Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia seolah tak pernah kehabisan stok penyerang hebat. Di tengah gempuran penyerang asing, nyatanya kompetisi domestik tetap mampu menelurkan pemain-pemain besar di pos nomor 9.
Duo legenda Kurniawan Dwi Yulianto dan Bambang Pamungkas jadi yang paling mudah diingat. Ketajaman keduanya menjadi jaminan skuad Garuda mencetak banyak gol di setiap turnamen yang diikuti.
Baca Juga
AFC Champions League 2: Dimas Drajad Diparkir saat Hadapi Lion City, Diharapkan Siap Tempur Hadapi Borneo FC
Perkembangan 2 Pemain Persib yang Cedera: Dimas Drajad Off 12 Hari, Bule 3 Pekan
AFC Championship League 2: Dimas Drajad Kena Kartu Merah saat Persib Hadapi Lion City Sailors, Bojan Hodak Kecewa
Advertisement
Tetapi selain mereka, masih banyak sederet nama lain yang tak kalah moncer di era Liga Indonesia. Budi Sudarsono, Gendut Doni, Zaenal Arief, Ilham Jaya Kesuma selalu mampu menjadi sumber gol untuk klub dan negaranya.
Paling fenomenal, tentu saja kemunculan Boaz Solossa pada Piala Tiger (kini Piala AFF) 2007. Pemain yang kala itu masih berusia 17 tahun langsung menggebrak panggung internasional setelah menjadi juara Pekan Olahraga Nasional (PON) pada tahun yang sama.
Tetapi setelah era Boaz, Timnas Indonesia seperti kehilangan formula dalam mengembangkan bakat-bakat terbaik di posisi penyerang, terutama pemain nomor 9. Langkah naturalisasi pun 'terpaksa' dilakukan untuk mengatasi gap tersebut.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Solusi Semu
Langkah naturalisasi memang tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Tuntutan gelar juara mau tak mau memaksa klub mencari pemain yang sudah jadi dan menafikan kesempatan bagi pemain lokal.
Melihat fenomena tersebut, PSSI seolah 'mengalah' untuk menjaga wibawa Timnas Indonesia di pentas Internasional. Mereka pun menggenjot program naturalisasi kepada penyerang hebat yang telah lama berkarier di sepak bola lokal.
Tetapi, keberadaan Cristian Gonzales, Ilija Spasojevic, hingga Alberto Goncalves bisa dikatakan hanya menjadi solusi jangka pendek. Masa edar mereka di Tim Merah Putih tak terlalu lama lantaran usia yang mulai menua.
Â
Advertisement
Masa Depan
Pencarian pelatih Shin Tae-yong akan penyerang masa depan Timnas Indonesia rasanya sudah tuntas. Dimas Drajad mampu menjawab kepercayaan dengan menorehkan tiga gol dalam dua laga uji coba kontra Curacao.
Tak hanya pemain asal Gresik itu saja yang bersinar. Dendy Sulistyawan yang akhirnya mendapatkan debut juga mampu menunaikan tugasnya sebagai penyerang jempolan di Timnas Indonesia.
Tetapi, bila melihat lebih jauh lagi, pelatih yang akrab disapa STY tersebut juga sudah menemukan dua sosok hebat di usia belia. Hokky Caraka dan Rabbani Tasnim bakal bahu membahu membela panji Timnas Indonesia di Piala Dunia U-20 2023.
Â
Diasah Shin Tae-yong
Dimas Drajad merupakan satu di antara contoh striker yang performanya meningkat di bawah asuhan Shin Tae-yong. Dia pertama kali mendapat panggilan membela Timnas Indonesia di era STY pada Kualifikasi Piala Asia 2023.
Pemanggilan itu dilatarbelakangi dengan performa Dimas Drajad bersama Persikabo 1973. Pada musim lalu, Dimas Drajad sukses mencetak 11 gol dari 31 laga di BRI Liga 1.
Dimas kemudian mengawali debut dalam laga persahabatan melawan Bangladesh (1/6/2022) pada usia 25 tahun 2 bulan dan 2 hari.
Setelah itu, Dimas Drajad terus mendapatkan kesempatan dari Shin Tae-yong di Timnas Indonesia. Kepercayaan yang berhasil dibayar dengan torehan tiga gol dari enam laga yang sudah dimainkan di Timnas Merah Putih.
Advertisement