Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia tak pernah kehabisan stok pemain sayap. Banyak yang pemain di posisi itu yang berhasil menembus kompetisi Eropa dan Asia.
Belakangan pemain berposisi bek sayap yang berhasil mencuri perhatian. Yakni Pratama Arhan dan Asnawi Mangkualam. Keduanya moncer bersama Timnas Indonesia sekaligus mengantarkan karirnya menembus kompetisi Korea Selatan dan Jepang.
Baca Juga
Advertisement
Kali ini, Bola.com membahas secara khusus para pemain yang berposisi sebagai bek kiri. Kebetulan, Arhan jadi pemain terbaru Indonesia yang mencoba peruntungan di negara lain.
Pratama Arhan dikontrak klub kasta kedua Jepang, Tokyo Verdy sejak awal 2022. Meski saat ini dia baru tampil dalam satu pertandingan, setidaknya Arhan diperhitungkan di kompetisi Asia.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Full-back Modern
Memasuki usia 20 tahun, Pratama Arhan sudah tak tergantikan sebagai bek kiri Timnas Indonesia senior. Kini dia sudah memiliki 22 caps bersama tim besutan Shin Tae-yong. Selain itu, dia mengoleksi tiga gol, dua di Piala AFF 2020 dan satu gol di FIFA Matchday. Statistik yang tergolong apik.
Tiga gol yang dicetaknya bersama Timnas Indonesia jadi indikasi dia bek kiri modern. Yang tugasnya tak sekedar bertahan. Tapi juga aktif membantu serangan.
Selain itu, ada satu lagi spesialisasi Arhan. Yakni lemparan bola yang jauh. Beberapa kali lemparan bola yang dilakukan jadi umpan matang untuk striker yang ada didepan gawang lawan.
Jika melihat dua puluh tahun terakhir, sebenarnya ada beberapa nama bek kiri punya nama besar di Timnas Indonesia. Siapa saja para senior Arhan?
Advertisement
Ortizan Solossa
Bek kiri asal Papua ini berkarir di kompetisi Indonesia pada 1997-2014. Namun kariernya mulai menanjak ketika bermain untuk PSM Makassar musim 2000. Bisa dibilang namanya tidak sebesar adik kandungnya, Boaz Solossa. Namun waktu itu, Ortizan merupakan salah satu bek kiri terbaik di Indonesia.
Puncaknya saat dia membela Persija Jakarta musim 2004/2005. Saat itu juga dia dipanggil membela Timnas Indonesia. Dia tampil di Piala Tiger (sekarang Piala AFF) 2004.
Saat itu pula adik kandungnya, Boaz muncul bersama Timnas. Jadi, Ortizan bisa berkolaborasi dengan baik dengan adiknya yang jadi pemain sayap waktu itu.
Di masa jaya, Ortizan jadi bek kiri yang agresif. Dia kuat bertahan dan punya fisik prima saat membantu serangan. Hanya saja kariernya tidak terlalu lama di Timnas Indonesia.
Ketika membela Arema musim 2006-2008, dia tidak terpanggil lagi membela Merah Putih. Tapi karirnya dia sempat membela empat tim besar. Seperti PSM Makassar, Persija Jakarta, Arema dan Persipura Jayapura.
M. Nasuha
Setelah era Ortizan Solossa, ada satu bek kiri modern yang luar biasa. Yakni M. Nasuha. Kariernya muncul saat bermain di Timnas Indonesia U-20.
Di tahun 2008 dia makin dikenal ketika membela tim besar Sriwijaya FC. Dua musim di sana, Nasuha ditarik Persija Jakarta musim 2010/2011. Bisa dibilang dia pemain serbabisa. Selain jadi bek sayap, dia juga andal ketika mendapat tugas sebagai gelandang.
Nasuha mulai masuk Timnas Indonesia di tahun 2009. Performanya di Piala AFF 2010 yang paling diingat pecinta sepak bola tanah air. Dia melengkapi skuat tangguh bentukan pelatih Alfred Riedl.
Nasuha bisa berkolaborasi apik dengan Okto Maniani, Irfan Bachdim dan lainnya. Nasuha mencetak gol di final kedua Piala AFF melawan Malaysia. Sayang, Timnas Indonesia gagal jadi juara.
Waktu itu Nasuha digadang-gadang bakal punya karier panjang. Apalagi dia direkrut tim besar lainnya Persib Bandung di musim 2011. Namun apesnya, dia mengalami cedera lutut parah. Sehingga dia harus menjalani operasi.
Namanya tenggelam setelah itu. Tahun 2014, dia sempat punya kans comeback bersama Persib. Tapi cedera lututnya seperti tak pernah pulih. Sehingga dia memutuskan pensiun dini musim 2015. Waktu itu usianya masih 31 tahun.
Advertisement
Abduh Lestaluhu
Bek kiri yang satu ini juga punya talenta luar biasa. Dia kuat bertahan dan menyerang. Dia memulai kariernya bersama Persija Jakarta musim 2013. Karirnya terus menanjak dan mulai jadi anggota Timnas Indonesia U-23.
Setelah itu, dia harus membela PS TNI yang kini jadi Persikabo. Karena Abduh masuk sebagai anggota TNI. Kariernya tetap apik meskipun bermain untuk tim medioker. Di tahun 2016, dia mulai jadi bagian Timnas Indonesia senior. Di tahun pertamanya dia jadi pemain inti di Piala AFF 2016.
Sayang, Indonesia kalah di final saat melawan Thailand. Abduh jadi salah satu pemain yang disorot. Karena dia menerima kartu merah di final kedua yang berlangsung di Thailand. Dia menendang bola ke bench Thailand karena merasa dipermainkan ketika hendak mengambil bola.
Hanya saja kiprahnya bersama Timnas Indonesia tak terlalu lama. Terakhir dia tampil di Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia pada 2019 lalu. Setelah itu posisinya mulai digeser Pratama Arhan. Sebenarnya dari segi pengalaman, Abduh masih diperhitungkan. Namun kecepatannya sudah tak seperti lima tahun silam.