Bola.com, Denpasar - Sudah hampir sepekan tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 131 suporter Arema FC berlalu. Namun, luka dan duka masih dirasakan hingga saat ini. Bukan hanya bagi Aremania, Arema FC, ataupun warga Malang saja. Teteapi juga bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Tak terkecuali bagi 17 klub Liga 1. Madura United misalnya, menujukkan rasa empatinya dengan menghentikan sejenak aktivitas mereka di dunia sepak bola.
Baca Juga
BRI Liga 1: Mulai Panas, Teco Tolak Permintaan Tunda Jadwal Pelatih Persib, Langsung Dapat Sindiran
BRI Liga 1: Jeda FIFA Matchday Selama 2 Pekan, Ini Cara Pelatih PSBS Biak dan Bali United Untuk Jaga Performa
Hasil BRI Liga 1 Hari Ini: PSS Permalukan Persis, Bali United Takluk di 'Kandang Sendiri' dari PSBS
Advertisement
Dari unggahan mereka di instagram resmi Madura United, tersirat bahwa tidak ada aktivitas latihan yang dilakukan.
Namun klub lain masih tetap menggelar latihan. Misalnya Bali United yang tetap berlatih meskipun Liga 1 ditangguhkan sementara waktu. Meskipun masih berlatih, tetapi rasa emoati masih tetap mengalir.
Misalnya dari CEO Bali United yang menyampaikan belasungkawa terkait tragedi Kanjuruhan. "Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas tragedi di Kanjuruhan. Tentunya kejadian ini bukan hanya menimpa Aremania dan Arema FC saja, tetapi menjadi pukulan telak bagis seluruh suporter yang ada di Indonesia,” beber Yabes pada Jumat (7/10/2022).
“Bukan juga hanya warga Indonesia yang berkabung, tetapi masyarakat dari belahan dunia lain ikut merasakannya,” tambah pria yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT Bali Bintang Sejahtera, Tbk (BOLA) tersebut.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Perdamaian di Mana-mana
Di satu sisi Yabes bersedih dengan kejadian ini, disisi lainnya dia juga senang. Senang karena elemen suporter yang sudah bertahun-tahun lamanya berseteru akhirnya berangkulan kembali satu sama lain.
Mereka menjadi satu kesatuan setelah tragedi memilukan ini. Sebagai masyarakat Indonesia, rasanaya senang bisa melihat The Jakmania dengan Viking saling memberikan dukungan. Bonekmania dengan Aremania yang saling menguatkan satu sama lain.
Atau suporter Persis Solo, PSS Sleman, dan PSIM Mataram Yogyakarta yang berada di tempat yang sama, Stadion Mandala Krida Yogyakarta untuk menggelar doa bersama dan melakukan pertemuan dengan guyub untuk mengenang para korban tragedi Kanjuruhan.
Advertisement
Rivalitas yang Lebih Manusiawi
Yabes pun senang melihat kondisi suporter dengan perseturuan bertahun-tahun bahkan berdekade lamanya bisa saling menguatkan satu sama lain, berangkulan, dan tidak ada gesekan di antara mereka.
“Rivalitas itu kan hanya 90 menit di lapangan. Di luar itu, kami semua saudara. Semua suka sepak bola. Memang ketika melihat tim kebanggaan kalah, tidak enak hati rasanya. Pasti ada jiwa untuk memiliki dari suporter,” ujarnya.
Namun yang perlu diingat, perdamaian boleh saja terjadi tetapi rivalitas harus tetap berjalan. Rivalitas dalam arti yang positif. Rivalitas yang selalu mendukung penuh klub kebanggaan tanpa saling menjatuhkan tim lawan atau saling bentrok fisik.
Cukup 90 Menit
Bagi Yabes, pertandingan sepak bola hanya 90 menit di lapangan. Tensi tinggi boleh saja terjadi, namun setelah pertandingan tidak boleh ada gesekan yang memicu perselisihan.
“Bukan berarti tanpa rivalitas ya. Rivalitas perlu untuk mendukung penuh tim mereka masing-masing. Bukan untuk menjatuhkan tim lawan atau melakukan hal-hal negatif lainnya.
Hal senada juga diungkapkan penyerang Bali United Lerby Eliandry Pong Babu. Lerby menilai semua elemen suporter ditengah duka mendalam akibat tragdi Kanjuruhan, bisa melakukan introspeksi diri agar tidak ada kejadian serupa terulang kembali.
Advertisement
Introspeksi
Yang jelas lanjut Lerby, dia senang adanya rivalitas di dunia sepak bola namun rivalitas tersebut harus terjadi secara sehat.
"Kami sebagai pemain senang ketika di lapangan, didukung suporter. Senang ada rivalitas. Tapi rivalitas yang sehat dengan mendukung tim sendiri," ucapnya.
"Suporter harus bisa introspeksi diri dengan kejadian kemarin. Rivalitas hanya sekadar rivalitas selama 90 menit. Jangan hanya saling menyalahkan, tetapi juga memberikan dukungan. Boleh mencintai tim, tetapi tidak terlalu fanatik. Fanatisme berlebihan itu tidak baik dan hanya akan merugikan berbagai pihak," tutup mantan penyerang Borneo FC ini.