Sukses


2 Dekade Kepemimpinan di Tubuh PSSI: Prestasi Iwan Bule Paling Moncer Dibanding 6 Pendahulunya

Bola.com, Jakarta - Sepak bola adalah olahraga paling digandrungi manusia di planet Bumi. Tak salah ada anggapan umum, bila sepak bola merupakan olahraga rakyat.

Karena kepopuleran cabang si kulit bundar inilah siapapun sangat tertarik memimpin Federasi Sepakbola. 

Di Indonesia, PSSI bagaikan wanita cantik yang molek. Tiap agenda Kongres pergantian kursi Ketua Umum banyak orang tergiur memperebutkannya.

Tidak heran, selama dua dekade terakhir, kursi Ketum PSSI selalu panas. Upaya makar dan melengserkan Ketum PSSI dari singgasananya sering terjadi, bila sang Ketum dianggap gagal memberi prestasi di level Timnas. 

Bola.com coba merangkum jejak rekam prestasi para Ketum PSSI selama dua dekade terakhir. 

 

 

 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 7 halaman

1. Nurdin Halid

Pria asal Makassar ini salah satu dari dari 18 orang Ketum yang cukup lama memimpin PSSI. Tepatnya, Nurdin Halid duduk di kursi panas itu selama dua periode pada 2003-2011. 

Dia menjabat selama delapan tahun seperti pernah dilakukan Artono Martosoewignyo 1941-1949 dan Azwar Anas pada 1991-1999.

Nurdin Halid bersama Artono dan Azwar Anas menempati urutan di bawah Maladi (1950-1959) dan Soeratin Sosrosoegondo (1930-1940).

Meskipun Nurdin Halid memegang jabatan Ketum PSSI selama sewindu, namun tak banyak prestasi dia persembahkan untuk Timnas Indonesia. 

Di era Nurdin, Timnas Indonesia sempat gagal lolos dari fase grup pada AFF 2007. Di pentas Asia, timnas Indonesia ikut berpartisipasi di Piala Asia 2005. Sayang, langkah Ponaryo Astaman dkk. hanya terhenti di fase grup.

Timnas Indonesia kemudian masuk ke putaran final Piala Asia 2007 lantaran terpilih sebagai tuan rumah. Ketika itu, Indonesia menjadi tuan rumah bersama dengan Vietnam, Malaysia, dan Thailand.

Lagi, Timnas Indonesia hanya bisa berpartisipasi hingga fase grup. Timnas Indonesia finis di urutan ketiga di bawah Arab Saudi dan Korea Selatan. 

Kekecewaan pencinta Timnas Indonesia dan kegaduhan kompetisi domestik memantik reaksi pelengseran Nurdin Halid. Di masa inilah jadi bibit perpecahan sepakbola Tanah Air.

 

 

 

3 dari 7 halaman

2. Djohar Arifin Husain

Djohar Arifin Husain terpilih sebagai Ketua Umum PSSI pada tahun 2011 silam, untuk memimpin dalam empat tahun ke depan atau hingga tahun 2015. 

Djohar adalah salah satu nama alternatif untuk kelompok 78 (voter), menyusul pelarangan FIFA terhadapa dua nama calon lainnya yakni George Toisutta dan Arifin Panigoro. 

Dalam kepemimpinannya, lagi-lagi PSSI belum banyak berubah untuk membuat sepak bola Indonesia berprestasi. Di era Djohar, Timnas Indonesia dua kali gagal di Piala AFF 2012 dan 2014. Piala Asia tak mampu lolos ke putaran final. 

Timnas U-23 pun demikian. SEA Games 2011 dan 2013, dua-duanya hanya berakhir sebagai runner up. Di Asian Games 2014, babak belur di 16 besar.

Di Timnas U-19, baru berhasil menjadi juara pada Piala AFF U-19 2013. Tapi, Timnas itu sejatinya bentukan dari pengurus lama, sebelum Djohar melakukan perombakan besar-besaran pengurus.

Setelah perombakan itu, Timnas U-19 justru menurun dan gagal lolos ke Piala Dunia U-20 2015. Yang lebih mirisnya lagi, sepak bola era Djohar kacau karena ada dualisme kepengurusan (KPSI) dan juga dualisme liga dan Timnas Indonesia.

 

 

4 dari 7 halaman

3. La Nyalla Mattalitti

La Nyalla Mattalittiy terpilih pada tahun 2015 silam. Sayang, saat La Nyalla menjabat dirinya belum bisa berbuat banyak untuk sepak bola Indonesia, karena masa kepemimpinnya terbilang singkat, yaitu hanya sekitar satu tahun.

La Nyalla lengser pada tahun 2016, padahal masa jabatannya baru berakhir 2019. 

Hal tersebut dikarenakan terjadi kekisruhan di tubuh pengurus PSSI, hingga akhirnya Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi mengambil langkah tegas dengan membekukan kepengurusan La Nyalla.

Alhasil, campur tangan pemerintah ini mendapat respon dari FIFA yang langsung menjatuhi sanksi karena dianggap ada intervensi. 

 

5 dari 7 halaman

4. Edy Rahmayadi

Di era Edy Rahmayadi dirinya juga dianggap gagal memimpin organisasi induk sepak bola nasional itu. Karena tidak ada prestasi membanggakan dalam dua tahun masa jabatannya berjalan. 

Timnas Indonesia tersingkir di ajang Piala AFF 2018, karena hanya mampu finis di peringkat keempat dalam klasemen akhir Grup B, dibawah Thailand, Filipina dan Singapura.

Kemudian di level kelompok umur, Timnas Indonesia U-23 gagal meraih medali emas di ajang SEA Games 2017, dan Asian Games 2018. 

Timnas Indonesia U-19 juga gagal mencapai target untuk juara ataupun tembus semifinal di Piala Asia U-19. 

Satu-satunya prestasi yang membuat wajah sepak bola Indonesia tersenyum di era kepemimpinan Edy Rahmayadi adalah, ketika Timnas Indonesia U-16 asuhan Fakhri Husaini juara Piala AFF U-16 pada Agustus 2018 lalu.

Serangkaian kegagalan tersebut membuat publik geram, dan meminta mantan Pangkostrad itu untuk mundur dari kursi panas Ketua PSSI.

 

 

 

6 dari 7 halaman

4. Joko Driyono dan Iwan Budianto

Dua sosok ini ketiban durian runtuh saat menduduki kursi Ketum PSSI. Joko Driyono menggantikan posisi Edy Rahmayadi yang dipaksa mundur lewat mosi tidak percaya para anggota PSSI pada Kongres Bali. 

Jokdri, panggilan karib alumnus ITS Surabaya, juga tak lama sebagai Ketum PSSI. Dirinya divonis bersalah karena didakwa merusak barang bukti dalam investigasi Satgas Mafia Bola. 

Sedangkan Iwan Budianto sebagai Waketum terpaksa naik pangkat menjalankan peran Joko Driyono. Kedua sosok ini tak mencatat prestasi untuk Timnas Indonesia, karena masa jabatannya yang sangat singkat. 

 

7 dari 7 halaman

5. Mochamad Iriawan

Era Iwan Bule, panggilan akrab, Mochamad Iriawan, banyak gebrakan dilakukan untuk Timnas Indonesia.

Seolah tak mau kalah dibanding Edy Rahmayadi yang mendatangkan Luis Mila untuk memoles Timnas Indonesia, Iwan Bule pun mengontrak Shin Tae-yong guna menangani Timnas Senior dan Kelompok Umur.

Di tangan Iwan Bule dan Shin Tae-yong, Indonesia mampu meraih trofi di timnas U-16. Selain itu, Timnas Indonesia juga lolos ke Piala Asia, baik tim senior dan tim U-19.

Di sisi lain, di eranya pula Indonesia akan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 serta mendatangkan pelatih kelas dunia pada diri Shin Tae-yong. 

Video Populer

Foto Populer