Bola.com, Jakarta - Pengaturan skor adalah salah satu musuh paling berat di dunia sepak bola. Isu mengenai pengaturan skor terus terjadi hingga kini.
Terbaru kita tentu masih belum lupa soal bagaimana Vietnam dan Thailand bermain di laga terakhir fase grup Piala AFF U-19 2022 lalu. Keduanya terlihat sengaja mencari hasil imbang 1-1 untuk menyingkirkan Timnas Indonesia U-19.
Advertisement
Isu pengaturan skor seakan menjadi isu yang selalu hangat di Asia Tenggara. Sejak lama, isu soal pengaturan skor sudah tercium anyir. Namun, jarang sekali ada isu pengaturan skor yang kemudian diselidiki dan diselesaikan di meja hukum.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Hampir Merata
Tidak hanya Indonesia, negara Asia Tenggara lain pun cukup sering diterpa isu pengaturan skor. Vietnam satu di antaranya, bahkan kasus pengaturan skor di negara itu cukup parah dan cukup sering diungkap oleh pihak berwajib.
Pada tahun 2005 misalnya, ada 14 orang termasuk beberapa wasit dan pelatih dituduh terlibat suap selama perhelatan V League 2004/2005. Saat itu perputaran uang dari praktik haram itu mencapai angka yang luar biasa, diperkirakan mencapai satu miliar dolar Ameriak Serikat.
Kemudian pada Desember 2006, terjadi skandal pengaturan pertandingan yang melibatkan delapan pemain di Timnas Vietnam U-23. Mereka dituduh menerima suap dari sindikat judi untuk pengaturan skor pertandingan melawan Myanmar selama SEA Games di Filipina.
Setahun kemudian, kasus pengaturan skor kembali terjadi di Vietnam. Total sebanyak tujuh wasit dan dua pejabat olahraga dinyatakan bersalah dalam kasus pengaturan skor dengan nilai suap yang mencapai lebih dari 8.000 dolar Amerika Serikat.
Advertisement
Surat Cohen
Timnas Indonesia pernah beberapa kali diterpa isu pengaturan skor. Namun, yang paling baru terjadi pada tahun 2010 lalu, tepatnya di leg pertama final Piala AFF 2010.
Manajer Timnas Indonesia saat itu, Andi Darussalam Tabusalla sempat mengaku ada pihak yang mengatur skor dalam laga leg pertama final Piala AFF 2010.
"'Bagaimana Anda (Malaysia) bisa mainkan itu sampai kami (Indonesia) kalah?'. 'Kalau kami tak bisa mainkan orang abang (pemain Indonesia) itu, tak bisa menang kami'," kata Andi menjawab pertanyaan Najwa Shihab pada acara live "PSSI Bisa Apa jilid 2," pada tahun 2018.
Sebelum kembali dibahas pada tahun 2018 lalu, sebenarnya isu ini sudah cukup lama berembus. Tak lama setelah gelaran Piala AFF 2010 ada seseorang bernama Eli Cohen yang mengirimkan surat kepada Presiden Republik Indonesia saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono.
Surat itu berisi soal dugaan pengaturan skor di ajang tersebut. Terutama di laga final yang melibatkan Timnas Indonesia.
Sepak Bola Gajah di Piala Tiger 1998
Insiden itu terjadi di Stadion Thong Nhat, Vietnam pada babak grup Piala Tiger 1998 yang lalu. Timnas Indonesia mencetak dua terlebih dahulu melalui Miro Baldo Bento dan Aji Santoso. Thailand kemudian mampu menyamakan kedudukan.
Namun kejadian tak terduga terjadi di akhir babak kedua. Tak tau datang dari mana, Mursyid Effendi melakukan gol bunuh diri yang membuat skor jadi 2-3 untuk Thailand.
PSSI dan FAT saat itu sama-sama mendapatkan denda yang cukup besar dari FIFA akibat aksi itu. Mursyid pun dihukum tak boleh memperkuat Timnas Indonesia seumur hidup.
Namun, siapa aktor utama yang menyuruh Mursyid melakukan hal itu tidak ketahuan sampai sekarang. Bahkan, setelah Mursyid lama pensiun sebagai pesepakbola profesional.
Advertisement
Sepak Bola Gajah di Dalam Negeri
Praktik sepak bola gajah kembali terulang di tahun 2014. Namun, kali ini di level yang lebih kecil yakni liga kasta kedua sepak bola Indonesia, tepatnya di fase delapan besar.
PSS Sleman dan PSIS Semarang sebenarnya sama-sama tampil apik di fase tersebut. Mereka berdua sudah dipastikan lolos ke semifinal.
Namun, di laga penentuan juara grup, hal yang tak terduga terjadi. Dalam laga yang berlangsung di Stadion Akademi Angkatan Udara (AAU) itu, PSIS dan PSS sama-sama tidak mau menang.
Mereka seakan memainkan dagelan. Kedua tim membiarkan gawang mereka dibobol oleh lawan masing-masing.
Saat itu keduanya ditengarai ogah menjadi juara grup lantaran menghindari Borneo FC di babak semifinal. PSS dan PSIS pun didiskualifikasi dari ajang itu.