Sukses


Evaluasi Kiprah PSM di BRI Liga 1 2021 / 2022: Tertatih-tatih untuk Sekadar Lolos dari Ancaman Degradasi

Bola.com, Makassar - PSM Makassar akhirnya lolos dari ancaman degradasi BRI Liga 1 2021/2022. Di klasemen akhir, skuad Juku Eja bertengger di peringkat ke-14 dengan koleksi 38 poin.

Mereka hanya unggul dua poin atas Persipura Jayapura yang secara dramatis terlempar ke Liga 2 musim depan, mengikuti jejak Persiraja Banda Aceh dan Persela Lamongan.

Pencapaian PSM Makassar pada musim ini terbilang minor. Padahal, mereka bermodalkan sukses menembus semifinal Piala Menpora 2021 dengan materi pemain plus pelatih lokal.

Sejatinya, dengan kehadiran empat pemain asing yakni Wiljan Pluim, Anco Jansen (Belanda), Serif Hasic (Bosnia), dan Bektur Talgat (Kirgistan) plus pelatih sekelas Milomir Seslija (Bosnia), PSM Makassar pantas bersaing di jalur juara atau minimal papan tengah.

Belum lagi pada era Liga 1, kiprah PSM terbilang baik. Pada musim 2017, PSM bertengger di peringkat tiga dan naik satu tingkat pada Liga 1 2018. Pada 2019, PSM memang berada di urutan 12 pada klasemen akhir, tapi kepala mereka tetap tegak dengan raihan trofi juara Piala Indonesia 2018/2019.

Penampilan PSM pada awal musim ini sebenarnya terbilang baik. Pada pekan keempat, Wiljan Pluim dan kolega sempat bertengger di puncak klasemen.

Namun setelah itu, pencapaian PSM menurun yang berujung pada pemutusan kerjasama dengan Milomir Seslija. Syamsuddin Batola yang selama ini berperan sebagai asisten Milomir didapuk sebagai careteker pelatih. Sayang, hasilnya tak signifikan.

Jelang putaran kedua, manajemen PSM mendatangkan pelatih berpaspor Belanda, Joop Gall plus sejumlah pemain anyar. Bersama Joop Gall, Tim Juku Eja sempat membuat suporternya senang dengan kemenangan 1-0 atas Madura United pada laga awal putaran kedua.

Tapi setelah laga itu, penampilan PSM Makassar kembali tak konsisten dan cenderung menurun. Total dalam 17 laga bersama Joop Gall, PSM hanya 4 kali menang, enam imbang dan tujuh kali menelan kekalahan. Tim kebanggaan masyakat Sulawesi Selatan itu lebih banyak berkutat di papan bawah.

 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Penyebab Keterpurukan

Dihubungi Bola.com, Senin (4/4/2022), pengamat sepak bola Makassar, Assegaf Razak menilai keterpurukan PSM berawal dari perekrutan pemain serta persiapan yang minim.

"Kedalaman tim PSM Makassar juga kurang sehingga rotasi pemain tak berjalan optimal," ujar Assegaf yang menjadi asisten pelatih Syamsuddin Umar ketika meraih trofi juara Liga Indonesia 1999/2000.

Menurut Assegaf, Joop Gall yang menggantikan peran Milomir Seslija juga tak bisa sepenuhnya disalahkan. Karena selain baru bersama tim jelang putaran kedua, materi pemain PSM bukan pilihannya.

Apalagi, pemain rekrutan PSM di era Joop Gall tak lebih baik dibandingkan putaran pertama. "Kita juga tak tahu apa yang terjadi di internal PSM. Yang pasti penampilan PSM tidak lebih baik. Jadi wajar kalau mereka nyaris terdegradasi," tegas Assegaf.

 

3 dari 5 halaman

Butuh Direktur Teknik

Itulah mengapa Assegaf mendukung langkah CEO PSM Makassar, Munafri Arifuddin, yang berencana merombak komposisi pelatih dan pemain sampai 80 persen.

"Tapi, harus bergerak cepat. Yang utama adalah menentukan pelatih dan stafnya terlebih dulu. Apalagi PSM akan berkiprah di Piala AFC 2020, Juni mendatang. Kalau masih bermaterikan mayoritas pemain musim lalu, PSM akan menjadi bulan-bulanan di level Asia," tegas Assegaf.

Selain pelatih, Assegaf menyarankan PSM memiliki Direktur Teknik yang akan membantu kerja pelatih. Ia merujuk pengalamannya ketika menjadi asisten pelatih Syamsuddin Umar di Liga Indonesia 1999/2000.

Sukses Juku Eja meraih trofi juara tak lepas dari sosok Henk Wullems yang didapuk sebagai Direktur Teknik. "Begitu pun di era Miroslav Janu. Tim pelatih juga didukung oleh masukan penasehat teknik dan wartawan sepak bola," jelas Assegaf.

Menurut Assegaf, ada sejumlah nama yang pantas menjadi Direktur Teknik PSM. Di antaranya Hanafing, Tony Ho, dan Yeyen Tumena. Acuannya, selain sudah mengantongi lisensi kepelatihan Pro-AFC, ketiganya tahu betul karakter PSM.

"Kehadiran Direktur Teknik tentu bisa memudahkan pelatih menentukan komposisi pemain," ujar Assegaf.

 

4 dari 5 halaman

Komposisi Pemain

Terkait dengan rumor rencana manajemen PSM mendatangkan pelatih Bhayangkara FC di BRI Liga 1, Paul Munster, Assegaf mendukung langkah itu.

Di matanya, Paul Munster adalah sosok yang tepat, karena sudah tahu betul atmosfer kompetisi di Indonesia. Apalagi, kalau Munster jadi di PSM, pelatih asal Irlandia Utara itu dikabarkan merekomdasi sejumlah nama untuk direkrut.

Di antaranya Hansamu Yama (Bhayangkara FC), Jonathan Cantillana (PSIS Semarang), Bayu Pradana (Barito Putera), Ricky Cawor (Persipura Jayapura) dan Riyatno Abiyoso (Persela Lamongan).

"Yang pasti manajemen harus bergerak cepat seperti ditunjukkan para tim pesaing Liga 1. Apalagi PSM terlebuh tampil di Piala AFC," tegas Assegaf.

Di lain pihak, Assegaf meminta manajemen PSM mempertahankan sederet pemain yang berkontribusi buat Juku Eja di Liga 1 seperti M. Arfan, Syaiful Syamsuddin, Hilman Syah, Erwin Gutawa, Yakob Sayuri, Yance Sayuri, Wiljan Pluim, Rizky Eka Pratama dan Rasyid Bakri.

"Jangan sampai mereka pindah ke tim lain. Khusus buat Pluim dan Rasyid, peran mereka dibutuhkan untuk menjadi pembimbing dan anutan dalam tim," pungkas Assegaf.

5 dari 5 halaman

Simak Posisi Akhir PSM Makassar:

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer