Bola.com, Jakarta - Kekalahan Timnas Indonesia U-19 dari Meksiko pada laga pamungkas Grup B Turnamen Toulon 2022 menyudahi kiprah Garuda Muda di turnamen sepak bola kelompok usia di Prancis itu. Tertekan sejak awal laga, mereka tak pernah benar-benar bisa bangkit.
Pada laga yang berlangsung di Stade de Lattre de Tassigny, Minggu (5/6/2022) malam, Garuda Muda sudah tertinggal lewat sepakan penalti Santiago Munoz pada menit ke-39. Hukuman diberikan lantaran Dimas Juliono melakukan pelanggaran di kotak terlarang.
Baca Juga
Tak Anti Naturalisasi, Mantan Timnas Indonesia Ini Sanjung Patriotisme Pemain Keturunan pada R3 Kualifikasi Piala Dunia 2026
5 Pemain Lokal Ini Bisa Jadi Andalan Timnas Indonesia U-22 untuk Piala AFF 2024: Punya Jam Terbang Tinggi, Saatnya Unjuk Gigi!
4 Pemain Lapis Dua Timnas Indonesia yang Layak Diberi Kesempatan Tampil Melawan Jepang
Advertisement
Dzenan Radoncic, yang ditunjuk menukangi Timnas Indonesia U-19 selama Turnamen Toulon 2022, mencoba melakukan perubahan di awal babak kedua. Tapi bukannya memperkecil ketertinggalan, mereka justru kembali kecolongan lewat aksi Jorge Ruvalcaba pada masa tambahan waktu.
Kekalahan ini terasa menyakitkan lantaran Timnas Indonesia U-19 masih berpeluang merebut tiket ke semifinal. Kemenangan bersejarah atas Ghana di laga sebelumnya, tak cukup membuat mereka melewati Meksiko.
Meski begitu, Bola.com melihat ada beberapa hal positif yang menyebabkan kekalahan Timnas Indonesia U-19 ini. Apa saja yang dimaksud? Berikut ulasan selengkapnya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Cahya Supriadi Siap Naik Kelas
Cahya Supriadi benar-benar menunjukkan kualitasnya di turnamen elit antar remaja ini. Kiper asal Persija Jakarta ini sekali lagi menjadi pemain kunci Indonesia dalam menghadapi gempuran Meksiko.
Dalam pertandingan tersebut, ia menghadapi enam tembakan ke arah gawang. Sayangnya, dua diantaranya termasuk penalti Santiago Munoz gagal dihentikan oleh pemain berusia 19 tahun tersebut.
Walau begitu, kekalahan ini tak membuat kehebatannya luntur. Bisa dikatakan, Cahya merupakan pemain terbaik Timnas Indonesia U-19 di turnamen kali ini.
Advertisement
Tidak Jadi Juru Kunci
Timnas Indonesia U-19 mengusung target realistis dalam turnamen ini. PSSI meminta Hokky Caraka dkk. berusaha melaju ke fase gugur. Untuk mendapatkannya, mereka harus menjadi juara grup atau menyabet status runner-up terbaik.
Kekalahan dari Venezuela di laga perdana sempat membuat mereka gundah. Tapi, kemenangan heroik atas Ghana membangkitkan asa mereka untuk melaju ke babak selanjutnya.
Apa lacur, Meksiko terlampau kuat dan angan-angan tersebut pupus begitu saja. Namun, Indonesia masih bisa berbangga. Sebab, mereka memastikan mengakhiri turnamen di atas Ghana yang menjadi juru kunci grup.
Lebih Baik Ketimbang Argentina dan Arab Saudi
Walaupun pulang dengan tangan hampa, permainan Timnas Indonesia U-19 memberikan impresi yang cukup bagus. Empat kuartet lini belakang plus keberadaan Cahya Supriadi di bawah mistar, membuat pertahanan Indonesia terlihat kokoh.
Bahkan secara statistik, pencapaian Indonesia jauh lebih baik dari Argentina dan Arab Saudi. Dua negara itu mengakhiri turnamen dengan jumlah kebobolan yang lebih banyak dari Indonesia.
Indonesia hanya kebobolan tiga gol termasuk dua diantaranya di laga pamungkas grup kontra Meksiko. Sementara Argentina menderita enam gol dan Arab Saudi jauh lebih buruk karena mengambil bola dari gawangnya sebanyak 10 kali dari tiga pertandingan.
Advertisement