Bola.com, Jakarta - Persela Lamongan harus mengucapkan selama tinggal dari kasta tertinggi sepak bola Tanah Air. Setelah 18 tahun, klub berjuluk Laskar Joko Tingkir itu akhirnya tak mampu melawan takdir dan terlempar ke Liga 2.
Banyak faktor yang menjadi penyebab terpuruknya Persela Lamongan. Satu di antara yang menjadi sorotan adalah buruknya kedalaman skuad yang dimiliki.
Baca Juga
Hasil Lengkap Pegadaian Liga 2, Sabtu 21 Desember 2024: Persela Menangi Derbi Jatim, Persipal Bungkam RANS Nusantara
Pegadaian Liga 2: PT LIB Tolak Permohonan Penundaan Laga, Persela Vs Persewar Resmi Tak Terlaksana
Pegadaian Liga 2: H-1 Jelang Pertandingan Persewar Waropen Belum Tunjukkan Batang Hidung, Persela Tetap Siap Main
Advertisement
Setelah meraih hasil tak terduga di Piala Menpora 2021 lalu, manajemen terbilang telat dalam mempersiapkan tim. Iwan Setiawan yang menangani Persela pada awal musim ini, sempat mengeluhkan hal tersebut.
Pada putaran kedua saat dibesut Jafri Sastra, Persela merekrut hingga belasan pemain untuk meningkatkan kualitas permainan. Sayangnya, mayoritas pemain yang didaratkan merupakan jebolan kompetisi Liga 2.
Namun, tak seluruhnya pemain Persela Lamongan berada di bawah performa terbaik pada musim ini. Terdapat lima nama yang terbilang masih sanggup bersaing dan mungkin layak mendapat kesempatan membela klub besar di Liga 1 musim depan.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Gian Zola
Pemain pinjaman dari Persib Bandung itu merupakan satu di antara yang layak dilirik klub besar. Performa Gian Zola sepanjang musim tetap luar biasa, sekalipun performa Persela Lamongan terus-terusan memble.
Empat gol dan satu assist menjadi bukti betapa penting peran Zola di lini tengah Persela Lamongan. Persib yang merupakan klub induknya, tentu senang pemainnya bisa berkembang.
Jika kesulitan menembus tim utama Persib, Zola mungkin bisa mencari opsi lain pada musim depan. Tetapi, dengan potensi yang ditunjukkan musim ini, pemain berusia 23 tahun itu seharusnya tak sulit mencari klub besar lain yang bersedia menerimanya.
Â
Advertisement
Riyatno Abiyoso
Musim belum usai, nama Riyatno Abiyoso sudah digadang-gadang dilirik klub promosi Liga 1, Persis Solo. Karier Abiyoso bersama Persela terhitung melesat dengan cepat sejak pertama kali debut pada musim 2019.
Kepergian beberapa pilar di sektor sayap seperti Sugeng Effendi dan Rafinha menjadi satu di antara faktor yang mempercepat kematangan bermainnya. Dia pun dituntut tampil konsisten di setiap pertandingan setelah mendapatkan tempat utama.
Empat gol dan dua assist dari Riyatno Abiyoso memang tak cukup menyelamatkan Persela dari jerat degradasi. Tetapi, hal itu sudah cukup menunjukkan potensinya bisa semakin meroket mengingat usianya juga baru 23 tahun.
Â
Malik Risaldi
Setali tiga uang, Malik Risaldi merupakan satu di antara kekuatan Persela di sektor sayap. Bersama Abiyoso, pemain kelahiran Surabaya tersebut berkembang menjadi winger modern di sepak bola Tanah Air.
Tak hanya sibuk menyisir pinggir lapangan, Malik juga piawai mencari ruang di kotak penalti. Bermain di antara bek tengah dan bek sayap merupakan kegemarannya dalam mendapatkan kesempatan.
Tiga gol dan dua assist yang diciptakan cukup sebagai bekal untuk menatapi masa depan yang lebih baik. Sederet klub kabarnya juga mengawasinya dengan serius sepanjang musim ini.
Â
Advertisement
Rahel Radiansyah
Tak banyak rekrutan paruh musim yang bisa langsung nyetel dengan skema yang diusung Persela. Tetapi, Rahel Radiansyah membuktikan pengalamnya sangat penting dalam proses adaptasi yang singkat.
Pemain berusia 30 tahun itu bisa dibilang terlahir untuk berada di klub besar. Dari empat golnya bagi Persela, tiga di antaranya tercipta ke gawang Persebaya Surabaya, Persib Bandung, hingga Bali United.
Meskipun tak akan sering menjadi starter, klub-klub papan atas bisa mempertimbangkannya sebagai supersub yang mumpuni. Setidaknya, kekuatan mereka tak berkurang saat pemain utama ditarik keluar.
Â
Guilherme Batata
Sejak pulih dari cedera parah yang menimpanya pada awal musim, Guilherme Batata berhasil menunjukkan bila penampilannya belum habis. Kehadirannya mampu memberikan keseimbangan yang lebih baik bagi Persela.
Sayangnya, ia tak menemukan tandem yang pas. Saat Zola bergerak naik, tak ada rekan yang membantunya untuk memfilter serangan lawan. Alhasil, Persela tampak kelimpungan menghadapi serangan lawan.
Menilik performanya, pemain asal Brasil tersebut tentu masih layak berada di klub papan atas Indonesia. Tetapi sejauh ini, tak banyak yang melihat urgensi memiliki gelandang bertahan asing di klubnya.
Advertisement