Bola.com, Jakarta - Iwan Setiawan merupakan pelatih di Indonesia yang kerap terlibat kontroversi. Kepemimpinannya yang tegas kerap membuatnya tak disenangi oleh suporter tim yang sedang ditanganinya.
Cerita terbesar terjadi saat ia membesut Persebaya Surabaya pada 2017. Iwan menjadi 'musuh terbesar' arek-arek Suroboyo lantaran tak sanggup menahan diri menghadapi massa yang melakukan aksi provokatif di depannya.
Advertisement
Tersulut emosi, pria asal Medan itu melakukan tindakan di luar nalar selepas kekalahan Persebaya di markas Martapura FC (kini Dewa United). Ia mengacungkan jari tengah dan mengajak salah satu pentolan suporter itu untuk berkelahi setibanya di Surabaya.
Aksinya sontak memicu gelombang protes yang lebih besar. Bonek, julukan suporter Persebaya yang telah mengetahui hal tersebut bahkan sempat menunggu kehadirannya di Bandara Juanda yang terletak di Sidoarjo.
"Barangkali saya satu-satunya pelatih di Indonesia yang pernah mengalami ini. Bonek menunggu saya, bahkan sampai beberapa kilometer di Bandara Juanda. Semua bahasa seperti Iwan out sampai gantung Iwan, ada semua," kenangnya dilansir dari Youtube Sport 77.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Penerbangan Lain, Pindah ke Hotel, Dikawal Marinir
Saat itu, Iwan Setiawan jadi orang yang paling dicari seantero Surabaya. Untuk menjamin keamanannya, manajemen Persebaya bahkan sampai harus menyewa bodyguard untuk selalu mengawalnya.
"Akhirnya karena saya terancam, manajemen bilang kalau saya harus pakai penerbangan yang tidak sama dengan tim. Jadi kepulangan ke Surabaya tertunda dan harus pakai pesawat berikutnya," ujarnya.
"Ini yang menarik, saya jadi pelatih di Indonesia yang dikawal sama bodyguard selama di Surabaya. Jadi kemana saya pergi, saya diikutin dua marinir yang berpakaian preman."
"Saya pindah dari apartemen mes Persebaya ke hotel bintang lima. Di sana ada connecting door. Itu bodyguard marinir satu berjaga di muka pintu dan satunya tidur. Itu ganti-gantian sepanjang hari."
Advertisement
Kebaikan Bos Persebaya, Azrul Ananda
Iwan Setiawan mengaku terharu saat mengingat kembali momen tersebut. Sebab, ia merasa sangat dilindung oleh manajemen Persebaya terutama sang presiden, Azrul Ananda.
"Alhamdulillah, saya ketemu orang hebat. Ini yang saya salut sampai sekarang. Saya terharu kalau cerita ini, bagaimana jiwa kepemimpinan seorang Azrul Ananda dia luar biasa, selalu protect saya," kenangnya.
Dalam momen mencekam tersebut, Azrul Ananda tetap berpikir realistis untuk tak buru-buru memecat Iwan Setiawan. Gelar pramusim Piala Dirgantara serta progres tim yang terus meningkat, membuatnya tak punya alasan kuat.
"Tetapi akhirnya Bonek bilang jari tengah ini dipermasalahkan sebagai bentuk tidak respek kepada suporter. Azrul masih tahan saya dan bikin konferensi pers seolah saya kena denda 100 juta dari manajemen," ungkapnya.
"Sampai akhirnya, manajemen enggak bisa ngomong lagi karena ada surat dari Kapolda. Mereka tidak bisa lagi menjamin keselamatan saya. Akhirnya manajemen angkat tangan."
Klarifikasi Iwan Setiawan
Iwan Setiawan mengaku tak pernah memiliki masalah dengan Bonek. Jari tengah yang dipermasalahkan itu sejatinya bukan ditujukan kepada mereka, melainkan oknum petinggi Bonek yang merongrong kepemimpinannya.
"Jadi perlu saya klarifikasi, sebetulnya konflik itu bukan dengan Bonek tetapi oknum petingginya Bonek. Saya tahu orangnya karena berdiri di muka mobil saya. Saya tahu orang itu kalau ngomong depan saya baik-baik. Tetapi dia itu orang yang jadi provokator di belakang layar," jelasnya.
"Saya marah sama dia dan bilang kita berkelahi di Surabaya. Sampai akhirnya viral saya kasih jari tengah. Akhirnya digoreng sama media mereka seolah-olah saya enggak respek sama Bonek."
"Saya tahu betul orang-orang itu siapa, tetapi enggak usah disebutin. Cuma yang jelas petinggi Bonek. Itu luar biasa konfliknya."
Advertisement