Bola.com, Denpasar - Kata otoriter sering berkonotasi negatif. Karena di dalamnya selalu erat dengan pemaksaan kehendak sang penguasa. Namun otoriter bisa berdampak positif, jika si pemegang otoritas menjalankan dengan tujuan baik.
Otoritas positif ini yang diberlakukan Javier Roca sejak memegang kendali skuat Persik Kediri di putaran kedua BRI Liga 1 2021-2022. Pelatih asal Cile ini tak mau wewenangnya dipengaruhi atau ada campur tangan orang lain di dalam tim.
Baca Juga
Advertisement
Terutama menyangkut hal-hal teknis, seperti program latihan dan menyusun komposisi pemain yang bakal ditarungkan di sebuah pertandingan. Bahkan, seorang Arthur Irawan yang konon jadi 'anak emas' waktu di PSS Sleman pun, kini patuh dengan kebijakan Javier Roca.
Javier Roca lebih mengutamakan kepentingan dan misi tim Persik Kediri tampil mentereng di kompetisi. Tak pelak lagi. Beberapa pemain yang sebelumnya sering merumput harus rela tak memakai jersey, duduk manis di bangku cadangan, atau hanya masuk ke lapangan beberapa menit saja.
"Sejak awal, saya bilang ke semua pemain. Kita utamakan tim, bukan untuk tujuan satu orang pemain tertentu. Mereka harus kerja keras. Kami juga sudah berkomitmen anak-anak harus rela tidak main, tampil penuh, atau hanya main satu menit. Hingga kini semua pemain menerima kebijakan ini," kata Javier Roca.
Â
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Dampak Positif
Pemain asli Kediri yang berjasa memberi gelar juara untuk Persik pada Liga 2 2019 dan promosi ke Liga 1 2020 seperti Adi Eko Jayanto, Faris Aditama, Ibrahim Sanjaya, kiper Fajar Setya Jaya, Eka Sama Adi, dan Risna Prahalabenta pun legawa dengan kebijakan Roca.
Namun Javier Roca tak menjalankan kebijakan otoriter dengan tangan besi. Bahkan, yang menarik, mantan gelandang Persija saat aktif bermain ini, tetap memberi kesempatan semua pemain mendapatkan menit bermain.
Pemain 'bau kencur', Bagas Satrio yang masih minim pengalaman pun diberi jam terbang. Jeam Kelly Sroyer, striker belia yang diboyong dari PSBS Biak juga ditarungkan. Termasuk keberanian Javier Roca memasang kiper muda, Muhammad Adi Satryo, yang sebelumnya sama sekali tak dimainkan di PSS pun diberi kepercayaan.
Sosok senior laiknya Antoni Putro Nugroho dan Hariyanto Panti mau tak mau harus berbesar hati digeser Fahmi Al-Ayyubi yang dipinjam dari Bali United. Bahkan striker utama asal Spanyol, Youssef Ezzejjari, juga pernah ditarik keluar saat memasuki babak kedua.
"Saya selalu ingin menurunkan skuat terbaik. Jadi semua pemain harus kerja keras. Jika seorang pemain fit, tapi saya tak mainkan dia. Karena karakter dia tak cocok untuk melawan tim yang kita hadapi. Jika hingga saat ini Persik bisa konsisten, karena semua elemen tim pegang komitmen," tuturnya.
Advertisement
Tim Jadi Dinamis
Selain menit bermain, Javier Roca tak ingin mengkultuskan peran salah satu pemain dalam tim Persik. Meskipun si pemain berjasa dan layak menjadi yang terbaik di laga tersebut.
"Saya tak mau sebut si A atau si B, jadi pahlawan Persik. Meski pemain itu tampil bagus dan cetak gol, dia bisa lakukan itu karena dukungan pemain lain. Saya lebih suka keberhasilan Persik karena kerjasama tim," ujarnya.
Bagaimana sikap Javier Roca bila Persik tak meraih hasil maksimal di pertandingan? "Jangan salahkan pemain. Saya lah yang harus disalahkan. Kami gagal, mungkin apa yang saya sampaikan salah. Sehingga pemain bikin kesalahan di permainan," ucapnya.
Yang menarik lagi, sejak ditangani Javier Roca tak ada kapten abadi di tubuh Persik. Arthur Felix Silva, Risna Prahalabenta, Antoni Putro Nugroho, atau pemain lain secara bergiliran pernah mengenakan ban kapten di lengannya.
"Saya berikan ban kapten kepada beberapa pemain agar mereka merasa bangga terhadap tim ini. Mereka juga merasakan tanggungjawab seorang kapten tim. Karena Persik ini milik bersama," pungkasnya.
Yuk Tengok Posisi Persik Saat Ini
Advertisement