Bola.com, Jakarta - Ketika masih aktif sebagai pemain baik di klub maupun Timnas Indonesia, Bima Sakti dikenal sebagai gelandang berkarakter petarung di lapangan hijau serta pribadi yang disiplin dan santun dalam keseharian.
Pencapaian terbaik mantan kapten tim nasional Indonesia dari level junior sampai senior ini adalah membawa PSM Makassar meraih trofi juara Liga Indonesia 1999/2000.
Baca Juga
Gelandang Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Akan Sangat Indah jika Bisa Melawan Belanda dan Tijjani di Piala Dunia 2026
Erick Thohir Blak-blakan ke Media Italia: Timnas Indonesia Raksasa Tertidur, Bakal Luar Biasa jika Lolos ke Piala Dunia 2026
Erick Thohir soal Kemungkinan Emil Audero Dinaturalisasi untuk Timnas Indonesia: Jika Dia Percaya Proyek Ini, Kita Bisa Bicara Lebih Lanjut
Advertisement
Pada musim itu pula, ia mendapat perhargaan personal dengan menjadi pemain terbaik.Bersama skuad Garuda, Bima Sakti juga tercatat sebagai pilar skuad Garuda di Piala Asia 1996 dan 2000 serta meraih medali perak cabang sepak bola SEA Games 1997.
Yang menarik, pria kelahiran 23 January 1976 baru memutuskan pensiun pemain saat usianya menginjak 40 tahun. Ia terakhir bermain bersama Persiba Balikpapan.
"Persiba sebenarnya masih ingin mendaftarkan nama saya di kompetisi. Tapi, pada saat yang sama, saya mendapat panggilan dari PSSI untuk mendampingi Luis Milla di timnas Indonesia," ujar Bima Sakti dalam channel Youtube Capt Hamka.
Tak hanya bermain di klub Indonesia, Bima Sakti juga pernah menimba pengalaman bergabung di klub Swedia, Helsinborg selepas berguru di Italia bersama PSSI Primavera.
Berbagai ilmu, pengalaman dan pengetahuannya di sepak bola inilah yang ditularkan Bima Sakti saat menangani timnas U-16. Menurut Bima Sakti, tantangan bersama tim usia muda jauh lebih berat.
"Sebagai pelatih, saya dan staf tak hanya berkutat masalah teknik. Malah yang terpenting adalah pembentukan karakter dan sikap yang tentunya berguna buat pemain di masa depan. Kami seperti orangtua, teman dan saudara buat mereka dalam keseharian," terang Bima Sakti.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pentingkan Ibadah
Bima Sakti mengungkap sepenggal cara dirinya bersama staf menangani asuhan mereka di Timnas Indonesia U-16. Di antaranya adalah menekankan ke pemain agar serius melahap program latihan. Kalau ada yang melanggar, ada sanksi variatif yang menanti.
"Kalau pun ada canda atau senda gurau biasanya saat jeda latihan untuk minum. Setelah itu kembali serius berlatih," tegas Bima Sakti.
Di luar lapangan, setiap pemain diberi jadwal keseharian padat dan disiplin. Dari istirahat, makan sampai beribadah. Diantara, setiap pemain hanya boleh menggunakan ponsel mereka maksimal empat jam dalam sehari. Bagi yang muslim, wajib shalat berjamaah.
"Begitu pun yang non muslim. Misalnya yang Nasrani dan Hindu wajib mengikuti ibadah pada hari minggu."
Advertisement
Pendekatan Personal
Pada kesempatan lain, Bima Sakti secara berkala menyempatkan diri berkunjung ke keluarga pemain tanpa pemberitahuan lebih dulu. Saat bertemu dengan orangtua, ia menanyakan sikap keseharian anak mereka.
"Rata-rata orangtua mengaku sikap anaknya berubah setelah menjalani pelatnas. Bagi yang muslim, saya juga bertemu dengan pengurus masjid di sekitar rumah mereka. Karena saya meminta pemain agar menyempatkan diri salat berjamaah di masjid," papar Bima Sakti.
Dari sisi teknis, Bima Sakti secara berkala memanggil pemainnya secara personal. Pada momen itu, ia biasanya memutar video aksi sang pemain baik di latihan mau pun pertandingan. Awalnya, ia membeberkan kekurangan dan kelemahan pemain bersangkutan secara detail.
"Tak jarang dari mereka ada yang sampai menangis. Baru setelah itu, saya memperlihatkan video kelebihan mereka," terang Bima Sakti.
Berharap Pemain Berkiprah di Luar Negeri
Sebagai pemain yang pernah bertahun-tahun menimba ilmu sepak bola di luar negeri, Bima Sakti berharap para pemain Indonesia tak melewatkan kesempatan bila mendapat tawaran dari luar negeri.
Menurut dia, selain memang layak, secara personal, kemampuan dan sikap sang pemain akan berkembang. Ia merujuk sejumlah nama seperti Withan Sulaiman, Egy Maulana Vikri dan Asnawi Mangkualam yang dinilainya berkembang cepat.
Di mata Bima, ada beberapa pemain muda Indonesia yang dinilainya pantas berkiprah diluar negeri mengikuti jejak seniornya. Diantaranya Marselino Ferdinan dan Ronaldo Kwateh.
Secara khusus, Bima Sakti mengucapkan terima kasih kepada para pelatih dan orangtua yang dinilainya berperan besar menemukan dan mengembangkan talenta pemain sejak dini di SSB atau akademi.
"Mereka sangat membantu meringankan kerja di timnas."
Itulah mengapa Bima Sakti selalu menekankan ke para pemainnya agar tak pernah melupakan peran pelatih awal serta orangtua.
"Pernah ada pemain yang mendapatkan sponsor. Dia ingin memberi hadiah ke saya sebagai ucapan terima kasih. Tapi, saya tolak. Saya bilang, pelatih dan orangtuamu yang lebih berhak mendapatkannya," pungkas Bima Sakti.
Advertisement