Bola.com, Jakarta - Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan lebih dari 125 jiwa pada akhir pekan lalu terus memancing perhatian. Apalagi banyak kejanggalan dari tragedi selepas laga antara Arema FC melawan Persebaya pada Sabtu (1/10/2022) lalu.
Banyak hal dalam Tragedi Kanjuruhan yang kemudian mendapat sorotan. Misalnya jumlah penonton yang melebihi kapasitas. Tembakan gas air mata dari suporter, hingga waktu kick-off yang terlalu malam.
Baca Juga
Advertisement
Belakangan diketahui juga hanya satu orang Indonesia yang memiliki lisensi FIFA di posisi Security Officer. Menariknya, Nugroho kini sudah tidak ada di pengurusan PSSI lagi.
Kepada kanal Youtube Sport77 Official, Nugroho berbicara mengenai kejadian memilukan di Kanjuruhan, Malang itu. Ia mengaku miris dan tidak bisa berkata-kata.
"Merinding saya, itu seharusnya tidak boleh terjadi, dan tidak boleh terulang lagi," katanya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pentingnya Pengaturan Pertandingan
Nugroho kemudian berbicara mengenai kondisi pertandingan sepak bola di Indonesia. Sosok berkacamata itu merasa pelaksanaan pertandingan sepak bola di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan.
"Kalau di Indonesia memang belum sesuai yang diharapkan. Di sepak bola ada FIFA, FIFA ada aturan itu ribuan berdasarkan masalah yang banyak termasuk permasalahan soal pengaturan pertandingan," jelasnya.
Nugroho menyebut di dalam sebuah pertandingan ada yang namanya perencanaan. Di proses perencanaan itu lah manajemen resiko dibahas.
Harus ada kesepahaman mengenai pengendalian masa ketika terjadi kejadian yang tidak diinginkan oleh pihak-pihak terkait. Terutama panitia pelaksana dan pihak keamanan.
"Ada proses perencanaan, artinya melakukan kajian berdasarkan fakta-fakta atau penilaian resiko. Bagaimana mengindari atau memperingan risiko," katanya.
Advertisement
Berbahaya Jika Terlalu Malam
Salah satu hal yang disoroti dari pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya adalah soal waktu kick-off. Diketahui, laga itu baru dimulai pada pukul 20.00.
Padahal pihak keamanan dan panitia pelaksana sudah meminta operator liga dan juga pihak penyiar untuk memajukan jadwal kick-off di pukul 15.30. Alasannya tentu keamanan. Meski kemudian permintaan itu tak diindahkan.
Nugroho menyebut menggelar pertandingan sepak bola di malam hari di Indonesia memang penuh resiko. Apalagi instfrastuktur banyak stadion di Tanah Air masih jauh dari kata layak.
"Kalau malam hari, effortnya lebih besar butuh penanganan khusus. Biasanya stadion di Indonesia terang di dalam di luar gelap," ujarnya.
"Gensetnya hanya bisa menghidupi lapangan di ruangan di dalam saja. Sehingga ada area blind spot, dari sisi keamanan membahayakan," sambung Nugroho.
Butuh Penerangan Tambahan
Jika kondisi seperti itu terjadi, panitia pelaksana pertandingan memang butuh melakukan sesuatu yang lebih. Seperti menyediakan tenaga listrik cadangan untuk menerangi bagian luar stadion.
"Kalau harus malam juga, ada mitigasinya misalnya ada genset cadangan untuk menyalakan lampu di laur. Tapi ini akan keluar biaya lagi," tutut Nugroho.
Selain tenaga listrik tambahan, kondisi pertandingan di malam hari menurut Nugroho juga memerlukan tambahan tenaga keamaan
'Orangnya (keamanan) juga harus lebih banyak karena blind spot lagi. Ini harus dilakukan di tahap persiapan tadi," tegasnya.
Advertisement