Bola.com, Jakarta - Sepakbola Indonesia mulai memasuki jalur era industri sebenarnya. Sejak penggabungan kompetisi eks Perserikatan dan eks Galatama pada 1994, praktis dibutuhkan waktu 29 tahun, untuk mencapai kondisi seperti sekarang ini.
Kompetisi Perserikatan dan Galatama telah melahirkan klub-klub legendaris yang memiliki sejarah sangat mengakar di hati penggemarnya. Fanatisme itu diturunkan dari para kakek moyang kepada generasi milenial saat ini.
Baca Juga
Termasuk Pemain Berlabel Kiper Timnas Indonesia, Ini Daftar Lengkap Penerima Kartu Merah di BRI Liga 1 2024 / 2025
Termasuk Evandro Brando, Parade Gol yang Menyayat Hati di Menit Akhir Laga Sepanjang BRI Liga 1 2024 / 2025
BRI Liga 1: Sudah Bukan Berposisi Striker, Flavio Silva Lebih Nyaman Jadi Winger Persebaya?
Advertisement
Pentas BRI Liga 1 2021/2022 juga masih banyak diikuti klub legendaris mantan Perserikatan dan segelintir eks Galatama. Bola.com coba merangkum klub-klub tradisional yang kini masih berkutat sebagai kontestan semenjana dan tim yang sedang bermetamorfosis menjadi tim Sultan.
Kita hanya akan mengupas klub-klub legendaris yang sedang nestapa di BRI Liga 1 musim ini, karena bakal terlempar ke jurang degradasi. Dan, tim raksasa yang sedang mengais asa menjadi jawara musim ini.
Â
Â
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Dari Sabang Sampai Merauke
Suharjo, komposer dan pencipta lagu Nasional lewat lirik Dari Sabang Sampai Merauke sangat berjasa merekatkan keragaman etnis, budaya, tradisi, dan adat suku bangsa di Indonesia.
Sepakbola juga salah satu wahana untuk mewujudkan perekatan dari makna lagu tersebut. Namun sayang, di BRI Liga 1 musim ini, dua klub legendaris, Persiraja dan Persipura, sebagai representasi 'Sabang' dan 'Merauke' sedang dilanda nestapa. Karena keduanya saat ini sedang berjuang meloloskan diri dari jeratan degradasi.
Di era Perserikatan, Persiraja merupakan klub yang banyak melahirkan pemain bertalenta dengan fanatisme primodial yang sangat kuat. Meski klub berjuluk Laskar Rencong ini bermarkas di Kota Banda Aceh, sejatinya Persiraja adalah milik masyarakat Aceh secara global.
Pengamat dan sejarawan sepakbola Indonesia pasti tak akan melupakan perjuangan H. Dimurthala yang berobsesi Persiraja jadi klub besar di Indonesia.
Cita-cita Dimurthala terwujud pada 31 Agustus 1980. Ketika Persiraja menundukkan Persipura pada final Perserikatan di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.
Ironisnya, Persipura yang dikalahkan 42 tahun lalu, kini senasib dengan Persiraja. Keduanya masih berkutat di zona degradasi. Seperti Persiraja, Persipura juga mencatat sejarah panjang di sepakbola kita.
Mutiara Hitam tak hanya perkasa di jaman Perserikatan, tapi juga di era moderen. Bahkan, empat gelar juara telah dikoleksi Persipura. Raihan mahkota terbanyak di antara klub-klub di Nusantara.
Bumi Cendrawasih juga tak pernah kering mewarnai Timnas Indonesia. Nyaris tiap tahun di semua kelompok usia ada wakil dari Papua. Ooh, apakah Persiraja dan Persipura sebagai perwujudan lagu Dari Sabang Sampai Merauke di BRI Liga 1 menjadi tim yang tersisih musim ini?
Â
Â
Advertisement
Heroisme Bandung dan Surabaya
Para jaman perang revolusi usai Proklamasi Kemerdekaan RI, Bandung dan Surabaya, menjadi medan laga yang membara.
Peristiwa Bandung Lautan Api pada 23-24 Maret 1946 dan pertempuran 10 November 1945 wujud nasionalisme warga Bandung dan Surabaya.
Di sepakbola Indonesia, Persib dan Persebaya juga menorehkan sejarah panjang. Rivalitas kedua tim berlangsung lama sejak era Perserikatan hingga jaman mutakhir.
Uniknya, meski kedua klub berseteru, kekuatan akar rumput di kelompok suporter Bobotoh dan Bonekmania sangat harmonis. Nasionalisme publik dua kota besar di Indonesia kepada Ibu Pertiwi di jaman revolusi digantikan fanatisme kedua kelompok fans itu kepada Maung Bandung dan Bajul Ijo.
Yang menarik, saat ini Persib dan Persebaya sedang bersaing merebut mahkota juara di BRI Liga 1 musim ini. Tampaknya spirit perjuangan masih kental di dalam dada para pemai kedua tim. Artinya, Persib dan Persebaya tak akan menyerah untuk meraih cita-cita mereka, seperti diturunkan para pejuang Bandung Lautan Api dan pertempuran 10 November lalu.
Â
Barito Putera dan Arema FC
Dari eks Galatama diwakili Barito Putera dan Arema FC. Tapi kedua tim ini memiliki garis takdir berbeda di BRI Liga 1.
Barito Putera masih rawan terdegradasi ke Liga 2 2022. Sementara Arema FC terus membuka asa bersaing dengan Bali United, Persib, Bhayangkara FC, dan Persebaya jadi jawara.
Sejak berdiri pada 21 April 1988, Barito Putera terkenal sebagai tim kuat di pentas Galatama. Sebagai klub swasta yang mengandalkan finansial dari kocek pribadi, prestasi Laskar Antasari pun sempat terpuruk saat memasuki tahun 2000-an.
Bahkan Barito Putera pernah berjuang dari kasta terendah untuk kembali ke habitanya aslinya pada 2013 lalu dengan menjuarai kompetisi Divisi Utama. Akankah klub yang didirikan almarhum HA Sulaiman HB ini hanya sembilan tahun berkiprah di kasta tertinggi Liga 1?
Arema FC yang masih jadi perdebatan legalitas dengan Arema Indonesia bernasib lebih baik dibanding Barito Putera. Oke lah. Mari kita lupakan soal legalitas.
Apapun, faktanya saat ini Arema FC adalah wakil dan kebanggaan publik Malang di pentas BRI Liga 1. Jika kita tetap mengakui klub asal Malang ini berdiri 8 Agustus 1989, faktanya Arema FC akan tetap menjaga Marwah sepakbola Malang, jika mereka mampu menjuarai Liga 1 nanti.
Spirit Kera-Kera Ngalam juga tak pernah surut di era Galatama. Mereka adalah juara Galatama pada 1992. Di era sepakbola industri, baru tahun 1990 Arema kembali jadi jawara.
Arema FC tentu tak mau kalah dengan dua klub asal Jatim yakni Persik dan Persebaya yang telah dua kali menggenggam trofi juara di era moderen.
Semoga akhir indah menaungi klub-klub legendaris yang sedang berjuang dari degradasi dan merangkai mimpi menjuarai BRI Liga 1 2021-2022 nanti.
Advertisement