Bola.com, Jakarta - Beberapa fakta baru terus terungkap mengenai Tragedi Kanjuruhan. Terbaru, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) mengungkapkan adanya penggunaan gas air mata pada tragedi usai laga antara Arema FC Vs Persebaya, Sabtu (1/1/2022).
Bukan hanya itu, Polri bahkan mengungkapkan adanya gas air mata yang sudah kadaluarsa yang tetap digunakan pada tragedi yang memakan korban ratusan orang itu.
Advertisement
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Divisi Humas Polri, Inspektur Jenderal Polisi Dedi Prasetyo. Meski ia masih terus menghitung jumlah pasti gas air mata tersebut.
"Ada beberapa yang ditemukan tahun 2021, saya masih belum tahu jumlahnya, tapi ada beberapa," kata Kepala Divisi Humas Polri, Inspektur Jenderal Polisi Dedi Prasetyo dilansir dari Antara, Senin (10/10/2022).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Klaim Tak Berbahaya
Irjen Dedi Prasetyo mengklaim bahwa penggunaan gas air mata yang telah kadaluwarsa tidak berbahaya. Sebab gas air mata kadaluwarsa semakin kehilangan efektivitasnya.
Dedi pun menggambarkan perbedaan kadaluarsa gas air mata dengan kadaluarsa pada makanan. Dedi menyebut dua benda itu memailiki sistem kadaluarsa yang berbeda.
“Ini kimia, beda dengan makanan. Kalau makanan ketika dia kadaluwarsa maka dia itu ada jamur, ada bakteri yang mengganggu kesehatan," katanya.
"Kebalikannya dengan gas air mata ini, ketika dia kadaluwarsa justru kadar kimianya itu berkurang. Sama dengan efektivitasnya,” sambung Dedi.
Advertisement
Tidak Ada Efek Serius
Lebih lanjut, Dedi menyebut gas air mata biasa pun tidak menimbulkan efek kesehatan secara serius terhadap tubuh manusia, apalagi yang kadalurasa, Meskipun jika gas itu berada dalam konsentrasi yang tinggi.
“Beliau menyebutkan bahwa, termasuk dari dokter Mas Ayu Elita Hafizah, bahwa gas air mata atau CS ini dalam skala tinggi pun tidak mematikan,” ujar Dedi.
Gas air mata diduga sebagai pemicu utama kerumunan yang panik di Stadion Kanjuruhan. Mereka yang panik itu kemudian terinjak-injak karena ingin segera menyelamatkan diri dengan cara keluar dari stadion.
Penjelasan Ahli
Dedi kemudian menyebut pihaknya sudah mendapatkan penjelasan dari para ahli menegnai gas air mata. Menurut Dedi, tak satupun yang mengatakan penyebab kematian para korban Kanjuruhan adalah gas air mata.
“Dari penjelasan para ahli yang menangani para korban, baik korban yang meninggal dunia maupun terluka, baik dokter spesialis penyakit dalam, paru, THT, dan spesialis mata tidak satu pun yang menyebutkan kematian adalah gas air mata,” ujarnya.
Para ahli tersebut, menurut Dedi berpendapat bahwa penyebab kematian para korban dalam insiden yang terjadi pada 1 Oktober 2022 itu lantara kehabisan oksigen karena saling berdesak-desakan.
“Bertumpuk-tumpukan mengakibatkan kekurangan oksigen di pintu 13, pintu 11, pintu 14 dan pintu 3. Itu yang jatuh korbannya cukup banyak,” katanya.
Advertisement