Bola.com, Jakarta - Persebaya Surabaya mengungkapkan fakta menarik terkait Standart Operating Procedure (SOP) dalam pengamanan pertandingan sepak bola di Tanah Air. Persebaya menyebut tidak ada aturan baku yang dikeluarkan oleh PSSI.
Direktur Media Persebaya Surabaya, Nanang Prianto, menilai setiap klub selalu berusaha mencuri solusi sendiri dalam penanganan laga sepak bola. Tak ada aturan mengikat yang ditetapkan oleh induk federasi sepak bola Indonesia itu.
Baca Juga
Rizky Ridho Berbagi Cerita: Peran Sang Ayah, Sempat Berdagang Ayam, hingga Digenjot Latihan Fisik di Awal Gabung Timnas Indonesia
Gilson Costa Jadi Pemain Asing Persebaya dengan Minim Menit Bermain
Klasemen BRI Liga 1 2024 / 2025 Hingga Pekan Ke-10: Borneo FC Dibayangi Persebaya, PSS Menjauh dari Zona Merah
Advertisement
"Perlu saya tekankan, selama ini SOP penyelenggaraan pertandingan ini enggak benar-benar clear. Semuanya macam-macam, seperti di Surabaya, itu yang masuk ke ring 3 stadion harus memiliki gelang (tiket)," ujarnya.
Ia mencontohkan bagaimana panpel Bandung melakukan improvisasi sendiri terkait hal ini. Mereka seperti menggunakan sistem baru agar tidak terjadi kejadian serupa ketika Piala PResiden 2022 yang sampai memakan korban.
"Kami tahu SOP itu enggak semua tim melakukannya. Seperti yang terjadi di Bandung. Ketika Piala Presiden, ada korban meninggal. Kemudian mereka masuk liga pakai sistem baru yang mungkin jauh lebih baik," jelas Direktur Media Persebaya Surabaya itu.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pengamanan Pertandingan di Surabaya
Â
Kejadian suporter masuk ke dalam stadion bukan hal baru yang dialami Persebaya Surabaya. Praktis sejak pencekalan mereka dicabut pada 2017 silam, setidaknya mereka tiga kali harus menghadapi kekecewaan suporter.
Terakhir, mereka masuk ke lapangan setelah pertandingan kontra RANS Nusantara FC yang berlangsung di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo (15/9/2022). Meskipun melakukan perusakan di berbagai sudut stadion, tak ada siapapun yang harus meregang nyawa.
"Kalau di Surabaya ada peristiwa seperti ini pada 2017 dan 2019. Namun, situasi masih bisa dikendalikan, enggak sampai ada korban jiwa. Termasuk di Sidoarjo kemarin enggak ada korban jiwa," ungkapnya.
"Namun, ini sifatnya lebih ke kreativitas, ide masing-masing tim, tapi enggak ada aturan atau sistem yang baku. Semoga tragedi yang menyedihkan ini menjadikan sepak bola indonesia lebih baik lagi," harap pria yang pernah menjadi jurnalis itu.
Â
Advertisement
Jadwal Pertandingan Malam Wajib Dievaluasi
Sorotan lainnya adalah jam pertandingan malam yang biasanya digelar selepas jam 7 malam WIB. Nanang melihat situasi tidak ideal untuk menyelenggarakan pertandingan dan itu memengaruhi semua elemen yang terlibat dalam sebuah laga.
"Semoga tragedi ini jadi catatan bapak-bapak yang ada di federasi. Semoga ada SOP yang lebih bagus, termasuk dulu Pak Presiden (Persebaya Surabaya, Azrul Ananda) mengeluhkan kick-off kemalaman," ujarnya.
"Terus teman-teman Bonek juga ikut menyuarakan seperti itu dan akhirnya Persebaya main sore semua (di laga kandang) dan ini meminimalkan risiko yang mungkin terjadi," tandas pria kelahiran Malang tersebut.
Tragedi Kanjuruhan
Sedikitnya 127 orang meninggal dunia akibat kerusuhan suporter Arema FC, Aremania, dan tindakan represif petugas keamanan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang pada Sabtu (1/10/2022) malam WIB.
Pemerintah mengabarkan bahwa sebanyak 448 orang menjadi korban tragedi Kanjuruhan, dengan 302 di antaranya luka ringan dan 21 orang luka berat.
Presiden Jokowi akan memberikan santunan Rp50 juta bagi keluarga korban jiwa dan menggratiskan perawatan serta pengobatan untuk korban luka-luka.
Advertisement