Bola.com, Jakarta - Nama pemain asal Brasil, Adilson Maringa menjadi satu-satunya kiper asing yang berkiprah di Liga 1 2022/2023. Ia sudah berseragam Arema FC sejak musim lalu.
Adilson Maringa menjelma sebagai salah satu kiper terbaik di kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Sementara sebagaian besar klub di Indonesia enggan memakai kiper asing karena dianggap sebagai sebuah pengorbanan besar.
Baca Juga
Advertisement
Mereka lebih memprioritaskan kuota 4 pemain asing untuk posisi stoper, gelandang, dan striker. Hal itu karena dianggap kontribusinya dirasa lebih besar untuk tim.
Namun jika melihat jauh ke belakang, beberapa klub di Indonesia pernah menggunakan kiper asing, dengan kontribusinya untuk tim ternyata cukup besar. Punya performa apik, membuat mereka menorehkan catatan-catatan impresif.
Kali ini Bola.com mengulas kiprah para kiper asing yang sempat menghiasi Liga Indonesia. Yuk simak daftarnya di bawah ini.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Mbeng Jean Mambalou (Kamerun)
Dia pertama datang ke Indonesia saat musim 1997/1998. Kiper asal Kamerun ini membela tim ibukota, Persija Jakarta.
Mbeng Jean datang di usia yang masih muda, 19 tahun. Teriakan lantang jadi ciri khasnya di lapangan. Dia terlihat cerewet ketika lawan mendekati pertahanannya. Begitu juga saat lawan dapat peluang lewat tendangan bebas atau sudut.
Performanya bersama Persija tergolong apik. Puncaknya, dia memberikan gelar juara Liga Indonesia musim 2001. Dia melengkapinya dengan catatan Persija jadi tim yang paling sedikit kemasukan. Hanya 18 gol di musim itu.
Mbeng Jean membela Persija selama empat musim. Setelah itu dia hengkang ke PSPS Pekanbaru dan PSMS Medan. Setelah pensiun, Mbeng tidak lagi tinggal di Indonesia. Dia kini berdomisili di Perancis.
Advertisement
Zeng Cheng (China)
Kiper asal China ini membela Persebaya Surabaya saat masih berusia 18 tahun di musim 2005. Dia datang dengan status pinjaman dari klub kasta tertinggi China, Wuhan Guanggu. Tujuannya agar Zeng dapat jam terbang lebih banyak. Sebenarnya, meminjam kiper muda dari tim China bukan hal yang biasa.
Tapi sepertinya Persebaya melihat kualitas Zeng sudah layak untuk bermain di Liga Indonesia ketika masih belia. Sedangkan klubnya, Wuhan Guanggu melihat sang kiper punya potensi. Sehingga mereka hanya melepas dengan status pinjaman.
Di Persebaya sebenarnya dia punya beban tersendiri. Karena dia menggantikan kiper senior Indonesia, Hendro Kartiko. Tapi dia bisa menjawab kepercayaan sebagai kiper utama dengan penampilan konsisten. Zeng tampil di Liga Indonesia dan Liga Champions Asia. Namun dia tak sempat memberikan gelar untuk tim berjuluk Bajul Ijo ini.
Setelah satu musim di Persebaya, ternyata Zeng punya karier menanjak. Dia mulai dapat kesempatan main di tim asalnya, Wuhan Guanggu. Ketika klubnya terdegradasi pengujung musim 2008 dia ditampung Henan Jianye. Tahun 2013 karirnya makin menanjak setelah direkrut raksasa China, Guangzhou Evergrande. Sejak 2009 lalu, Zeng mulai dapat panggilan membela Timnas China.
Shintaweechai Hathairattanakool (Thailand)
Dia jadi kiper Thailand pertama yang bermain di Indonesia. Karena untuk posisi di luar kiper, ada beberapa nama asal Thailand. Seperti Suchao Nuchnum, Yutachak Usaphorm dan masih banyak nama lainnya. Kosin datang ke Persib musim 2005. Waktu itu statusnya sebagai salah satu kiper timnas Thailand.
Di Persib, dia langsung jadi pujaan. Bukan hanya wajahnya yang tampan, tapi juga performanya gemilang. Musim 2005 dia tak bisa memberikan gelar untuk Persib. Bahkan tim Maung Bandung tak lolos ke babak delapan besar.
Tapi di musim 2009 dia kembali lagi pada paruh musim. Waktu itu dia tampil dalam 14 pertandingan di ISL. Di kesempatan kedua, Persib ada di posisi ketiga klasemen akhir.
Sampai saat ini, nama Kosin tampaknya masih melekat di publik Bandung. Meski tak memberikan prestasi mentereng, dia dianggap sebagai salah satu pemain asing yang tampil apik dan dapat banyak pujian.
Advertisement
Evgeny Khmaruk (Moldova)
Dia jadi penerus Mbeng Jean sebagai kiper asing Persija. Khmaruk didatangkan dari Moldova musim 2007/2008. Posturnya yang hampir 2 meter menunjangnya jadi kiper tangguh Persija.
Performanya bisa dibilang cukup bagus. Dia punya reflek dan jangkauan bola di atas rata-rata.
Waktu itu Khmaruk mulai dibandingkan dengan Mbeng Jean. Jakmania, fans Persija melihat kualitas dua kiper asing ini setara. Bedanya, Khmaruk belum sempat membawa Persija jadi juara. Justru karirnya bisa dibilang berakhir tragis.
Karena dia mendapatkan sanksi akibat bersitegang dengan pemain asing Cristian Gonzales dalam babak delapan besar Liga Indonesia lawan Persik Kediri. Khmaruk tidak terima dengan Gonzales yang melakukan pelanggaran kepada rekannya di Persija, Abanda Herman. Insiden ini membuatnya disanksi Komdis PSSI.
Tahun berikutnya, Khmaruk masuk dalam daftar hitam pemain yang tidak direkomendasikan untuk dikontrak klub Indonesia. Hal itu membuat Persija harus melepasnya.
Yoo Jae-hoon (Korea Selatan)
Bisa dibilang dia adalah kiper asing tersukses di Indonesia. Dia pertama kali datang di Indonesia musim 2010 untuk membela Persipura Jayapura. Dia berhasil merasakan tiga kali gelar juara kasta tertinggi kompetisi tanah air. Dua kali saat masih bernama ISL dan satu gelar lainnya di ISC 2016. Tiga gelar itu diraihnya ketika membela Persipura.
Yoo dikenal sebagai kiper tangguh ketika 6 musim bermain di tanah Papua. Kebetulan waktu itu Persipura juga punya materi pemain bagus. Generasi Boaz Salossa dkk muncul waktu itu. Yoo sendiri memberikan ketenangan di bawah mistar. Hanya di musim 2015 dia sempat pergi ke Bali United semusim. Setelah itu Yoo kembali membela Persipura.
Performanya mulai turun saat dia dilepas ke Mitra Kukar musim 2018. Musim berikutnya Yoo pergi ke Barito Putera dan pensiun di sana. Saat ini, dia masih betah tinggal di Indonesia. Karena dia masuk dalam tim pelatih Timnas Indonesia yang dimpimpin Shin Tae-yong.
Advertisement