Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia U-23 hanya mampu meraih medali perunggu di SEA Games 2022, Vietnam. Pada perebutan tempat ketiga, skuad Garuda Muda mengalahkan Malaysia via adu penalti dengan skor 4-3 di Stadion Nasional My Dinh, Hanoi, Vietnam, Minggu (22/5/2022) WIB.
Hasil ini sekaligus membuat tim asuhan Shin Tae-yon gagal mewujudkan target meraih medali emas di ajang multi event kawasan Asia Tenggara itu.
Baca Juga
Mengulas Sosok Pemain yang Paling Layak Jadi Kapten Timnas Indonesia: Jay Idzes Ada Tandingan?
Rapor Pemain Lokal pada Dua Laga Home Timnas Indonesia di Kualifiaksi Piala Dunia 2026: Ridho Tak Tergantikan, Marselino Jadi Pahlawan
BRI Liga 1: Transisi Bertahannya Lemah, Persis Dibuat Tak Berdaya oleh Dua Winger Timnas Indonesia
Advertisement
Total dalam enam laga yang dimainkan di SEA Games, timnas Indonesia meraih kemenangan atas Timor Leste, Filipina dan Myanmar serta bermain imbang di waktu normal kontra Malaysia yang dilanjutkan dengan adu penalti. Fachruddin Aryanto dan kolega menelan dua kekalahan dari tim kuat, Vietnam dan Thailand.
Indonesia kalah tiga gol tanpa balas dari Vietnam di laga perdana Grup A (6/5/2022) dan ditekuk Thailand 0-1 di semifnal (19/5/2022).
Dihubungi Bola.com, Selasa (24/5/2022), eks penyerap sayap timnas Indonesia, Hanafing, menilai hasil yang diraih Timnas Indonesia U-23Â sejatinya sudah diprediksi sejak awal.Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Fakta Pahit
Berbagai pujian yang dilontarkan kepada Timnas Indonesia U-23 jelang SEA Games 2021 menurut Hanafing tak bisa dijadikan acuan.
"Sepak bola Indonesia memang sudah tertinggal dari Vietnam dan Thailand. Baik secara pembinaan, fasilitas mau pun atmosfer kompetisi," ujar Hanafing yang meraih medali emas bersama timnas Indonesia di SEA Games 1991.
Ketiga faktor inilah yang menjadi kendala dan kurang mendapat perhatian yang serius stakeholder sepak bola Indonesia. Terutama oleh federasi dan mayoritas klub di Indonesia. Padahal, secara bakat dan kemampuan dasar sepak bola kita terbilang lumayan.
Advertisement
Dominan kalau Lawan Tim Lemah
Hanafing merujuk komentar sejumlah pelatih asing pernah berkiprah di timnas Indonesia yang rata-rata berkomentar sama.
Itulah mengapa ketika timnas U-23 menghadapi lawan dengan kendala yang notabene sama, maka skuad Garuda Muda terlihat dominan.
"Kalau adu bakat tentu kita menang. Tapi, ketika menghadapi tim yang memiliki kelebihan yang saya sebutkan tadi, kita sulit berbuat banyak," tegas Hanafing yang kini sudah mengantongi lisensi kepelatihan Pro-AFC ini.
Menurut Hanafing, problem yang ini sudah mulai terlihat sejak Indonesia terakhir kali meraih medali emas di SEA Games 1991. Apalagi sejak bergulirnya Liga Indonesia pada 1994, klub-klub Indonesia lebih fokus mengejar prestasi dan melupakan pembinaan.Â
Shin Tae-yong Pertahankan
Belakangan PSSI mewajibkan tim Liga 1 memiliki akademi untuk pembinaan pemain usia muda.
"Tapi, faktanya, kita semua tahu, mayoritas akademi klub hanya sekadar nama dan menjalankan kewajiban. Faktanya, hanya sedikit yang betul-betul membina pemain," papar Hanafing.
Jadi, di mata Hanafing, penampilan Garuda Muda di SEA Games 2021 adalah cermin pembinaan sepak bola Indonesia minimal lima tahun sebelumnya.
"Secara pribadi, saya berharap Shin Tae-yong diberikan kesempatan dua sampai tiga tahun depan untuk membangun timnas dan sepak bola Indonesia secara umum bersama PSSI.
Advertisement
Sampai Jumpa di Kamboja!
ÂÂÂView this post on Instagram
Â