Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia U-17 menelan pil pahit di pengujung Kualifikasi Piala Asia U-20 2023. Kekalahan telak 1-5 dari Malaysia, Minggu (9/10/2022) memupus harapan Arkhan Kaka dkk tampil di Bahrain tahun depan.
Kegagalan Garuda Asia bisa dikatakan sangat tragis mengingat mereka hanya butuh hasil imbang untuk memastikan posisi pertama di Grup B. Tetapi apa daya, mereka justru menjadi bulan-bulanan rival serumpun itu.
Baca Juga
Advertisement
Kelelahan dianggap menjadi biang kerok buruknya permainan Indonesia pada pertandingan yang berlangsung di Stadion Pakansari, Kab. Bogor, Minggu (9/10/2022). Mereka habis bensin setelah menyapu bersih tiga laga sebelumnya.
Timnas Indonesia U-17 sebetulnya bisa lolos andai Arab Saudi menang dengan selisih enam gol atau lebih saat berjumpa India. Sayang, negara Timur Tengah itu cuma menang 2-1.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tenaga Terkuras Habis
Pelatih Bima Sakti rupanya terlalu 'mentah' dalam turnamen se-penting ini. Alih-alih memberikan kesempatan istirahat pemain pilarnya di pertandingan ketiga kontra juru kunci, Palestina, mereka justru tampil dengan skuad terbaiknya.
Alhasil, tenaga mereka sudah terkuras habis menghadapi laga krusial kontra Malaysia. Negeri Jiran pun bermain licik dengan 'mempermainkan' pemain Indonesia di awal-awal pertandingan yang mengandalkan pressing tinggi.
Malaysia yang melihat kesempatan lantas tanpa ampun menghukum mereka. Lima gol yang tercipta di babak pertama saja membuktikan pengalaman Bima Sakti belum bisa dibandingkan dengan pelatih senior seperti Shin Tae-yong.
Advertisement
Belajar Dari Shin Tae-yong
Jika mengikuti Timnas Indonesia arahan Shin Tae-yong, ada sebuah kebiasaan yang nyaris selalu dilakukannya dalam pertandingan kedua. Ia tak segan merotasi pemain pilarnya demi menjaga kebugaran di pertandingan yang lebih krusial.
Langkah ini terbilang beresiko, tapi sejauh ini mampu menaikkan martabat Merah Putih di pentas Internasional. Timnas Indonesia senior dan Timnas Indonesia U-20 berhasil dibawanya ke Piala Asia setelah sekian tahun.
Hal ini yang tak tampak dari Indonesia di babak kualfikasi kemarin. Pelatih Bima Sakti seolah ragu-ragu memberikan kesempatan kepada pemain lain untuk berkontribusi lebih banyak sepanjang perhelatan ini.
Â
Skuad Tak Merata?
Berbeda dengan Shin Tae-yong yang tak kesulitan mendapatkan pemain terbaik untuk skuadnya, Bima Sakti menghadapi tantangan yang lebih rumit. Walaupun kompetisi kelompok umur musim lalu tetap berjalan, sepertinya banyak hal yang membuatnya ragu.
Dalam daftar 23 pemain yang masuk skuadnya, ia juga memanggil pemain-pemain yang tak bermain dalam Elite Pro Academy (EPA). Pemain macam Habil Abdillah, M. Nabil Asyura hingga M. Riski Afrisal didapatkan dari PPLP (Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar) ataupun tim amatir.
Ini memberikan isyarat bila ia tak punya cukup banyak kualitas dalam skuadnya. Hal inilah yang mungkin membuatnya tak mengubah hampir seluruh skuad terbaiknya sepanjang pertandingan empat yang melelahkan.
Â
Advertisement
Transformasi Taktik
Berbeda dengan Shin Tae-yong yang menggunakan skema tiga bek. Pelatih Bima Sakti masih terpaku dengan skema dasar 4-3-3 yang turun temurun menjadi ciri khas tim kelompok umur dalam satu dekade terakhir.
Sejatinya tak ada yang salah dengan pilihan tersebut. Asalkan pemain memahami prinsip permainan yang akan dikembangkan, siapapun yang dimainkan tentu tak akan mengalami kesulitan berarti.
Tetapi bila menilik permainan kontra Malaysia, banyak sekali lubang dalam permainan Indonesia. Buruknya lagi, pelatih asal Balikpapan itu tak segera bereaksi setelah timnya kebobolan dua gol cepat lewat serangan balik sempurna.
Bahkan, Indonesia seperti tak memiliki rencana untuk mengejar ketertinggalan. Mereka tetap bermain seperti biasanya tanpa membuat perubahan taktikal berarti seolah pertandingan masih sama kuat.