Bola.com, Bogor - Pengamat sepak bola nasional, Kesit Budi Handoyo sepakat jika kompetisi Liga 1 2022/2023 dihentikan sementara sebagai bentuk keprihatinan stakeholder sepakbola nasional.
Dalam masa rehat ini, Kesit berharap pihak terkait mengusut tuntas tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, 1 Oktober 2022.
Advertisement
Seperti diketahui, ratusan orang meninggal usai pertandingan Arema FC versus Persebaya yang berkesudahan dengan skor 2-3 untuk kemenangan tim tamu.
Pasca kejadian itu, PSSI melalui Komisi Disiplin (Komdis) melakukan investigasi. Salah satu hasilnya PSSI menghukum Arema FC tidak boleh menggelar pertandingan dengan penonton dan tidak boleh memainkan laga kandang di Malang.
Selain itu, ketua panitia penyelenggara dan security official dihukum tidak boleh terlibat dalam kegiatan sepak bola seumur hidup. Arema FC pun disanksi denda 250 juta.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tepat Hentikan Liga 1
Selain sanksi untuk Arema FC, PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) menghentikan kompetisi BRI Liga 1 selama dua pekan.
"Akibat kejadian ini memang sudah seharusnya PSSI untuk sementara menghentikan Liga 1 sebagai bentuk keprihatinan yang mendalam. Dan juga memastikan bahwa tragedi ini akan diusut tuntas," kata Kesit Budi Handoyo kepada Bola.com, Selasa (04/10/2022).
Menyikapi tragedi Stadion Kanjuruhan, pria yang sering tampil sebagai komentator jalannya pertandingan sepak bola di beberapa stasiun televisi nasional ini menyebut sudah seharusnya masyarakat Indonesia berkabung.
Pasalnya, kata Kesit, korban wafat mencapai ratusan orang dan menjadi perhatian dunia.
"Pertama tentu kita sangat prihatin dengan terjadinya tragedi Stadion Kanjuruhan yang menewaskan ratusan suporter di Malang," ujarnya.
Advertisement
Sanksi FIFA
Berbicara tentang kemungkinan sanksi dari FIFA untuk sepak bola Indonesia, Kesit menyebut hal itu bukan yang mustahil terjadi.
Apalagi, kejadian di Stadion Kanjuruhan ini melebihi jumlah korban dalam tragedi Heysel pada tahun 1985 lalu yang menewaskan 39 orang.
"Sanksi dari FIFA bisa saja diberikan kepada Indonesia mengingat akibat insiden ini banyak suporter yang tewas," kata Kesit.
"Bahkan jumlahnya melebihi korban tragedi Heysel tahun 1985 saat final Piala Champions antara Juventus vs Liverpool yang menewaskan 39 orang atau tragedi Hillsborough di Inggris tahun 1989 yang menewaskan 96 orang."
FIFA Tidak Tinggal Diam
FIFA pastinya tidak akan tinggal diam melihat apa yang terjadi di Indonesia. Apalagi Indonesia tak lama lagi bakal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun 2023.
"Soal apa sanksi yang akan diberikan oleh FIFA tentu belum bisa diketahui," ujarnya.
Kesit mengatakan potensi diberikannya sanksi terhadap Indonesia sangat mungkin, kalau menengok tragedi Heysel 1985, FIFA menghukum Inggris 5 tahun tak boleh aktif di lingkungan Eropa.
"Namun, tragedi di Kanjuruhan Malang berlangsung di liga lokal yang tidak melibatkan klub dari negara lain anggota FIFA," ucap Kesit.
"Tapi sebagai anggota FIFA tentu Indonesia harus taat dan patuh menjalankan regulasi yang dibuat FIFA khususnya terkait dengan pengamanan penonton di stadion," Kesit mengakhiri pembicaraan.
Advertisement