Bola.com, Makassar - Arema FC punya beberapa keuntungan saat bertamu ke markas PSM Makassar, Sabtu (20/8/2022).
Selain tuan rumah sedang punya jadwal padat antara Liga 1 dan Piala AFC, Arema punya beberapa pemain yang lama di Makassar. Selain Ilham Udin Armaiyn, ada bek senior Hasim Kipuw.
Baca Juga
Advertisement
Bek 34 tahun ini sempat bermain untuk PSM selama 4 musim. Sekarang dia berkostum Arema FC dan kembali ke Makassar sebagai lawan.
“Saya rasa pertandingan ini seru. Saya bisa bertemu dengan teman lama. Suporter juga. 4 tahun saya bermain di PSM,” katanya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Bukan Pilihan Utama
Hanya saja di Arema FC, Kipuw bukan pilihan utama. Pelatih Eduardo Almeida mengandalkan duet stoper Sergio Silva dan Bagas Adi.
Sedangkan di bek kanan, Rizky Dwi dapat kepercayaan utama. Namun, tidak menutup kemungkinan Kipuw dapat kesempatan main Meskipun sebagai pengganti.
Dia mengaku profesional dan tak canggung jika harus menghadapi PSM di Stadion Gelora B.J. Habibie, Pare-Pare, Sulawesi Selatan.
“Saya profesional saja. Kalau dirusuh memilih main, saya akan main. Rasanya, saya bermain di rumah sendiri. Karena saya memang tinggal di Makassar. KTP juga pindah ke sini,” imbuhnya.
Advertisement
Keluarga di Makassar
Kipuw sebenarnya pemain kelahiran Ambon. Namun setelah berkeluarga, dia memilih menetap di Makassar karena istri dan anaknya juga menetap di sana.
Jadi, dia merasa tidak asing meski harus bermain di stadion yang jaraknya 3 jam dari Makassar. Karena baru musim ini PSM menggunakan Stadion Gelora B.J. Habibie. Sebelumnya, mereka memakai Stadion Mattoangin.
Tidak Ada Perbedaan Atmosfer Stadion
Menurut Kipuw, dia melihat tidak ada perbedaan atmosfer di Stadion Gelora B.J. Habibie dengan Mattoangin. Suporter yang datang tetap banyak.
Kipuw belum pernah merasakan bermain di markas PSM yang baru. Namun dia melihat fanatisme suporter PSM masih bagus. Meski jaraknya jauh, mereka tetap datang memberi dukungan langsung. Itu dilihatnya dalam siaran langsung pertandingan PSM.
“Cuma beda kota saja. Kalau atmosfer pertandingan sama seperti Mattoangin. Kalau Stadion di Pare-Pare ini, jarak tribun penonton dengan bench dan lapangan lebih dekat. Jadi suara suporter lebih keras. Tapi suporter PSM biasanya memberi teror biasa saja teriakan. Tidak sampai rusuh,” jelasnya.
Advertisement