Sukses


Wawancara Ketua Panpel Arema Abdul Haris: Kontroversi Tiket, Gas Air Mata, Pintu 13, dan Sindiran untuk PSSI

Bola.com, Malang - Ketua Panitia Pelaksana (Panpel) Arema FC, Abdul Haris, ditetapkan sebagai satu dari enam tersangka tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022, yang merenggut korban meninggal sebanyak 132 orang. 

Polri telah menetapkan enam orang tersangka yakni Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB) AHL, Ketua Panitia Pelaksana AH, Security Officer SS, Kabagops Polres Malang WS, Danki 3 Brimob Polda Jawa Timur H, dan Kasat Samapta Polres Malang BSA.

Abdul Haris dianggap lalai menjalankan tugasnya sebagai Ketua Panpel pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang. 

Bukan kali ini saja Abdul Haris harus terlibat kasus pelik. Pada 2010, dia pernah kena hukuman yang tidak kalah berat. Saat itu, dia dihukum sebagai panpel Arema yang lalai sehingga penonton meluber saat pertandingan melawan Persema Malang. Arema kena hukuman denda Rp50 juta dan satu kali pertandingan tertutup, alias tanpa penonton. Hukuman itu dijatuhkan pada 21 Januari 2010. 

Ternyata, sehari setelahnya Abdul Haris mencoba menyuap Komdis PSSI. Fakta itu terungkap di sidang Komdis pada 4 Februari 2010. 

Abdul Haris kemudian dihukum tidak boleh beraktivitas di sepak bola Indonesia selama 20 tahun karena mencoba menyuap Komdis PSSI dan melakukan pencemaran nama baik. Namun, setahun berselang, pada 2013 ia sudah kembali menduduki jabatan ketua Panpel karena dualisme PSSI. 

Kali ini, Abdul Haris juga kembali tersandung di Tragedi Kanjuruhan yang sangat mengguncang Indonesia. Dia sudah menjalani pemeriksaan di polisi. 

Sama seperti lima tersangka lainnya, Abdul Haris dijerat dengan Pasal 359 dan Pasal 360 KUHP terkait kesalahan yang menyebabkan kematian. Kemudian, mereka juga dijerat Pasal 103 dan Pasal 52 UU RI Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan.

Dalam perbincangan dengan Bola.com di kantor Arema, Kota Malang, Rabu (12/10/2022), Abdul Haris menjawab tentang yang terjadi saat Tragedi Kanjuruhan. Berikut jawaban lengkap ketua panpel Arema tersebut. 

Konten-konten liputan khusus Cover Story Kanjuruhan lainnya bisa Sahabat Bola.com nikmati dengan mengklik tautan lain. Berbagai kisah humanis dan investigatif kami rangkum dan sajikan secara eksklusif untuk mengurai tragedi kemanusiaan seusai laga Arema FC Vs Persebaya yang menelan banyak korban jiwa. 

 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 8 halaman

Proses Perizinan Pertandingan Arema Vs Persebaya

Bagaimana proses perizinan untuk pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya pada 1 Oktober 2022? 

Dari sisi persyaratan sebuah event, kami sudah sesuai prosedur. Jadi panpel Arema menyampaikan surat izin rekomendasi kepada Kapolres Malang (AKBP Ferli Hidayat, yang sudah dicopot dari jabatannya), yaitu izin rekomendasi dan bantuan keamanan. Sudah kami sampaikan sebagai persyaratan, disertai izin penggunaan stadion, rekomendasi dari Satgas Covid, juga dari PT LIB. Semua sudah kami lampirkan.

Dalam perjalanannya, Kapolres keberatan pertandingan digelar malam hari. Akhirnya dilayangkan surat tanggal 13 September 2022 kepada Panpel Arema agar pertandingan melawan Persebaya dilaksanakan pada pukul 15.30 WIB.

Langsung kami sampaikan ke PT LIB sesuai surat dari Kapolres agar pertandingan dimajukan sore hari. Pada 26 September 2022, dari PT LIB ada surat yang isinya supaya pertandingan tetap dilaksanakan sesuai jadwal semula pukul 20.00 WIB.

Selanjutnya koordinasi pengamanan menjelang pertandingan seperti apa?  

Untuk mengakomodasi semua aspirasi pada Kamis malam itu, kami kumpul. Dari manajemen Arema ada Pak Ali Fikri (Manajer Arema), ada saya, menggelar rapat koordinasi bersama Aremania.

Hasil koordinasi, yang pertama tidak ada sweeping mobil atau sepeda motor plat L. Yang kedua, Aremania tidak mau kehadiran suporter Bonek karena ada perjanjian pada 2006, antara Bonek dan Aremania tidak saling mengunjungi ketika laga away.

Yang ketiga Aremania akan menyambut kedatangan Aremania luar kota yang akan nginep di Stadion Kanjuruhan dan juga ada beberapa konsumsi yang akan disediakan, kita tempatkan di beberapa ruko.

Dalam perkembangannya kami juga diundang Pak Kapolres berkaitan dengan rakor pengamanan, saya diundang juga pada Jumat di Polres.

Saat itu ada dua rakor. Yang rakor pengamanan dengan Kabagop beserta jajaran pengaman, dengan Kodim, Brimob, dan perwaklan OPD Pemda. Kami juga rapat koordinasi, ngopi bareng dengan Kapolres dengan jajaran match steward, kepolisian dari pamdal pintu-pintu, Aremania, di lapangan Polres di Kepanjen.

Saat itu Kapolres menyampaikan besok pada big match, petugas di lapangan jangan sampai melakukan pengamanan berlebihan. Saya juga menyampaikan jangan sampai penembakan gas air mata terjadi lagi.  

Sebagaimana pada 2018 itu (penembakan gas air mata) telah terjadi ketika Arema melawan Persib, ada korban 214 orang dan satu orang meninggal. Kejadian itu menjadi catatan kita jangan sampai itu diulangi.

Saya sampaikan juga di hadapan Kapolres, Kabagops, pamdal (satuan pengamanan dalam) pintu-pintu, pengamanan jangan sampai berlebihan, karena ini sensitif sekali. Kalah menang kami serahkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Saya bilang seperti itu.

Saya kemudian bertanya kepada Pak Kapolres soal izin pertandingan. Beliau menjawab 'Oke, pertandingan bismillah digelar malam pukul 20.00 WIB'. Akhirnya surat izin turun pada 29 Oktober dan izin dari Polda juga turun pada 30 Oktober 2022. 

 

3 dari 8 halaman

Tiket Pertandingan Melebihi Kuota?

Bagaimana soal jumlah tiket yang dicetak untuk pertandingan Arema FC kontra Persebaya Persebaya?  

Saat ditanya Pak Kapolres 'Pak Haris, berapa jumlah tiket yang terjual?' Saya jawab tiket sudah sold out, kami cetak 42 ribu sekian, kisaran 43 ribu. Pak Kapolres kemudian meminta saya untuk mengirim WA ke beliau setelah Salat Jumat. Petugas yang menangani tiket juga diminta datang ke Polres, Kapolres ingin minta konfirmasinya. 

Setelah Salat Jumat, manajer tiket, Mas Adi Ismanto, menghadap Kapolres bersama tiga anggotanya. Beliau membawa bukti fisik tiket buat pertandingan, kemudian menghadap KabagOps dan Kasat Intel.  

Kapolres minta tiket tercetak hanya 38 ribu sekian karena sesuai kapasitas Stadion Kanjuruhan. Setelah itu, di grup WhatsApp (yang berisi komunitas Aremania) sore itu saya sampaikan permohonan maaf sesuai surat dari Kapolres soal pembatasan tiket sebanyak 38.000, harus ada pemotongan tiket untuk kuota masing-masing komunitas Aremania, dipotong 12,5 persen. Grup WA langsung ribut. 

Kapolres menelepon saya. Dia bilang 'Pak Haris, maksud saya tiket yang sudah cetak untuk pertandingan Arema Vs Persebaya enggak usah dipotong karena sudah terlanjur. Tiket boks juga sudah dipesan'. 

Terus laporan dari Adi Ismanto, 'Pak Haris mohon maaf ini dari Pak Kapolres masih belum ada instruksi tiket dipotong'.  

Saya bilang, kita tunggu saja. Akhirnya setelah jam 4 sore saya telepon Pak Dimas (Adi Ismanto). Dia mengatakan 'Saya sampaikan tiketnya dari 43 ribu kan yang mau dijual 38 ribu, sisanya mau diserahkan kepada Pak Kapolres, tapi beliau tidak mau.'

Saya bilang 'ya sudah jual saja semua seperti itu'. Kami mengikuti saja sebetulnya. Tiket terjual (untuk laga Arema FC Vs Persebaya) sesuai dengan arahan 42.516. 

Selanjutnya ketika pertandingan tiket terjual seperti biasa,  ada tiket box, tiket mitra kerja, dan di rekanan. Kami pastikan bahwa yang ke stadion adalah yang sudah membawa tiket. 

Apakah ada instruksi setelah itu? 

Pada menit-menit awal pertandingan saya bilang kepada jajaran pintu, agar semua yang bertiket dimasukkan. Mereka juga sama minta mengantisipasi agar penonton jangan sampai meluber ke sentel ban (lintasan tepi lapangan) atau ke dalam lapangan. Pintu 15 menit sebelum pertandingan selesai juga harus sudah dibuka, sesuai SOP harus ada di situ semuanya (petugas).  

Dan setiap pintu itu ada match stewart 7 orang dari tim saya. Kepolisian satu kapolsek dan jajarannya. Itu jaga satu pintu-satu pintu. 

Belum lagi pintu pintu besar itu dijaga dari tentara, dari kodim, dan zipur. 

 

 

4 dari 8 halaman

Korban Berjatuhan

Bagaimana kondisi saat pertandingan? 

Pertandingan sampai menit terakhir tidak ada keributan. Bahkan sampai 90 menit plus 7 menit, pertandingan aman. Berarti dari sisi kelebihan tiket tidak ada masalah, penonton tidak meluber. Kalau memang itu terjadi kelebihan meluber dan desak-desakan.

Pada waktu itu menit 97 plus 3 menit sampai 5 menit, tugas ketua panpel adalah harus memastikan bahwa pemain dan ofisial harus sudah masuk dan terevakuasi. Jadi pada waktu itu saya harus memastikan kondisi pemain Persebaya. Saya teriak 'ayo cepat-cepat, masuk rantis'.

Saya pastikan di pintu, pemain Persebaya sudah semua masuk. Kemudian saya keluar ke lorong dalam lapangan, di situ saya melihat beberapa pemain Arema yang belum masuk. Saya teriaki supaya cepat masuk dan minta tolong ke match stewart untuk meminta pemain cepat masuk. 

Apa yang terjadi setelah itu?  

Setelah itu pemain Arema cepat-cepat masuk, masih ada beberapa yang tertinggal di lapangan. Tapi di situ sudah ada asap gas air mata, sudah mulai sesak. Mata saya perih waktu itu. Akhirnya saya masuk ke dalam. 

Sambil melihat keadaan saya keluar di hall, di pintu keluar, ternyata di situ sudah bergelimpangan adik-adik saya, dulur-dulur saya, sudah banyak yang enggak bisa napas. Bahkan saya menggerak-gerakkan kakinya, maksud saya apa dia pingsan. Ternyata sudah enggak bisa gerak. Saya bersama tim dari RS Wava Husada juga dari tim medis, dan dokter tim Arema membawa korban-korban ke ruang ganti dan hall.

Saya lihat di situ sudah tidak muat, bahkan di musala sudah bergelimpangan seperti pindang, suasananya memang mengerikan (mendadak Abdul Haris menangis terisak di hadapan Bola.com).

Kami tidak bisa berbuat banyak karena permasalahannya adalah napas. Dokter bahkan tidak bisa berbuat banyak, meskipun mencoba memompa bagian dada korban dengan tangan. Saya lihat ada korban di pintu ruang ganti pemain, ketika saya pegang kakinya sudah dingin. Saya diberi tahu tim medis dari Wava kalau orang itu sudah meninggal. 

Apa yang Anda lakukan setelah itu? 

Saya keluar lagi ke lapangan. Di luar itu sudah bergelimpangan korban-korban. Ada yang enggak bisa napas. Saya cari ambulans, tetapi banyak yang tertahan. Saya teriak kepada aparat, 'Tolong ini, demi kemanusiaan. Tolong Pak, saya minta tolong ini masih banyak korban di pintu 13 dan 12. Mari kita evakuasi.'

Mereka bilang waktu itu masih menunggu perintah dari atasan. Saya bilang tidak perlu perintah-perintah. Saya teriak supaya mengangkut korban pakai truk, truk tentara dari Zipur. Korban yang di dalam dan luar saya masukkan ke truk, ada empat truk.

Akhirnya saya ketemu Pak Kapolres dan minta evakuasi korban secepatnya pakai ambulans. Saya susuri ke selatan pintu 13 dan 12, kelihatannya sudah banyak korban yang tak bergerak (meninggal). Saya membopong tiga orang, padahal saya sendiri sudah pengap enggak bisa napas dan mau pingsan. 

Saya duduk di emperan, setelah itu saya masuk, sudah Masya Allah (Abdul Haris kembali menangis terisak), mayat semuanya. Aremania berteriak minta tolong. Saya bengong saja. Apa yang bisa saya perbuat? Ini kejadian luar biasa. Saya kemudian susuri lagi, banyak korban yang diangkut truk. Saya minta tolong supaya dikerahkan truk sebanyaknya untuk mengangkut korban-korban ke rumah sakit. 

Saya susuri emperan dari pintu 14 ke 12 masih banyak yang luka-luka, kakinya patah tidak bisa berdiri. Saya bilang yang kakinya patah kebetulan saya bawa terapis Pak Agus. Dia yang akan melakukan terapi, karena memang ahli terapis untuk patah tulang. 

Akhirnya enam korban itu yang kakinya patah, empat diantaranya bisa berdiri. Ada yang tangannya patah, kakinya patah, banyak digotong, dievakuasi. Saya minta supaya Pak Agus keliling terus, cari yang korban patah tulang yang bisa dibantu.

Konten-konten liputan khusus Cover Story Kanjuruhan lainnya bisa Sahabat Bola.com nikmati dengan mengklik tautan lain. Berbagai kisah humanis dan investigatif kami rangkum dan sajikan secara eksklusif untuk mengurai tragedi kemanusiaan seusai laga Arema FC Vs Persebaya yang menelan banyak korban jiwa. 

 

5 dari 8 halaman

Penyebab Banyak Korban Meninggal

Mengapa begitu banyak korban berjatuhan? 

Saya pikir ini pemicunya adalah gas air mata. Jadi pada 2018 penembakan gas air mata ini sudah pernah terjadi (pada laga Arema vs Persib di Stadion Kanjuruhan). Saya juga sudah mengingatkan. Tetapi, kali ini kenapa gas air mata bisa membuat sesak. Saya melihat korban yang meninggal itu tubuhnya biru-biru. Ada juga dua petugas polisi yang meninggal. 

Saya minta maaf kepada dulur-dulur semua Aremania, suporter sepak bola, bahwa ini adalah tanggung jawab moral yang harus saya pikul. Saya tidak bisa menyelamatkan, tidak bisa melindungi teman-teman dulur Aremania, bahkan keponakan saya sendiri jadi korban. Satu yang saya mohon, untuk mengusut setuntas-tuntasnya gas air mata.

Gas air mata apa yang dipakai, apakah yang sudah expired atau gas air mata yang harusnya tidak boleh dipergunakan. Yang kedua adalah visum korban yang meninggal, otopsi. Untuk korban yang masih ada di rumah sakit dan belum sembuh, saya mohon pihak terkait, terutama pemerintah, harus segera melakukan penanganan yang intensif agar mereka segera sembuh, tidak menjadi sakit yang terlalu berlarut-larut.

Bagaimana soal pintu 13 yang dikatakan terkunci? 

Hasil investigasi dari teman-teman match stewart yang jaga, itu pintu terbuka. Waktu itu kan saya di pintu pemain, pintu lorong. Pak Suko selaku security officer, memastikan pintu 13 terbuka. Di situ kan juga ada polisi, jadi tidak mungkin pintu itu tertutup. Bisa dipastikan terbuka, di situ ada polisi dan match stewart, karena setiap pintu penanggung jawabnya mereka, ada juga TNI di pintu-pintu besar. 

Ini kan jadi perdebatan, sebenarnya jika gas air mata biasa seperti 2018, kenapa evakuasi bisa berjalan? 

Saya saja kena di tengah lapangan enggak langsung (gas air mata), sudah sesak, susah, apalagi dalam keadaan panik, mata sudah tidak bisa lihat, berjejal-jejal, ada yang jatuh. Pertanyaannya kenapa gas air mata ditembakkan ke gate 13, gate 12, padahal yang ricuh di tengah lapangan? Di tengah lapangan tidak ada korban. 

Siapa yang menembakkan gas air mata? 

Secara nyata saya tidak tahu, karena panpel hanya koordinator saja untuk jalannya pertandingan. Pengamanan jadi domain kepolisian. Yang match steward di sentel ban dan pintu-pintu ada di kendali saya melalui security officer. Saya gak mengurus semuanya. Saya sudah menyampaikan SOP kepada Pak Suko, pintu 18, saat 15 menit harus terbuka, penanganan enggak boleh berlebihan, karena bisa memicu kericuhan. Gas air mata di luar kewenangan saya. 

 

 

6 dari 8 halaman

Pertandingan Berisiko Tinggi

Anda merasa dikorbankan dalam kasus ini? 

Ini adalah tragedi kemanusiaan. Kalau memang tidak ada yang mengambil tanggung jawab, saya sambil tanggung jawab. Ini tanggung jawab moral, walaupun apapun yang terjadi di luar kapasitas kewenangan saya. Di kepanpelan ini banyak tenaga suka rela, bukan profesional, kami dengan Arema tidak ada SK, hanya diusulkan. Ke depan kalau mau profesional harus disiapkan SDM walaupun kita ada workshop. Dari sisi sini kami kolektif, oke ada ketua panpel, tetapi ada kapolres sebagai pengampu keamanan, tidak ada intervensi, berapa jumlah keamanan, kita gak bisa mengatur, itu kewenangan kapolres. 

Pernahkan ada pemberitahuan dari PT LIB soal Kanjuruhan tidak bisa gelar pertandingan dengan risiko tinggi? 

Tidak ada. Mulai 2008 sudah beberapa kali pertandingan (berisiko tinggi). Bahkan kemarin pada Piala Presiden (2019) ketika Arema melawan Persebaya, tiket yang terjual lebih besar dari ini, 42.900. Kemudian saat melawan Persija (Liga 1 2022/2023), penontonnya 42.000. Melawan Persib (Liga 1 2022/2023), itu juga sama penontonnya segitu, enggak ada apa-apa kan.

Sekarang yang jadi pertanyaan, pemicunya apa kok kali ini korban banyak. Saat Arema melawan Persib Bandung pada 2018 juga ada penembakan gas air mata, tapi suporter bisa dievakuasi. Pintu 13 juga jebol semua, banyak korban patah tulang, tapi kan tidak banyak yang meninggal, 1 orang yang meninggal, korban banyak yang luka-luka.

Yang perlu diusut tuntas adalah gas air mata. Di situ kuncinya, tidak ada yang lain kok. Enggak perlu soal pintu, dari dulu SOP begitu, pintu yang dibuka ya itu. Walaupun semua pintu dibuka, tapi kalau gas air mata ditembakkan ke pintu-pintu evakuasi, saya enggak ada jaminan. 

 

 

7 dari 8 halaman

Tuntut PSSI Ikut Bertanggung Jawab

Apakah Anda merasa PSSI harus ikut bertanggung jawab di tragedi Kanjuruhan ini? 

Sebagai induk organisasi seharusnya secara moril iya. Kami di bawah pimpinan PSSI, ya harusnya juga gentle-lha, ikut tanggung jawab, PSSI juga ada andil kalau terjadi keributan dan kegagalan seperti itu. Jangan lepas tangan gitu dong. Adanya pertandingan ini kan juga dari PSSI, PT LIB. Mereka harusnya ambil tanggung jawab dong, wong kita ini seharusnya sudah melaksanakan SOP semuanya, pertandingan juga sudah clear selesai. 

Apakah Anda dihubungi secara khusus oleh Ketua PSSI setelah kejadian? 

Tidak ada. Seharusnya kita ini sebagai anak, anggota, ada empati, dikuatkan seperti apa. Bukan malah (Ketua Umum PSSI) langsung bilang itu bukan tanggung jawabnya. Saya ambil tanggung jawab ini. Tapi jangan seperti itulah, kami ini berduka, kami bukan pelaku. Kami ini juga jadi korban.

Rasa empati itu perlu, melindungi anaknya atau seperti apa. Bukan semua menghukum, ini panpel. Memang tanggung jawab saya harus terima sebagai bentuk moral saya sebagai ketua panpel. Saya juga mengikuti proses hukum, kami jalani. 

Apakah Anda merasa dikhianati oleh PSSI?  

Saya tidak merasa dikhianati. Sebagai tanggung jawab saya laksanakan. Jika mereka tidak punya jiwa ksatria ya itu urusan mereka. Saya tidak pernah memikirkan orang lain, yang saya pikirkan korban, bagaimana bisa terselamatkan, keluarga korban diberikan ketabahan, ini kan tragedi kemanusiaan. 

 

8 dari 8 halaman

Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan

Apa harapan Anda tentang kasus ini? 

Saya minta kasus ini diusut tuntas, jangan sampai ada yang ditutup-tutupi, bongkar semuanya. 

Apa sebenarnya yang terjadi? Gas air mata ini juga harus diusut tuntas, gas air mata apa yang dipakai? Korban di rumah sakit itu harus diambil cek darah. Yang meninggal juga harus diotopsi. Nanti akan jelas apa penyebabnya, bukan pintu atau SOP atau verifikasi stadion yang sudah teruji. 

  • Tim peliput: Yus Mei Sawitri, Iwan Setiawan, Okie Prabowo, Bagaskara Lazuardi

Konten-konten liputan khusus Cover Story Kanjuruhan lainnya bisa Sahabat Bola.com nikmati dengan mengklik tautan lain. Berbagai kisah humanis dan investigatif kami rangkum dan sajikan secara eksklusif untuk mengurai tragedi kemanusiaan seusai laga Arema FC Vs Persebaya yang menelan banyak korban jiwa. 

 

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer