini dicetak oleh striker gaek Samsul Arif Munip di menit ke-79. Satu-satunya gol yang dicetak oleh Samsul itu tentu menjadi penentu kemenangan Persebaya atas tim rival Arema.
Baca Juga
PSSI Cari Pelapis Maarten Paes di Timnas Indonesia, Intip-Intip Emil Audero: Apalagi Kalau Lolos ke Putaran 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
Piala AFF 2024: Timnas Indonesia Tak Perlu Main Cantik saat Menjamu Filipina, yang Penting Menang dan ke Semifinal
Alasan Kenapa Semua Lawan Selalu Tampil Spartan jika Bertemu Timnas Indonesia di Piala AFF 2024
Advertisement
Kemenangan Persebaya itu menghentikan rekor Arema yang sebelumnya melewati 23 pertandingan tak terkalahkan secara berturut-turut di BRI Liga 1. Ini jadi kekalahan kedua Singo Edan musim ini.
Meski posisi di klasemen belum berubah, persaingan papan atas kian panas BRI Liga 1. Tambahan tiga poin membuat Persebaya tetap di peringkat kelima dengan 51 angka. Arema turun ke posisi runner-up dengan 55 poin.
Sayangnya, hasil ini merembet ke luar lapangan. Muncul oknum suporter yang melakukan teror ke ASIFA, akademi milik Aji Santoso. Bahkan, terjadi pula pembacokan dengan sajam terhadap Bonek oleh oknum suporter lain.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Rivalitas Bonek dan Aremania
Sudah menjadi rahasia umum bahwa dua tim ini terlibat dalam rivalitas sejak lama. Pertemuan antara Arema dan Persebaya selalu melahirkan persaingan sengit di dalam lapangan. Tak jarang, suporter turut meramaikan rivalitas tim kebanggaan mereka.
Aremania dan Bonek juga dikenal sebagai dua kelompok suporter yang memiliki hubungan kurang baik. Dua kelompok ini belum bisa dipertemukan sehingga tak akan ada lawatan Aremania ke Surabaya atau Bonek ke Malang.
Munculnya perselisihan kedua kelompok suporter itu memang masih menjadi tanda tanya mengingat kedua tim lahir dengan jarak tahun yang cukup jauh. Persebaya lahir pada 1927, sementara Arema didirikan pada 1987.
Banyak yang berpendapat bahwa rivalitas kedua kelompok suporter itu lahir karena persaingan Persebaya dengan Persema Malang untuk menunjukkan yang terbaik di Jawa Timur. Saat Arema lahir, warga Malang pun mulai beralih mendukung tim tersebut.
Selama ini, muncul berbagai catatan dan tulisan yang menyebutkan bahwa rivalitas antara Aremania dan Bonek merupakan representasi dari Malang dan Surabaya. Kedua kota itu memang dikenal sebagai dua kota terbesar di Jawa Timur.
Seperti sudah disebutkan, kedua tim ini memiliki sejarah yang berbeda karena lahir di era yang berbeda pula. Tapi, Arema dan Persebaya merupakan klub Jawa Timur yang sama-sama mengoleksi banyak gelar juara.
Â
Advertisement
Tim Perserikatan vs Tim Galatama
Persebaya, yang lahir pada 18 Juni 1927, memiliki sejarah panjang dengan berkiprah di Perserikatan, kompetisi sepak bola warisan pemerintah kolonial Belanda. Tim Bajul Ijo mengoleksi empat gelar Perserikatan, kedua terbanyak setelah Persija Jakarta.
Sedangkan Arema, yang didirikan pada 11 Agustus 1987, merupakan klub yang berkompetisi di Galatama. Kompetisi ini disebut sebagai semi profesional karena membolehkan klub merekrut pemain asing, hal yang dilarang oleh Perserikatan.
Tim berjulukan Singo Edan itu mampu menjuarai Galatama edisi 1992 dengan masih bernama Arema Malang. Pertemuan pertama Arema dan Persebaya terjadi pada Piala Utama 1992, tepatnya pada 25 Oktober 1992.
Piala Utama sendiri adalah sebuah turnamen yang mempertemukan kontestan terbaik Perserikatan dan Galatama. Persebaya keluar sebagai pemenang laga itu dengan skor 2-1. Belum ada perseteruan suporter dari dua klub ini.
Baru pada 1994-1995, Perserikatan dan Galatama dilebur menjadi satu kompetisi dengan nama Liga Indonesia. Kompetisi itu sempat dinaikkan menjadi Indonesia Super League pada 2008 dan kini menjadi Liga 1 sejak 2017.
Â
Tertimpa Masalah Dualisme usai Rivalitas Mulai Meruncing
Persebaya tercatat memenangi dua gelar Divisi Utama Liga Indonesia, tepatnya pada tahun 1996-1997 dan 2004. Arema juga tidak ketinggalan karena menjadi yang terbaik merengkuh trofi Indonesia Super League 2009-2010.
Di musim 2009-2010, rivalitas keduanya seolah meruncing. Karena, saat Arema keluar sebagai kampiun, Persebaya justru terdegradasi ke Divisi Utama musim berikutnya.
Setelah musim itu, kedua klub sama-sama mengalami masalah dualisme akibat konflik yang mendera PSSI. Persebaya sudah menyelesaikannya karena tim tandingan ini telah berganti nama menjadi Bhayangkara FC.
Tapi, Arema belum merampungkan dualismenya hingga sekarang. Saat terdapat klub bernama Arema FC di kasta tertinggi, masih ada klub lainnya dengan nama Arema Indonesia yang juga melahirkan masalah di internal Aremania.
Advertisement