Bola.com, Jakarta - Hanya hitungan hari usai perhelatan BRI Liga 1 2021/2022 jagat sepak bola Indonesia langsung gempar. Pemicunya adalah drama transfer saga yang melibatkan PSIS Semarang dan dua pemain impor Carlos Fortes dan Taisei Marukawa.
Kepindahan Carlos Fortes, sang penyabet gelar Pencetak Gol Terbaik asal Arema FC dan, Taisei Marukawa, Pemain Terbaik milik Persebaya Surabaya, ke markas PSIS Semarang jadi berita heboh.
Baca Juga
Advertisement
Namun apapun alasan yang menyertai saga transfer dua legiuner asing itu, pengalaman Arema FC dan Persebaya yang harus berpisah dengan Carlos Fortes dan Taisei Marukawa harus jadi pelajaran bagi kontestan BRI Liga 1.
Klub-klub elite kompetisi Indonesia harus mulai mengubah klausul kontrak jangka pendek menjadi durasi panjang bagi para pemainnya. Baik penggawa lokal maupun asing. Sehingga jika ada kepindahan satu pemain ke klub lain tak terus menjadi polemik.
Meskipun Persebaya terpaksa ditinggalkan Marukawa, namun pernyataan sang pelatih, Aji Santoso, menarik untuk dicermati.
"Tak ada yang salah. Persebaya Surabaya tidak salah. Marukawa tidak salah, klub yang merekrut Marukawa juga tak salah. Begitu pula agen pemain," ucap Aji Santoso.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Lalu, Siapa yang Salah?
Jika merunut tradisi cara klub mengontrak pemain, kebiasaan itu yang salah dan harus mulai berani mengubahnya.
Namun juga tak mudah meninggalkan kebiasaan lama tersebut. Karena klub punya pertimbangan masing-masing saat mengikat pemain. Apalagi khusus pemain impor yang baru merumput di Indonesia.
Klub-klub pasti sangat hati-hati. Karena jika salah mengambil keputusan, mereka juga yang menanggung kerugian jika mengontrak pemain asing dalam durasi panjang.
Stakeholder di tubuh Singo Edan dan Bajul Ijo bukan lah orang-orang bodoh yang baru kemarin sore bergelut dengan si kulit bundar. Cermati ucapan Aji Santoso.
"Saya diperintah Presiden Klub agar mengamankan Marukawa. Saya bilang: siap laksanakan Pak Presiden. Bukan saya dan semua elemen tim tak bekerja untuk memagari Marukawa. Tapi situasi sangat kompleks. Ya, sudah kita harus relakan dia mencari tantangan di klub baru," ungkap Aji Santoso.
Â
Advertisement
Prestasi Berbanding Lurus dengan Segepok Uang
Di dunia profesional di mana kualitas individu bagus bermuara pada segepok uang sebagai apresiasi, sebuah kewajaran bila Fortes dan Marukawa kepincut hijrah ke klub berjulukan Mahesa Jenar itu.
Aji Santoso pun membagi pengalamannya ketika masih aktif jadi pemain terkait bursa transfer. "Saya pernah jadi pemain. Wajar seorang pemain ingin yang lebih baik. Apakah soal nominal kontrak atau klub besar yang akan dibelanya," tuturnya.
Wajar pula bagi PSIS dengan kekuatan finansialnya ingin membangun tim kuat untuk Liga 1 mendatang. Seperti pernah diungkapkan CEO PSIS Yoyok Sukawi soal pengalaman tim musim ini yang tak tampil stabil.
"Liga PCR ini, musim yang sangat berat dan penuh tantangan. Ada klub yang kesulitan keuangan, sehingga mereka mendatangkan investor atau menjual ke pemilik baru. PSIS juga mengalami bagaimana performa tim tak stabil, karena berbagai kendala," ucapnya.
Padahal PSIS tampil luar biasa di awal musim. Bahkan Alfeandra Dewangga dkk. disebut-sebut sebagai salah satu tim kandidat kuat juara musim ini. Tapi di tengah perjalanan mereka mulai tertatih-tatih.
Tampaknya Yoyok Sukawi tak ingin pengalaman buruk itu terulang kembali. Solusinya, PSIS harus gerak cepat membangun tim tangguh untuk mewujudkan ambisi merebut gelar juara mendatang.
Â
Hikmah yang Bisa Diambil
Apapun yang telah dilakukan PSIS banyak hikmah yang bisa diambil. Pergerakan agresif dan ekspansif PSIS memaksa klub lainnya mau tak mau harus juga bergerak cepat menyiapkan skuatnya.
Jika sebuah klub lemot bergerak, maka berbagai kesulitan bakal dihadapi musim depan. Menarik pula tengara dari seorang Danilo Fernando. Direktur Teknik Persik ini memprediksi Liga 1 nanti bakal lebih gila dan kejam dibanding BRI Liga 1 2021-2022.
"Musim ini kompetisi sangat gila. Musim depan, menurut saya akan lebih gila dan kejam. Ada tiga tim promosi yang rata-rata punya keuangan bagus. Mereka dan tim-tim lain akan saling mengancam. Jika klub tak segera bergerak akan ketinggalan," ujarnya.
Advertisement