Bola.com, Malang - Sesepuh Aremania, Anto Baret, optimistis misi perdamaian suporter di Indonesia bisa terwujud. Dia melihat energi perdamaian sudah muncul dari seluruh Indonesia, dan atas kesadaran sendiri.
Dia juga meminta nyanyian bernada hujatan dihilangkan atau jangan sampai terdengar di stadion. Dia menegaskan dendam dan benci harus dikubur dalam-dalam.
Advertisement
Anto Baret mengaku sangat terpukul dengan peristiwa Tragedi Kanjuruhan yang menelan korban 131 jiwa selepas partai Arema FC versus Persebaya di Stadion Kanjuruhan, pada 1 Oktober 2022 malam. Laga, yang hanya dihadiri pendukung Arema itu, berakhir dengan kemenangan Persebaya skornya 3-2.
Setelah laga terjadi kekacauan. Suasana makin mencekam setelah ada tembakan gas air mata, yang membuat penonton panik dan berdesak-desakan, sehingga menyebabkan banyak orang meninggal.
Momentum itu memunculkan energi perdamain suporter di berbagai belahan Indonesia, termasuk di Solo dan Yogyakarta, hingga Surabaya yang selama ini dikenal sebagai seteru klasik Aremania. Aremania juga menggaungkan api perdamain tersebut.
Meskipun misi ini tidak mudah, tokoh Aremania itu optimistis gelombang perdamaian suporter bisa terwujud.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Hilangkan Lagu-lagu Bernada Kebencian
"Sebagai suporter saya ingin meninggalkan kenangan indah berupa perdamaian. Kasihan adik-adik kecil kita (kalau terus disuguhi perseteruan). Saya berkali-kali bilang, nyanyian hujatan yang diperdengarkan di stadion dan ditayangkan di televisi bisa menjadi racun," kata Anto Baret, kepada Bola.com.
"Nyayian kebencian itu harus dihapus. Kita semua harus mengubur dendam dan benci, di bawah kibaran kasih sayang," imbuhnya.
Anto Baret mengatakan semua elemen suporter di Tanah Air prihatin dengan tragedi di Stadion Kanjuruhan. Itulah yang memunculkan energi perdamaian.
Advertisement
Panggilan Hati Nurani
"Semuanya prihatin. Pokoknya, semua selesailah sudah, selesaikan sekarang. Apa gunanya bertengkar?" ujar Anto Baret.
"Ini sebenarnya sesuatu yang sebetulnya berat, karena masih ada duka yang mendalam. Saya kadang-kadang masih menangis sendiri, tapi tidak apa-apa."
Anto Baret menyatakan sebagai warga Malang kami tidak bisa dilarang untuk menyuarakan perdamaian suporter ini, karena merupakan panggilan jiwa.
"Kita semua harus mengikuti panggilan jiwa, energi ketulusan, mengawal kasus ini dan juga mengawal perdamaian, sampai selamanya," imbuh pria yang juga budayawan tersebut.
Alasan Yakin Perdamaian Bisa Terwujud
Anto Baret punya alasan mengapa yakin perdamaian suporter bisa terwujud. Dia merasa yakin setelah melihat gerakan perdamaian suporter di seluruh penjuru Tanah Air.
Dia menegaskan suporter tidak seharusnya bermusuhan. Rivalitas hanya terjadi selama pertandingan 90 menit.
"Lawan kita bukan suporter. Setelah melihat ratusan orang meninggal, kita tahu lawan kita bukan suporter, tapi gas air mata," sergah Anto Baret.
"Perdamaian ini Insyaallah terwujud sendiri. Apalagi gerakan-gerakan perdamaian bukan kita di sini yang menyuruh, tetapi mereka dengan kesadaran sendiri ingin damai dengan saudara sebangsa dan setanah air. Luar biasa dan terima kasih."
"Mari kita kawal perdamaian ini, karena sangat penting bagi kita semua," sambung dia.
Advertisement