Bola.com, Denpasar - Striker Samsul Arif berbagi cerita soal pengalamannya bersama Persebaya Surabaya musim ini. Dalam usia 37 tahun, dia menyandang status sebagai pemain tertua dalam skuat Bajul Iji di BRI Liga 1 2021/2022.
Menariknya, Persebaya memiliki banyak pemain muda yang merupakan jebolan dari klub internal. Total, Bajul Ijo tercatat mempunyai sebanyak 18 pemain dengan usia di bawah 25 tahun.
Advertisement
Beberapa di antaranya adalah Andhika Ramadhani, Koko Ari Araya, Rizky Ridho, Marselino Ferdinan, Akbar Firmansyah, Ruy Arianto, Satria Tama, hingga Widi Syarief.
Lalu, masih ada sejumlah pemain muda yang didatangkan, meski bukan jebolan kompetisi internal. Para pemain ini termasuk Ernando Ari Sutaryadi, Franc Sokoy, Hambali Tolib, hingga Mochamad Supriadi.
“Tentu jadi keuntungan tersendiri Persebaya punya pemain muda dan itu didapat dari internal. Itu sangat membantu tim ini untuk masa depan tim ini,” ungkap Samsul Arif dalam video di kanal YouTube Official Persebaya Surabaya.
“Mereka adalah aset potensial bagi Persebaya. Saya mengalir saja di setiap latihan atau di kehidupan sehari-hari bersama mereka. Saya mencoba jadi anak muda juga, supaya mereka tidak canggung dengan saya,” imbuhnya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Membaur
Upaya yang dilakukan oleh Samsul ini tidak lepas dari keinginannya untuk dekat dengan rekan-rekan setim lain. Maklum saja, pemain termuda kedua di Persebaya setelah Samsul adalah Rendi Irwan yang berusia 34 tahun.
Sisanya, Samsul mau tidak mau harus berbaur dengan para pemain muda yang masih minim pengalaman.
Satu usaha Samsul yang dilakukan adalah bercanda dengan mereka. Sudah menjadi kebiasaan di Surabaya bahwa keakraban ditandai dengan ngenyek atau ejekan tanpa memandang usia. Budaya egaliter ini juga ada di Persebaya Surabaya.
Samsul pun begitu. Striker asli Bojonegoro itu tidak masalah jika mendapat ejekan dari pemain yang usianya jauh lebih muda.
“Kalau arek Suroboyo sudah biasa bergaul dan bercanda atau mengejek dan yang lain itu. Bagi saya no hurt feeling (tidak sakit hati). Mau bilang ngeyek, itu sudah Suroboyo banget,” imbuh mantan penggawa Timnas Indonesia itu.
Advertisement
11 Gol
Hal ini tentu saja membuatnya mudah menjalin kedekatan dengan para pemain muda. Tapi, statusnya sebagai pemain senior tidak membuat Samsul lupa untuk bisa menjadi teladan juga bagi rekan-rekannya.
“Sebagai pemain senior, saya berusaha menjadi role model buat mereka. Di latihan, saya memberi seratus persen dan teladan. Di dalam dan di luar sepak bola, kami dituntut memiliki perilaku yang bagus,” ucap Samsul.
“Bukan berarti saya harus jadi yang lebih baik dari mereka. Kami tahu dalam sepak bola membutuhkan perilaku, motivasi, dan tekad untuk menjadi lebih baik di dalam dan luar lapangan. Saya berusaha untuk itu,” tuturnya.
Samsul banyak membagikan cerita tentang bagaimana bisa menyusun agenda untuk menjadi pemain profesional. Dia diimbangi dengan caranya bersikap agar bisa menjadi contoh untuk para pemain muda.
“Memang belum sempurna, saya yakin mereka punya prospek ke depan, tapi harus menjaga diri, di dalam maupun luar lapangan. Kita tahu, sepak bola itu terkadang ada kejamnya. Harus siap dengan itu, saya pikir harus mengerti dan mau terus berprestasi,” ujarnya.
Total, pemain asli Bojonegoro itu sudah mencetak 11 gol dari 25 penampilannya musim ini. Dia menjadi striker lokal tersubur kedua setelah pemain Bali United, Ilija Spasojevic, yang membukukan 22 gol.
Cerita Alie Sesay
Sementara, Alie Sesay, punya catatan unik soal rekor kedisiplinan di BRI Liga 1 2021/2022. Dia hanya membukukan dua kartu kuning saja selama tampil dalam 26 pertandingan bersama Bajul Ijo.
Angka itu terhitung sedikit untuk seorang pemain belakang. Sebab, seorang bek biasanya berhadapan dengan pemain lawan dan melakukan tekel keras. Makanya, bukan hal yang aneh bek jadi kolektor kartu kuning dan kartu merah.
Yang terjadi pada Alie Sesay berbeda karena mampu menghentikan pergerakan lawan dengan membuang bola. Dia bahkan baru mendapatkan kartu kuning pertamanya di BRI Liga 1 dalam pekan ke-25 melawan Persija Jakarta (14/2/2022).
“Cara saya bertahan adalah dengan bersabar, tidak dengan emosi, tapi berkepala dingin. Saya kira itu cara terbaik untuk menjadi pemain bertahan,” kata Alie Sesay dalam video di kanal YouTube Official Persebaya.
Satu kartu kuning lagi didapatnya dalam duel melawan Madura United di pekan ke-28 lalu (28/2/2022). Itu terjadi saat Alie Sesay menjabat kapten Persebaya dan melakukan protes kepada wasit Agus Fauzan Arifin.
Para pemain Persebaya sempat melakukan protes keras saat Samsul dijatuhkan Fachruddin. Tayangan ulang memang jelas menunjukkan ada ganjalan kaki. Tapi, Alie Sesay kemudian mendapat kartu kuning akibat protesnya.
Pada akhirnya, Alie Sesay mampu keluar sebagai pahlawan Persebaya, memastikan kemenangan meski dua kali gagal mendapat penalti. Duel bertajuk Derbi Suramadu ini pun berakhir dengan kemenangan 2-1 untuk Bajul Ijo.
Menariknya, catatan kartu kuning terbanyak di BRI Liga 1 bukan dimiliki oleh pemain bertahan, melainkan gelandang. Sebanyak 11 kartu kuning telah dikoleksi oleh Manahati Lestusen (Persikabo 1973) dan Marc Klok (Persib Bandung).
Advertisement
No Red Card
Alie Sesay juga tidak pernah mendapatkan kartu merah. Bek berusia 27 tahun itu sadar bahwa hukuman kartu akun merugikan dirinya dan Persebaya karena bisa mendapat larangan bertanding.
“Terkadang, Anda bisa marah dan membuat keputusan dengan emosi, itu tidak baik. Kalau saya terlalu banyak mendapat kartu kuning, saya akan absen di pertandingan,” ucap pemain Timnas Sierra Leone itu.
“Saya akan mendapat sanksi. Buat saya akan bagus tidak mendapat kartu kuning supaya saya selalu bisa dimainkan di setiap pertandingan. Saya sangat senang dengan hal itu,” imbuh Alie Sesay.
Pemain berpaspor Sierra Leone itu telah membukukan sebanyak 26 penampilan dari total 33 laga yang sudah dilakoni Persebaya. Dia absen tujuh kali absen karena beberapa hal, satu di antaranya harus membela Timnas Sierra Leone.
Menariknya, Persebaya membukukan 13 clean sheet atau nirbobol sepanjang musim ini dan semuanya terjadi saat Alie Sesay bertanding. Artinya, setengah dari total penampilannya membuat gawang Persebaya tidak kebobolan.
Bukan hal yang mengherankan bila Alie Sesay mampu diandalkan di jantung pertahanan Persebaya. Dia dilengkapi dengan kemampuan yang bagus dalam intersep, sapuan, memotong umpan, hingga duel udara.
Alie Sesay sendiri merupakan pemain kelahiran London, Inggris, dan tercatat sebagai pemain jebolan Leicester City dengan menghabiskan karier juniornya di klub tersebut. Itu dilakoninya bersama tim U-18 dan U-23 dalam kompetisi kelompok usia.
Akan tetapi dia tidak menjadi bagian integral skuat Leicester City arahan Claudio Ranieri saat menjuarai Liga Primer Inggris 2015-2016. Saat itu, Alie Sesay masih bermain untuk tim kelompok usia.
Setelah itu, Alie Sesay tercatat pernah melanglang buana ke negara Eropa lainnya, seperti Yunani, Bulgaria hingga Azerbaijan. Di level internasional, dia membela Timnas Sierra Leone dan telah mencatatkan delapan kali penampilan.