Bola.com, Malang - Empat hari sudah usai insiden mengerikan di Stadion Kanjuruhan, Malang pada hari Sabtu (01/10/2022) lalu.
Seperti diketahui, laga antar Arema FC kontra Persebaya Surabaya yang berakhir 2-3 membuat ratusan orang meninggal dunia di Stadion Kanjuruhan.
Advertisement
Beberapa kejadian jadi pusat perhatian, salah satunya video lautan manusia yang hendak keluar stadion namun kondisi pintu tertutup.
Karena pemandangan ini, banyak korban terinjak yang kehilangan nyawa. Hari ini, pantauan dari Bola.com, tagar Kengerian di Pintu 13 jadi trending topic di Twitter.
Ya, Pintu 13 Stadion Kanjuruhan memang jadi salah satu pintu keluar yang menjadi sorotan karena sempat tertutup usai momen polisi mengeluarkan gas air mata.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Garis Polisi
Bola.com sendiri sempat kembali datang ke Stadion Kanjuruhan pada hari Senin (03/10/2022). Terlihat beberapa area di stadion masih terdapat garis polisi, terrmasuk Pintu 13.
"Saya tadi foto di Pintu 11, 12, dan 13 semua masih ada police line. Loster udara di Pintu 13 juga jebol," kata laporan kontributor Bola.com di Malang, Iwan Setiawan.
"Saya juga sempat lihat masih ada darah di Pintu 12 dan Pintu 13," lanjutnya.
Advertisement
Curhat Penonton
Bola.com sendiri menemui korban yang selamat dari pintu maut tersebut. Salah satunya, Elmiati (33), warga Sumpil, Blimbing, Kota Malang.
Sayangnya, suami dan anaknya harus kehilangan nyawa. Yakni Rudi Harianto (34) dan Virdy Prayoga (3).
“Waktu itu saya tidak ingat berapa kali tembakan gas air mata yang ke tribun. Saya duduk di bagian tengah di tribun 13," Elmiati mengisahkan.
"Lalu kami buru-buru keluar. Anak saya digendong suami ada didepan. Saat mau turun tangga keluar, kami terpisah,” lanjutnya.
Kebersamaan Terakhir
Waktu itu Elmi menyebut jika pintu 13 sudah tidak terkunci. Namun meski dalam kondisi terbuka tapi masih terasa sempit untuk kerumunan suporter yang hendak keluar.
Sehingga ada lubang udara yang dijebol untuk akses keluar lain. Tak disangka, itu jadi kebersamaan terakhir mereka.
Elmi yang tak bisa menembus kerumunan akhirnya kembali ke tribun sambil menunggu asap gas air mata hilang. Tentu dengan menahan perih di bagian mata. Dia tidak sendirian. Elmi bersama beberapa temannya.
“Setelah agak reda, saya memilih keluar lewat pintu lain. Pintu yang mengarah ke dalam lapangan. Kebetulan waktu itu sudah dibuka. Kami sempat ditolong anggota TNI menyiram wajah dengan air untuk mengurangi efek gas air mata,” sambungnya.
Advertisement
Suami dan Anak Meninggal Dunia
Begitu bisa lolos dari tribun dia melihat banyak korban berjatuhan di area stadion. Namun Elmi tak mengetahui di mana keberadaan suami dan anaknya.
Lalu temannya mengajak ke rumah sakit RSUD Kanjuruhan untuk melihat sang anak yang baru berusia 3 tahun kabarnya sudah dievakuasi.
"Kami jalan kaki dari stadion ke RSUD Kanjuruhan. Lalu saya lihat arahnya menuju kamar jenazah. Firasat saya sudah tidak enak dan tidak mau masuk. Tapi saya merasa kalau memang anak saya meninggal, ini jadi kesempatan terakhir saya untuk bertemu,” lanjutnya.
Baru terpukul dengan meninggalnya sang anak, dia kembali dapat kabar duka. Sang suami juga meninggal di rumah sakit yang berbeda. Yakni RS Wava Husada yang jaraknya kurang lebih 2 kilometer dari Stadion Kanjuruhan.