Bola.com, Jakarta - Menteri BUMN Republik Indonesia, Erick Thohir, bertemu dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino, di Doha, Qatar, Rabu (5/10/2022). Keduanya membahas duka mendalam dunia sepak bola setelah kejadian di Stadion Kanjuruhan.
Kepada Erick Thohir, FIFA menyampaikan duka cita mendalam atas Tragedi Kanjuruhan. Erick Thohir dan Infantino juga membahas banyak hal demi kemajuan sepak bola di masa depan, khususnya Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
Tujuannya agar sepak bola yang merupakan olahraga paling populer, dicintai, dan menyita animo besar dari masyarakat Indonesia, mampu menjadi kebanggaan nasional dan menjadi pilar dalam berkontribusi terhadap kemajuan bangsa.
Dalam wawancara di stasiun televisi Kompas TV, Erick Thohir membeberkan pertemuannya dengan Gianni. Berikut wawancara lengkapnya:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Awal Pertemuan dengan Presiden FIFA
Bagaimana rasanya bertemu Presiden FIFA saat kondisi sepak bola kita amburadul, ditambah ada tragedi seperti ini?
Memang tugas yang berat, saat pertama ketemu beliau, ya beliau tahulah perasaan saya, karena beliau juga kan pecinta sepak bola.
Bahkan sebelum saya masuk, saya belum berkata-kata, beliau yang menyampaikan bahwa terlepas saya juga bicara dengan Bapak Presiden, karena sebelumnya saya sudah berbicara dengan Pak Gianni Infantino lewat telepon sebelum itu, tapi waktu bertemu, beliau tahu perasaan saya.
Beliau bilang, "saya waktu kecil dibawa ke stadion sepak bola sama bapak. Dan tentu itu sebuah kebahagiaan yang tidak terlupakan."
Dia bilang kalau sampai saat itu terjadi, sesuatu yang seperti itu tidak terpikirkan oleh beliau juga, dan beliau juga terus terang berkaca-kaca karena kalau di Eropa itu bola sudah benar-benarr kehidupan.
Jadi karena beliau membuka seperti itu, saya lebih mudah membuka pembicaraan. Jadi ya memang ya sama-sama maksudnya, kita merasakan bagaimana kalau kita menjadi individu yang ada di lapangan saat itu.
Ini sudah kali kedua bertemu Presiden FIFA setelah 2015 ya?
Ya memang ini pertemuan yang kedua kali, dan keduanya juga minta tolong.
Advertisement
Perspektif Erick Thohir
Ini banyak netizen (menyarankan) enggak sekalian dihukum saja biar kapok, tapi kita juga enggak ingin sepak bola kita vakum, Bagaimana perspektif Anda?
Ya memang saya dua kali diminta Bapak Presiden, pertama 2015 atau 2016 itu. Saya tidak punya jabatan apa-apa, saya masih Presiden Inter Milan waktu itu, tapi beliau waktu itu bapak Presiden tahu, dan Beliau tahu lah saya mempunyai hubungan baik dengan tentu organisasi sepak bola di Eropa.
Kebetulan Inter Milan di Eropa dan ketika saya jadi Presiden Inter Milan, saya sebulan sekali suka konsultasi ke Pak Gianni, karena waktu itu dia Sekjen UEFA.
Memang ada kedekatan itu dan ketika waktu itu Indonesia disanksi ketika ada perbedaan pendapat antara Menpora Pak Iman (Nahrawi) dan Pak La Nyalla waktu itu. Akhirnya kita disanksi dan Presiden waktu sangat sedih karena Presiden kita senang bola sebenarnya.
Jadi waktu itu saya tidak tahu dari mana beliau mendapatkan informasinya, saya waktu itu diminta bicara baik baik. Saya hanya sebagai individu waktu itu dan alhamdulillah memang surat Presiden yang saya bawa ke Pak Gianni waktu itu diterima dengan baik, karena itu saya langsung kembali dan akhirnya terjadilah pemilihan ketua Umum PSSI yang sesuai statuta.
Paling penting itu buat FIFA sesuai dengan aturan dan berjalan baik sampai hari ini dan tentu kepercayaan dari FIFA kepada Indonesia itu sangat tinggi dimana kita menjadi tuan rumah Kejuaraan Dunia umur 20 (Piala Dunia U-20)
Memang ini kedua kali saya dimintai tolong, cuma memang pasti banyak yang berpikir kenapa saya, padahal bukan tupoksinya saya.
Tapi, sebenarnya kedekatan itulah dan kebetulan sendiri masih dipercaya menjadi IOC member, walaupun sebagai individu, saya member dari Olympic dunia yang membawahi seluruh cabang olahraga basket, bulu tangkis, sepak bola, nah memang waktu itu saya ke sana tujuannya membawa surat Presiden kita kepada Presiden IOC, untuk mengundang ke (pertemuan) G20.
Kebetulan waktu itu BUMN ada kerja sama di Inggris sesuai dengan pembicaraan Pak Presiden dengan Prime Minister Boris Johnson yang sudah tidak lagi mengenai pengembangan kendaraan listrik dan kesehatan karena waktu itu saya di sana menandatangani kerja sama antara biofarma BUMN vaksin kita dengan perusahaan Inggris ProFactor yang akan menciptakan vaksin untuk darah. Jadi ini suatu pengembangan, sama juga dengan perusahaan berbasis Inggris Arrival yang biasa membuat mobil mobil listrik kendaraan besar, itu juga kerja sama.
Jadi kebetulan saja saya ke sana lalu memang ada tujuan ke IOC hari itu. Kalau enggak salah, hari Minggu kejadiannya di Eropa jam 8-9 malam, di situ kebetulan saya lagi makan malam tapi sedang berdiskusi.
Dapat info ada 20 atau 60 (orang) begitu yang meninggal. Saya juga cukup syok ya, besok paginya saya dikontak oleh Indonesia, ditanya bisa enggak ketemu FIFA.
Ya memang saya waktu di Jenewa akhirnya bertemu perwakilan FIFA sementara, walaupun saya sudah telepon Presiden Gianni. Makanya Pak Presiden Gianni juga ada kontak dengan Presiden kita waktu itu dengan beberapa poin pembicaraan. Presiden FIFA ingin tahu lebih detail karena itu ketika selesai rapat dengan timnya, Presiden FIFA lalu mereka meminta mungkin enggak saya terbang ke Doha.
Saya kembali minta izin ke Indonesia, apakah saya diberi kesempatan untuk bicara dengan poin-poin yang sudah didiskusikan. Akhirnya dari Jenewa langsung ke Doha waktu itu untuk bertemu langsung dan kejadian pertama masing masing susah bicara. Kita sama-sama orang bola, kita punya perasaan membayangkan bagaimana kejadian itu.
Tidak Menyinggung PSSI?
Kok tidak menyinggung PSSI sama sekali Pak Presiden dalam tim transformasi sepak bola? Apa yang terjadi?
Kalau diskusi jelas. Ketika saya berdiskusi dengan FIFA, saya telepon Pak Menpora, saya telepon Ketua PSSI, bahkan Pak Mahfud saya juga telepon karena yang terpenting bahwa kejadian itu pemerintah harus hadir menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi, tapi jangan sampai berbenturan dengan aturan FIFA, statuta dan turunannya.
Bukan berarti FIFA mendiamkan kejadian itu. Sebenarnya kalau dilihat suratnya yang kemarin, sempat ditayangkan Bapak Presiden bahwa di situ jelas bahwa FIFA memberi alternatif selain memberi sanksi.
Jadi FIFA tidak memberi sanksi, di mana ada 5 poin yang harus dikerjakan bersama, di mana FIFA bersama pemerintah disitu jelas kata-kata utamanya.
Lalu ada AFC dan PSSI yang akan membentuk yang namanya transformasi sepak bola Indonesia, di mana FIFA pun akan berkantor di Indonesia dalam masa transformasi itu, dan di situ ada 5 poin yang disampaikan oleh FIFA
Satu, akan mengaudit ulang dan pemerintah pasti menyetujui di mana melihat lapangan sepak bola atau stadion sepak bola yang memang sudah layak dipakai, mana yang belum layak. Tentu yang belum layak ya tidak bisa dipakai atau harus direnovasi.
Makanya Bapak Presiden di statement kemarin jelas bahwa Bapak Presiden akan memastikan stadion-stadion yang perlu direnovasi akan diperbaiki, di mana satu konteksnya tidak boleh tercampur kedatangan pemain dan kedatangan penonton. Itu memang harus dijaga.
Memang harus dijaga, karena kita tahu pemain harus dilindungi, penonton pun harus dilindungi.
Lalu, di situ juga ada poin bagaimana FIFA dan pemerintah Indonesia harus men-training semua perangkat hukum agar sesuai dengan aturan yang sudah disepakati dunia dalam penjagaan atau pendampingan pertandingan sepak bola, baik saat (berjalan) dan sesudah (berakhir).
Di situ juga ditulis bagaimana suporter harus menjadi bagian daripada transformasi ini. Kalau suporter kita tidak mau, ya tentu tidak bisa saling menyalahkan, tidak ada kesepakatan yang menyeluruh, bagaimana sepak bola Indonesia bisa lebih baik?
Kita tidak boleh juga membiarkan adanya tawuran antara suporter yang meliibatkan anak Indonesia, masa depan Indonesia, yang akhirnya hilang di lapangan. Dan, ini sudah sering terjadi.
Nah, di situ lah kenapa FIFA menaruh suporter harus menjadi bagian transformasi sepak bola Indonesia. Kalau Inggris bisa, kenapa Indonesia enggak bisa? Inggris juga dulu sangar, dan Inggris pernah disanksi lima tahun, lho.
Itu kalau terjadi di Indonesia, sanksi lima atau sepuluh tahun saya rasa sepak bola Indonesia akan roboh. Nah, inilah yang kita jaga kenapa semua stakeholder harus sama-sama mau bertransformasi. Itu baru poin nomor tiga, bahwa suporter harus masuk menjadi database, harus terlibat, harus ini. Klub-klub dan pemiliknya juga harus terlibat.
Poin empat, ini yang lebih menarik lagi. Mungkin untuk dunia televisi akan teriak-teriak, bahwa pertandingan tidak lagi diperbolehkan di atas jam lima. Karena, di situ FIFA melihat, kenapa? Kendaraan umum. Kalau di malam hari tidak ada kendaraan umum, itu tidak menjadi bagian suporter mudah pulang, dan bisa terjadi kerumunan sehingga, bisa terjadi perseteruan.
Lalu, juga kalau tidak sinkron waktunya dengan tadi, apakah TNI/Polri. Jadi, jadwalnya ini tidak tahu, baru Minggu depan dikasih tahu, itu tidak mungkin. Karena ini yang tadi di poin nomor dua, harus menjadi bagian.
Dan, tim transformasi yang akan dibentuk itu nanti akan dibicarakan dengan Presiden FIFA dan Presiden Jokowi ketika Presiden FIFA akan hadir di Indonesia tanggal 18 Oktober. Selain Presiden FIFA akan hadir di G20, tapi, 18 Oktober ini yang terpenting, akan ada kesepakatan antara FIFA dan pemerintah.
Akan hadir ke sini langsung, ya. Ini sesuatu yang luar biasa, tidak mudah menghadirkan Presiden FIFA ke sebuah negara. Ya, dengan tentu inilah kenapa yang saya bilang kita sudah dua kali terkena seperti ini. Jangan ada yang ketiga kali. Karena sulit di mata dunia, kalau kita melakukan hal-hal yang seperti ini terulang.
Inggris pernah disanksi 5 tahun, Italia juga kena beberapa kali karena suporter? Kita tidak menyalahkan suporter, makanya suporter harus menjadi bagian transformasi. Itu jelas di Surat FIFA.
Advertisement
Mengenai PSSI
Ke mana PSSI? tanggung jawab besar mereka ini.
Sejarah kenapa Indonesia disanksi, karena FIFA melihat dua pihak yang berseteru. Nah, hari ini kenapa FIFA belum memberikan sanksi walaupun sudah disepakati. Tapi kan FIFA membuat tim transformasi, di situ akan terjadi koreksi besar-besaran dengan manajemen sepak bola Indonesia.
Saya tidak bicara konteksnya siapa dan kenapa. Saya juga tidak mau bicara dalam posisi PSSI. Karena penugasan diberikan oleh Bapak Presiden kepada saya itu kan sebenarnya seperti tadi yang saya sampaikan. Konteks pertama, saya bukan siapa-siapa. Konteks hari ini, mungkin saya siapa-siapa.
Tetapi bagaimana kecintaan daripada Bapak Presiden dan juga FIFA melihat Indonesia sebagai negara sepak bola, yang harus benar-benar mempunyai roadmap ke depan. Supaya Indonesia bisa bicara di tingkat dunia, di mana sayang sekali potensi dari Indonesia yang selama ini tidak bisa terus berkembang.
Karena itu, FIFA akan berkantor di Indonesia. Saya rasa itu sinyal yang saya rasa, tapi yang pasti FIFA punya komitmen untuk menjadi bagian transformasi sepak bola Indonesia, gitu.
Syarat FIFA
Itu semua patut diapresiasi, tapi ada beberapa sanggahan dari publik. 131 orang meninggal dan termasuk polisi 2 orang meninggal. Di luar nalar, sulit Indonesia tidak diberi sanksi FIFA. Syaratnya apa saja?
Saya tidak mau bicara hal itu, ya. Karena saya ditugaskan, saya harus hadapi, saya harus atasi. Harus disyukuri, itu saja. Memang beban saya ketika melakukan penugasan ini, pertama, dan yang sekarang, walaupun hari ini lebih berat saya harus hadapi dan atasi. Karena itu, ketika diberi penugasan, saya akan terus berbuat terbaik walau tidak mudah.
Tapi, alhamdulillah hari ini hasil yang terbaik. Tapi jelas di Surat FIFA, ya, itu dengan membentuk tim transformasi bukan berarti sanksi tidak hilang kalau mengulangi lagi di banyak hal. Di banyak hal, lho. Saya rasa kalau lihat urutannya itu macam-macam, tidak hanya pertandingan nanti.
Saya yakin FIFA juga akan mempelajari mengenai tadi, pertandingan-pertandingan sepak bola di Indonesia. Apakah ini memang bersih atau tidak. Nah ini, yang saya juga hati-hati. Karena ketika FIFA membentuk kantor di Indonesia, saya rasa ini enggak main-main.
Memang, mereka punya tujuan baik ingin mendukung sepak bola Indonesia, semua stakeholder harus hadir. Dan, saya yakin FIFA akan pakai program-program yang saya rasa cukup keras. Karena ini sebuah pembicaraan tingkat tinggi, Presiden FIFA dan Presiden negara ini. Ini jarang-jarang terjadi, saya rasa ini sejarah.
FIFA akan berkantor (di Indonesia) berapa lama?
Ya, selama transformasi sepak bola yang mereka sudah bentuk nanti berjalan, baru mereka akan tutup kantor. Saya enggak tahu berapa lama, bisa tiga bulan, bisa setahun, bisa selamanya.
Soal regulasi jangan ada yang curang
FIFA melihat ada bukti-bukti itu, karena disampaikan kepada saya. Sepertinya (sudah lama diinvestigasi), saya nggak tahu. Cuma, poin-poin itu akan menjadi pendeteksian dari FIFA.
Kalau terbukti, apa akan kena sanksi?
Saya enggak tahu. Nanti itu kan ada diskusi sendiri lah. Tapi gini, niat baik FIFA harus diapresiasi. Perjuangan dari pemerintah, ya, Pak Jokowi itu harus diapresiasi, karena tidak mudah.
Ini saya rasa yang terbaik, tetapi jangan juga kita langsung euforia, gembira. Kenapa di Surat FIFA itu masih ada delik yang namanya suspention, kenapa? Di surat FIFA itu masih ada delik yang namanya suspention.
Advertisement
Tidak Main-Main
Terpeleset sedikit FIFA enggak main-main?
Gini, konteksnya di situ tidak sanksinya, tapi bersama-sama mentransformasi sepak bola Indonesia ini luar biasa. Ini kesempatan emas buat kita, apalagi negara kita ini besar penduduknya. Potensi olahraganya besar.
Kenapa bapak Presiden mendorong bersama bapak Menpora bersama saya tentu menteri BUMN, kita punya roadmap olahraga nasional yang di mana kita mendampingi 17 cabang olahraga, termasuk sepak bola.
Nah itu kesungguhan pemerintah dalam membangun olahraga nasional. Dan saya rasa FIFA melihat Indonesia, melihat China, melihat India. Ini negara-negara yang bisa berpotensi menjadi sepak bola besar. Dalam pembicaraan, Presiden Gianni melihat bagaimana potensi Asia dan Afrika sudah terlihat sekarang. Negara-negara Afrika sudah mulai berbicara di kejuaraan dunia.
Nah Presiden Gianni punya visi Asia. Nah karena itu Indonesia adalah salah satu tujuan FIFA yang ingin tingkatkan kualitasnya. Kemarin FIFA baru saja melakukan kejuaraan FIFA Arab ya. Maksudnya kejuaraan di daerah Arab, namanya FIFA Competition. Jadi juaranya dapat Piala FIFA. Nah beliau jelaskan, ini mimpi yang ingin FIFA lakukan, setelah Afrika tentu Asia.
Beliau berulang-ulang, yang namanya Indonesia adalah negara yang potensi untuk pengembangan olahraga dalam arti kualitas. Ini saya rasa momen berharap seluruh stakeholder, suporter mau berubah, pemilik klub mau berubah, PSSI mau berubah, toh ini buat kita sama-sama. Ketika sepak bola kita ini menjadi sesuatu yang bisa dibanggakan oleh bangsa kita, persatuan terjadi.
Dan karena saya orang ekonomi, industri sepak bola Indonesia itu kontribusinya sangat besar di ekonomi. Selama ini belum maksimal. Kita ingin Indonesia secara ekonomi tumbuh setiap tahun 5 persen. Artinya, Indonesia perlu pertumbuhan ekonomi baru, salah satunya di industri olahraga.
Suporter
Selanjutnya soal suporter, pemain 12 mempunyai peran penting. Apa yang pertama kali dilakukan ke suporter?
Dari surat itu kan salah satunya kenapa jam tayang itu paling malam jam 5? Tidak lain untuk mempermudah suporter untuk mendapatkan akses publik transportasi. Kendaraan umum. Karena mereka setelah pertandingan tidak ada kendaraan umum dan menunggu berjam-jam. Itu bisa mengakibatkan frustrasi. Itu salah satunya dan ada pengawalan.
Dan pengawalan dari pihak berwajib yang sudah di-training, tahu yang mana, dan juga suporter itu wajib memasukkan database seperti di negara Eropa. Semua suporter Eropa sudah masuk database. Jadi masing-masing suporter bertanggung jawab ketika sudah di-registered. Suporter melakukan tindakan-tindakan yang sudah dikonteks kriminalitas, data itu sudah tercatat.
Jadi pembangunan dengan database digital ini akan dilakukan di situ ditulis oleh FIFA. Ini saya rasa FIFA menulis surat ini bukan kacangan. Ini bener-bener dia sudah melihat sebuah program besar yang dia sudah lihat di beberapa negara. Dan ini memang spesial buat Indonesia. Jadi jangan sampai ini kita ambil kesempatan ini.
Apa yang diharapkan pemerintah ke PSSI terkait penataan suporter ini? Ya saya rasa gini, pemerintah ada benang yang tidak bisa diambil alih 100 persen. Karena itu, di surat itu jelas FIFA bersama pemerintah. Artinya sebuah satu kesatuan.
Saya terus terang ketika membaca surat itu, yang bapak Presiden kasih lihat saya kemarin, itu saya sangat gembira. Dalam arti begini, ada harapan baru buat sepak bola Indonesia, tapi kita harus bersama-sama menjadi bagian yang merajut.
Tidak bisa tetap dikotomi ini pemerintah, ini FIFA, ini PSSI, ini klub, ini suporter, ini keamanan, ini televisinya, enggak bisa. Kalau kita mau transformasi ini harus menyeluruh. Semuanya pasti bersakit-sakit dahulu, tapi tentu hal ini yang bisa harus meningkatkan prestasi sepak bola dan juga tentu sepak bola kita secara industri. Tidak mudah ya.
Advertisement
Spesial
Spesial sekali Indonesia buat FIFA. Artinya kita tidak boleh terlena, PSSI harus tetap diminta bertanggung jawab terkait ini karena ini tugas besar?
Saya juga tidak ingin jadi orang ketiga kali diutus ke FIFA. Cukup lah. Pada 18 Oktober Presiden FIFA akan ke sini bertemu Bapak Presiden, menyepakati beberapa hal dan kita harapkan pertemuan itu hasilnya baik.
Tugas khusus pak Erick dalam tim transformasi ini ada?
Saya enggak tahu, karena saya bukan siapa-siapa.
Bapak yang bicara dengan Gianni?
Saya enggak tahu karena itu nanti pembicaraan pada 18 Oktober. Pertemuan saya dengan Presiden IOC, dia sangat prihatin sebagai IOC membawahi seluruh cabang.
Jadi kalau olimpiade ada 4 cabang, sepak bola, renang, atletik dan gymnastik. Ini yang dibilang mother sport. Jadi presiden IOC benar-benar menitipkan karena harapan kepada IOC juga tinggi. Tadi banyak korban, tapi Presiden IOC sama saya rasa, ketika saya sampaikan bahwa ini bagian sejarah yang tentu harus jadi bagian transformasi bersama.
Karena itu Presiden IOC dalam G20 akan mengutarakan beberapa pendapat. Tadi bagus buat Indonesia, tapi tragedi yang memilukan itu sangat menggerus hati kita enggak boleh terjadi lagi, ini pelajaran yang sangat berat untuk olahraga Indonesia, sepak bola Indonesia dan tentu kita kita sebagai bangsa kita.
Seperti yang disampaikan Presiden Gianni, "saya waktu kecil dibawa orang tua saya nonton sepak bola, itu merupakan kegembiraan yang luar biasa. Tapi, bayangkan Erick kalau kegembiraan itu malah terjadi peristiwa yang sekarang kita hadapi, itu konteks yang sangat dalam ya." Dia sampaikan itu.
Agak malu sebenarnya, tapi patut disyukuri juga FIFA berkantor di sini?
Namanya kita sama-sama dan saya juga sejak awal tadi menyampaikan Pak Menpora, PSSI, Pak Mahfud, ketika ada penugasan ini saya sampaikan konteks-konteksnya. Artinya apa yang saya sampaikan belum berhasil. Jadi saya perlu juga dukungan dari skateholder yang ditugaskan Presiden. Di sisi lain menjadi bagian sama-sama. Dan alhamdulillah Pak Menpora, ketua PSSI, Pak Mahfud ingin ada solusi yang baik untuk kita semua.
Pak Erick buka jalan, monggo untuk transformasi sepak bola Indonesia?
Ya ya ya bismillah.
Sumber: Kompas TV
Disadur dari: Merdeka.com (Raynaldo Ghiffari Lubabah, Muhammad Genantan Saputra, Syifa Annisa, published 10/10/2022)