Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia tengah krisis striker tajam. Itu terlihat di Piala AFF 2020 lalu di Singapura.
Meski berstatus runner-up, masih ada pekerjaan rumah untuk mencari striker yang bisa diandalkan. Padahal Indonesia sempat jadi gudangnya penyerang yang ditakuti di Asia Tenggara.
Baca Juga
Mengenal Alfan Suaib, Rivaldo Enero, dan Armando Obet Oropa, 3 Pemain Timnas Indonesia di Piala AFF 2024 yang Baru Kali Ini Dipanggil
Sembuh dari Cedera di Timnas Indonesia, Kevin Diks Main 90 Menit dan Cetak 1 Assist dalam Kemenangan FC Copenhagen di Liga Denmark
2 Pemain ke Timnas Indonesia Proyeksi Piala AFF 2024, Arema FC antara Bangga dan Kehilangan
Advertisement
Nama-nama seperti Gendut Doni, Bambang Pamungkas, Ilham Jayakusuma, hingga Budi Sudarsono pernah jadi top skorer di Piala AFF (dulu Piala Tiger).
Persoalan lini depan ini membuat mantan penyerang Timnas Indonesia, Budi Sudarsono, angkat bicara. Dia menyampaikan pandangannya di kanal YouTube Akurasi TV.
Mantan pelatih Persik Kediri tersebut melihat krisis striker yang dialami Timnas Indonesia bermula dari situasi di kompetisi Tanah Air.
“Saya mengamati liga saat ini. Jam terbang striker lokal kurang sekali. Kebanyakan striker diisi pemain asing," ujar Budi.
"Mayoritas sekarang tim menggunakan satu striker. Kalau dulu, meski ada pemain asing formasi yang digunakan masih banyak menggunakan dua striker. Jadi satu striker asing, satunya lokal," katanya.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kerap Berduet dengan Striker Asing
Di era Budi masih aktif bermain, banyak striker lokal yang jadi tandemi pemain asing. Sebab, kebanyakan tim masih menggunakan formasi dua pemain depan.
Budi Sudarsono beberapa kali berduet dengan penyerang asing. Salah satunya Cristian Gonzales ketika masih bermain di Persik Kediri.
Waktu itu Gonzales belum dinaturalisasi jadi warga negara Indonesia. Selain dia, Bambang Pamungkas, Gendut Doni dan lainnya juga merasakan situasi yang sama.
Di era sekarang, tren formasi satu striker di klub yang membuat masalah bagi Timnas Indonesia. Sehingga lebih banyak penyerang sayap yang muncul ketimbang striker murni.
"Sekarang makin modern tren nyajuga berbeda. Dengan formasi satu striker ini membuat jam terbang pemain lokal berkurang. Sehebat apapun kemampuannya, kalau jam terbang tidak ada, otomatis makin lama makin redup."
"Sebaliknya, striker yang punya kemampuan biasa, kalau dapat jam terbang lebih lama, mentalnya akan terbentuk," sambungnya.
Â
Advertisement
Mudah Tertantang
Melihat minimnya kesempatan main di Liga 1, Budi berharap striker lokal tak mudah menyerah. Dia ingin menularkan semangatnya semasa bermain. Sebagai penyerang lokal, dia selau tak mau kalah di lapangan.
"Buat motivasi harusnya untuk menunjukkan bahwa striker lokal itu bisa. Dulu saya mudah termotivasi. Ketika ada teman yang bisa kalau lawan punya bek bagus, saya makin tertantang," ucap Budi Sudarsono.
"Saya juga jarang bertahan di tim dengan waktu agak lama. Saya sering pindah untuk membuktikan bahwa dimanapun bermain, saya bisa tampil bagus. Siapapun tantemnya," tegasnya.