Bola.com, Malang - Tragedi Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022) masih menjadi sorotan dunia. Kerusuhan yang melibatkan Aremania dengan pihak keamanan memakan korban 125 jiwa.
Diperkirakan korban paling banyak ada di tribune ekonomi belakang gawang sebelah selatan Stadion Kanjuruhan, yakni pintu 11, 12 dan 13 yang bisa dibilang sebagai pintu maut bagi Aremania.
Advertisement
Gara-gara gas air mata ditembakkan ke arah tribune, membuat banyak korban jatuh karena terinjak di tengah kepanikan efek gas air mata.
Bola.com menemui korban yang selamat dari pintu maut Stadion Kanjuruhan itu. Salah satunya, Elmiati (33), warga Sumpil, Blimbing, Kota Malang. Suami dan anaknya kehilangan nyawa, yakni Rudi Harianto (34) dan Virdy Prayoga (3).
“Waktu itu saya tidak ingat berapa kali tembakan gas air mata yang ke tribune. Saya duduk di bagian tengah di tribun 13. Lalu kami buru-buru keluar. Anak saya digendong suami ada didepan. Saat mau turun tangga keluar, kami terpisah,” ceritanya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kebersamaan Terakhir
Elmi menyebut pintu 13 sudah tidak terkunci saat itu. Namun pintu masih terasa sempit untuk kerumunan suporter yang hendak keluar.
Tak disangka, momen itu menjadi kebersamaan terakhir mereka. Elmi yang tak bisa menembus kerumunan akhirnya kembali ke tribune sambil menunggu asap gas air mata hilang.
“Setelah agak reda, saya memilih keluar lewat pintu lain. Pintu yang mengarah ke dalam lapangan. Kebetulan waktu itu sudah dibuka. Kami sempat ditolong anggota TNI menyiram wajah dengan air untuk mengurangi efek gas air mata,” sambungnya.
Advertisement
Mencari Suami dan Anak
Begitu bisa lolos dari tribune, dia melihat banyak korban berjatuhan di area stadion. Namun Elmi tak mengetahui di mana keberadaan suami dan anaknya.
Kemudian temannya mengajak Elmi ke rumah sakit RSUD Kanjuruhan untuk melihat sang anak yang baru berusia 3 tahun kabarnya sudah dievakuasi.
“Kami jalan kaki dari stadion ke RSUD Kanjuruhan. Lalu saya lihat arahnya menuju kamar jenazah. Firasat saya sudah tidak enak dan tidak mau masuk. Tapi saya merasa kalau memang anak saya meninggal, ini jadi kesempatan terakhir saya untuk bertemu,” lanjut dia.
Beberapa saat mengetahui buah hatinya sudah meninggal, Elmi juga diberi tahu suaminya juga sudah tiada yang berada di rumah sakit yang berbeda, yakni RS Wava Husada yang jaraknya kurang lebih 2 kilometer dari Stadion Kanjuruhan.
Trauma dengan Sepak Bola
Sebenarnya, Elmi, suami dan anaknya tergolong Aremania baru. Mereka baru melihat tiga pertandingan secara langsung di Stadion Kanjuruhan.
Semuanya adalah pertandingan di Liga 1 2022/2023, saat Arema bermain melawan PSIS Semarang, Persija Jakarta dan Persebaya Surabaya.
“Dua pertandingan awal sebelumnya aman-aman saja. Karena itu saya dan suami mau melihat pertandingan yang ketiga. Ini demi membuat hati anak saya senang. Tapi sekarang, tentu ada trauma,” kenangnya.
Advertisement
Mimpi Suami Jadi Firasat
Elmi menambahkan sebelumnya ada sebuah firasat yang dirasakannya sebelum tragedi tersebut. Menurut pengakuan Elmi, suaminya bermimpi potong rambut.
“Suami saya agak gelisah karena mimpi begitu. Dan waktu mau berangkat ke stadion, anak dan suami memang potong rambut. Mungkin itu firasatnya,” kata Elmi memungkasi ceritanya.