Bola.com, Jakarta - Sampai pekan ke-32 BRI Liga 1 2021/2022, perburuan trofi juara tinggal mengerucut pada dua tim yakni Bali United dan Persib Bandung. Laskar Tridatu paling berpeluang mempertahankan gelar setelah unggul lima angka dari Maung Bandung yang mengoleksi 67 poin.
Siapa pun yang akhirnya berjaya, keduanya memang pantas berstatus kandidat juara BRI Liga 1 musim ini berdasarkan materi pemain dan dukungan total manajemen masing-masing.
Baca Juga
Advertisement
Yang menarik untuk dicermati adalah kiprah tim-tim diluar Jawa-Bali yakni Borneo FC, Barito Putera (Kalimantan), PSM Makassar (Sulawesi), Persipura Jayapura (Papua) dan Persiraja Banda Aceh (Sumatera) yang tak mampu bersaing musim ini.
Di antara mereka hanya Borneo FC yang stabil bertahan di papan tengah. Itu pun poin yang dikoleksi Borneo FC berselisih sepuluh angka dari Arema FC, peringkat lima (poin 59).
Sedang PSM, Barito Putera dan Persipura tengah berjuang keras agar tak menjadi pendamping Persiraja dan Persela Lamongan yang sudah pasti terlempar dari kompetisi kasta tertinggi musim depan. Padahal, ketiganya memiliki tradisi yang baik di kompetisi Indonesia.
Khususnya PSM dan Persipura yang sama-sama pernah meraih trofi juara Liga Indonesia. Tim Mutiara Hitam malah tercatat empat kali meraih trofi juara Liga Indonesia yakni pada musim 2005, 2009, 2011 dan 2013 plus satu gelar Torabika Soccer Championship 2016. Sedang PSM juara pada musim 1999/2000 plus raihan trofi Piala Indonesia 2018/2019.
Dihubungi Bola.com, Selasa (22/3/2022), eks jenderal lapangan The Maczman, Andi Coklat menilai tim peserta luar Jawa-Bali memang diprediksi sulit bersaing musim ini.
"Kendala mereka bukan semata faktor teknis tapi juga diluar lapangan. Faktor non teknis juga berdampak signifikan. Karena selain terbiasa bertanding dengan dukungan suporter, mayoritas materi pemain mereka adalah putera daerah yang tak terbiasa meninggalkan keluarga dalam waktu lama," terang Andi Coklat.
Andi Coklat merujuk nasib yang menimpa PSM. Sempat menuai pujian usai menembus semifinal Piala Menpora dengan materi pemain dan pelatih lokal, skuad Juku Eja hanya mampu mengejutkan pada awal musim ini. Padahal, PSM sudah diperkuat pemain asing Wiljan Pluim, Anco Jansen, Bektur Talgat dan Serif Hasif plus pelatih berpengalaman, Milomir Seslija.
"Belum lagi ada rumor soal keterlambatan gaji. Alhasil, PSM hanya sempat memimpin klasemen pada pekan ke-4. Setelah itu, perlahan tapi pasti posisi PSM melorot," papar Andi Coklat.
Andi Coklat mengapresiasi langkah manajemen mendatangkan sederet pemain baru jelang putaran kedua. Termasuk dua pemain asing, Adam Mitter (Inggris) dan Golgol Mebrahtu (Australia) plus pelatih asal Belanda, Joop Gall.
"Tapi kehadiran mereka membuat materi pemain PSM terkesan tambal sulam. Apalagi Joop Gall bukan pelatih dengan latar belakang mentereng. Jadi, wajar kalau pencapaian PSM terbilang minor," tegas Andi Coklat.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Barito Putera dan Persipura
Berbeda dengan PSM, Barito Putera dan Persipura sejatinya tak terlalu 'bermasalah' dengan faktor pelatih. Barito Putera misalnya. Rahmad Darmawan yang menggantikan peran Djadjang Nurdjaman adalah pelatih berpengalaman dengan tradisi juara.
Pemain asing yang didatangkan Barito pada putaran kedua juga sudah paham dengan atmosfer kompetisi Indonesia. Mereka adalah Renan Alves, Rafael Silva, Bruno Matos (Brasil) dan Kim Jin Sung (Korsel). Tak hanya mereka, Rahmad juga membawa pemain naturalisasi, Raphael Maitimo dan Yoo Hyun-koo.
Begitu pun dengan Persipura yang kembali memakai jasa Alfredo Vera untuk menggantikan peran Jacksen Tiago. Seperti diketahui Vera membawa Persipura meraih trofi juara TSC 2016.
"Penampilan Barito dan Persipura memang membaik. Tapi, sepak bola bukan semata soal teknis. Ada juga faktor keberuntungan dan lainnya,"papar Andi Coklat.
Terkait dengan nasib Persiraja, Andi Coklat menilai pencapaian Laskar Rencong sudah diprediksi sejak awal. Indikatornya mereka ditinggal pergi sejumlah pilarnya pasca Piala Menpora 2022. Meski sudah berbenah total di putaran kedua dengan mendatangkan 12 pemain baru plus pelatih asal Brasil, Sergio Alexandre, Persiraja tetap berkutat di zona degradasi dan akhirnya pasti terlempar ke Liga 2 sebelum kompetisi berakhir.
"Persiraja paling parah. Mendatangkan 12 pemain baru jelas bukan solusi ideal saat kompetisi berjalan. Tak mudah mengangkat tim dengan kondisi seperti itu. Apalagi Sergio Alexandre juga baru pertama kali berkiprah di Indonesia," pungkas Andi Coklat.
Advertisement