Bola.com, Jakarta - Deretan gelandang datang dan pergi memperkuat Timnas Indonesia dalam 20 tahun terakhir. Mereka mencoba memberikan kontribusi maksimal dalam membela negara di kancah internasional.
Namun, tak banyak yang bisa bertahan lama di skuad Timnas Indonesia. Juga memberikan kesan menarik kepada penggemar sepak bola Indonesia.
Baca Juga
Gelandang Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Akan Sangat Indah jika Bisa Melawan Belanda dan Tijjani di Piala Dunia 2026
Erick Thohir Blak-blakan ke Media Italia: Timnas Indonesia Raksasa Tertidur, Bakal Luar Biasa jika Lolos ke Piala Dunia 2026
Erick Thohir soal Kemungkinan Emil Audero Dinaturalisasi untuk Timnas Indonesia: Jika Dia Percaya Proyek Ini, Kita Bisa Bicara Lebih Lanjut
Advertisement
Gelandang-gelandang ini dirasa cukup spesial. Mereka bisa tetap mencuat di tengah banyaknya gempuran gelandang asing di kompetisi dalam negeri.
Bola.com mengumpulkan lima gelandang terbaik Timnas Indonesia dalam 20 tahun terakhir. Simak ulasannya di bawah ini.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Ponaryo Astaman
Ponaryo Astaman menarik perhatian pada awal tahun 2000-an. Namun, ia baru mendapatkan debut di Timnas Indonesia senior pada September 2003.
Popon, begitu ia akrab disapa memiliki kemampuan yang unik. Ponaryo mirip dengan Bima Sakti yang juga pernah memperkuat Timnas Indonesia di era yang berbeda.
Ia dibekali kemampuan yang bagus sebagai gelandang bertahan. Namun, kemampuannya dalam menembak dari jarak jauh juga sangat bagus.
Ponaryo hanya mencetak dua gol dari 61 caps bersama Timnas Indonesia. Namun, satu gol yang ia cetak ke gawang Qatar pada Piala Asia 2004 akan terus dikenang.
Advertisement
Firman Utina
Firman adalah seorang gelandang sayap di awal kariernya. Belakangan ia terus berkembang menjadi gelandang serang jempolan.
Firman Utina pernah lama menjadi andalan di lini tengah Timnas Indonesia. Sosok asal Manado yang kini sudah berusia 41 tahun ini mendapatkan kesempatan 66 kali membela Timnas Indonesia.
Salah satu penampilan terbaik Firman bersama Tim Merah-Putih terjadi pada Piala AFF 2010. Saat itu ia meraih gelar pemain terbaik.
Meski saat itu Firman juga gagal membawa Timnas Indonesia menjadi juara di Piala AFF 2010. Garuda kalah dari Malaysia di partai puncak.
Stefano Lilipaly
Lilipaly bisa dikatakan sebagai salah satu pemain paling komplet yang pernah memperkuat Timnas Indonesia. Lilipaly memamg paling nyaman dimainkan di posisi nomor 10.
Namun, pemain keturunan Belanda ini memiliki kemampuan sama bagusnya di beberapa posisi lain. Sebut saja seperti winger kanan maupun kiri.
Lalu ada penyerang nomor sembilan. Fano juga beberapa kali tampil cukup baik ketika dimainkan sebagai gelandang tengah.
Sejauh ini Stefano Lilipaly sudah memiliki 27 caps bersama Timnas Indonesia. Sudah tiga gol yang dicetak pemain tersebut.
Advertisement
Evan Dimas
Evan Dimas sempat menjadi fenomena menarik di dunia sepak bola Tanah Air ketika ia berhasil membawa Timnas Indonesia U-19 menjadi juara Piala AFF U-19 2013.
Evan pun dengan mulus menembus skuad Timnas Indonesia senior setahun kemudian. Di usianya yang baru 27 tahun, Evan sudah mengumpulkan 43 caps dan 11 gol untuk Garuda.
Namun, saat ini Evan Dimas tengah berjuang memperbaiki performanya. Ia juga belakangan kerap bermasalah denga kebugaran.
Evan kini memperkuat Arema FC. Ia harus bekerja sangat keras untuk kembali bisa mendapatkan tempat di skuad Timnas Indonesia.
Marc Klok
Marc Klok belum ada satu tahun menjadi pemain naturalisasi. Keputusan untuk menaturalisasi pemain satu ini dirasa tepat.
Klok yang memiliki posisi asli sebagai gelandang bertahan memiliki kemampuan yang cukup baik. Termasuk ketika bertahan dan mendistribusikan bola.
Satu lagi kemampuan unik yang dimiliki Klok adalah, kepiawaiannya mengeksekusi bola mati. Entah itu tendangan bebas, sudut, atau penalti.
Rasa-rasanya tidak ada pemain Timnas Indonesia yang memiliki ketenangan dalam mengekesekusi penalti seperti Marc Klok setelah era Bambang Pamungkas.
Advertisement