Bola.com, Malang - Striker asing Arema FC, Abel Camara bersaksi dengan media Portugal, Misfutebol terkait tragedi Kanjuruhan yang merenggut ratusan korban jiwa.
Sedikitnya 129 orang meninggal dunia akibat kerusuhan suporter Arema FC, Aremania dan tindakan represif kepolisian dalam partai kontra Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang pada Senin (1/10/2022).
Baca Juga
BRI Liga 1: Mazola Junior Klaim PSS Sleman Makin Kuat di Putaran Kedua, Ini Alasannya
Stadion Nasional Dipakai Konser, Timnas Singapura Terpaksa Geser ke Jalan Besar di Semifinal Piala AFF 2024: Kapasitas Hanya 6 Ribu Penonton
Gelandang Newcastle United Bantah Punya Darah Negeri Jiran, Minta Jangan Dihubungkan Lagi dengan Timnas Malaysia
Advertisement
"Ini adalah derbi yang sangat lama dan selama seminggu sudah terasa di seluruh kota bahwa ini adalah pertandingan yang lebih dari tiga angka," ujar Abel Camara.
"Mereka bilang ini adalah permainan hidup dan mati. Kita boleh kalah di setiap pertandingan, kecuali melawan Persebaya," jelasnya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kisah Abel Camara
Abel Camara berkisah ketika para pemain Arema FC mendekati tribune penonton untuk meminta maaf, namun Aremania justru mencoba menyerbu lapangan.
"Ada ketegangan di lapangan. Setelah kami kalah, kami pergi untuk meminta maaf kepada para penggemar," tutur Abel Camara.
"Mereka mulai memanjat pagar dan kami pergi ke ruang ganti," ucap penyerang asal Guinea-Bissau tersebut.
Advertisement
Cerita Abel Camara
Abel Camara lalu menceritakan suasana mencekam di Kanjuruhan dan melihat dengan mata kepalanya sendiri mayat tergeletak di ruang ganti Arema FC.
"Sejak saat itu, kami mulai mendengar tembakan. Kami melihat orang-orang di dalam ruang ganti yang terkena gas air mata dan meninggal tepat di depan kami," ujarnya.
"Kami memiliki sekitar tujuh sampai delapan orang tewas di ruang ganti," kata penyerang berusia 32 tahun tersebut.
Terkurung 4 Jam di Kanjuruhan
Skuad Arema FC harus tertahan hingga empat jam di Kanjuruhan. Ketika keluar dari stadion, Abel Camara melihat darah berceceran hingga mobil polisi yang sudah rusak terbakar.
"Kami harus berada di Kanjuruhan selama sempat jam. Ketika kami pergi dan semuanya lebih tenang, ada darah, sepatu, hingga pakaian di stadion," tutur Abel Camara.
"Ketika kami meninggalkan stadion, ada mobil sipil dan polisi terbakar. Namun, kami bisa pulang ke markas Arema FC dan mengambil mobil lalu pulang. Sekarang kami di rumah, menunggu apa yang akan terjadi," imbuhnya.
Untuk sementara, Liga 1 2022/2023 harus dihentikan selama satu pekan lantaran tragedi Kanjuruhan.Â
Advertisement