Sukses


Dua Pemain Timnas Indonesia yang Jadi Korban Eksperimen Shin Tae-yong: Tak Bermain di Posisi Asli, Kurang Maksimal Deh

Bola.com, Jakarta - Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, memang kerap kali melakukan eksperimen reposisi pemain. Beberapa di antaranya memang cukup sukses, tetapi ada pula yang justru gagal tampil maksimal.

Salah satu yang bisa masuk barometer kesuksesan itu barangkali ialah Rachmat Irianto. Pada Kualifikasi Piala Asia 2023 lalu, ia sempat diplot Shin Tae-yong untuk mengisi posisi wingback kanan Timnas Indonesia.

Hasilnya memang cukup oke. Meskipun lebih sering bermain sebagai gelandang bertahan, Rian mampu menjalankan tugasnya dengan baik dengan membantu sisi defensif dan ofensif sama baiknya.

Pada laga kontra Kuwait, misalnya, pemain Persib Bandung mampu mencetak satu gol dan satu assist. Namun, eksperimen reposisi yang dilakukan Shin Tae-yong tak selamanya membuahkan hasil manis.

Saddil Ramdani dan Yakob Sayuri menjadi korbannya. Kedua pemain ini diberi tugas untuk bermain di posisi yang tak biasa mereka mainkan ketika bentrok melawan Vietnam pada laga leg kedua semifinal Piala AFF 2022.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 6 halaman

Kejutan yang Tak Memuaskan

Asisten pelatih Persis Solo, Rasiman, mencoba menjelaskan perubahan posisi yang dilakukan Shin Tae-yong terhadap dua pemain sayap Timnas Indonesia tersebut.

Bagi Rasiman, memasang Yakob Sayuri di posisi nomor delapan alias gelandang tengah untuk menemani Marc Klok merupakan sebuah kejutan. Sebab, Yakob lebih sering bermain sebagai sayap kanan atau bek kanan.

“Timnas Indonesia bermain dengan skema 3-5-2. Yakob Sayuri secara mengejutkan bermain di posisi nomor delapan menemai Marc Klok. Saddil Ramdani juga bermain di depan sebagai striker bersama Dendy Sulistyawan,” kata Rasiman saat berbincang dengan Bola.com, Selasa (10/1/2023).

3 dari 6 halaman

Mobilitas Tak Sesuai Tugas

Akibat perubahan posisi itu, performa Saddil dan Yakob jadi tak maksimal. Rasiman mengatakan, hal ini disebabkan oleh pergerakan kedua pemain yang tak sesuai dengan tugasnya.

Performa yang tak optimal ini sebetulnya cukup bisa dipahami lantaran keduanya adalah pemain sayap. Sehingga, secara natural, mobilitasnya akan melebar ke sisi sayap.

“Kalau dilihat, Saddil pergerakannya justru ke mana? Ke kanan, wilayah di mana dia biasa beroperasi. Itu menjadi masalah karena dia memang posisi naturalnya di sayap kanan,” ujarnya.

“Jadi, ketika dia dipasang sebagai striker, maka secara natural pergerakannya akan melebar ke kanan. Yakob Sayuri dipasang sebagai gelandang, tetapi pergerakannya ke mana? Ke sayap juga. Jadi dalam hal ini bukan salah pemain,” imbuhnya.

4 dari 6 halaman

Strategi Reposisi yang Dipertanyakan

Pelatih yang kini tengah menempuh kursus lisensi kepelatihan AFC Pro itu mengatakan, perubahan posisi yang dilakukan Shin Tae-yong memang patut dipertanyakan.

Sebab, untuk level tim nasional, pemain-pemain yang dipanggil ialah nama-nama yang terbaik di posisinya. Sehingga, ketika seorang pelatih memasang pemain sayap untuk beroperasi sebagai gelandang, itu menjadi pertanyaan besar.

“Kan sebetulnya masih ada yang lain, misalnya, Ricky Kambuaya. Tadi, Kambuaya bermain di babak kedua dan dia cukup baik,” ujar Rasiman

“Seburuk-buruknya performa Kambuaya, jika dia bermain sebagai gelandang tetap saja lebih baik ketimbang Yakob Sayuri. Karena itu adalah posisi naturalnya,” lanjutnya.

5 dari 6 halaman

Butuh Waktu Kuasai Tactical Movement

Pelatih asal Banjarnegara itu juga menegaskan, seorang pesepak bola membutuhkan waktu apabila mendapatkan tugas baru untuk bermain di posisi yang kurang akrab mereka mainkan.

Sebab, ada aspek tactical movement yang harus dipahami seorang pemain. Dengan kata lain, mereposisi Saddil dan Yakob adalah sebuah perjudian, apalagi dilakukan pada laga semifinal.

“Akhirnya, Yakob Sayuri habis juga di posisi gelandang, karena dia kurang memahami tactical movement-nya seorang gelandang,” katanya.

“Memang butuh waktu. Sebagus apa pun seorang pemain, kalau dia dipasang di posisi yang bukan naturalnya, apalagi di partai semifinal, menurut saya itu adalah perjudian,” imbuhnya.

6 dari 6 halaman

Level Timnas Vs Klub

Menurut juru taktik berusia 49 tahun itu, keputusan Shin Tae-yong memang patut dikritisi. Sebab, sebagai pelatih di level tim nasional, wewenangnya berbeda dengan pelatih-pelatih di level klub.

Pelatih tim nasional berhak memilih seluruh sumber daya pemain yang tersedia, sedangkan pelatih di level klub hanya dibatasi oleh materi pemain yang dimiliki.

“Soal pemanggilan pemain, tim nasional kan berbeda dengan klub. Karena klub bisa saja memasang pemain seadanya karena keterbatasan sumber daya,” ujarnya.

“Kalau tim nasional kan tidak, mereka punya kans untuk memanggil siapa saja. Kenapa pelatih tim nasional memanggil pemain di posisi gelandang, tetapi tidak memainkan dia dan justru memasang seorang sayap. Itu kan menjadi pertanyaan besar.”

“Do you really understand how to select the player or not? Terlepas dari hal itu, sebetulnya tidak masalah juga karena Shin Tae-yong lebih tahu tentang kondisi pemainnya,” pungkasnya.

Video Populer

Foto Populer