Bola.com, Jakarta - Kegagalan Timnas Indonesia melangkah ke puncak Piala AFF 2022 patut disesali. Sebagai finalis edisi sebelumnya, Piala AFF 2020, tentu ada harapan bisa melihat skuad Garuda bisa mencapai level yang sama dan berjaya pada edisi kali ini.
Dengan skuad yang bisa dikatakan lebih mentereng, nyatanya Jordi Amat dkk. bermain tidak terlalu menawan. Skor telak 7-0 atas Brunei Darussalam di fase grup pun bukan hal yang patut dibanggakan dari Timnas Indonesia.
Baca Juga
Skuad Timnas Indonesia yang Gagal di Piala AFF 2024 Awalnya Diproyeksikan untuk Pertahankan Medali Emas di SEA Games 2025
Pengakuan Pelatih Filipina, Beruntung Bisa Lolos ke Semifinal Piala AFF 2024 usai Mempermalukan Timnas Indonesia
Anak Baru di Timnas Indonesia Minta Maaf Gagal Lolos ke Semifinal Piala AFF 2024: Ini Bukan Hasil yang Kami Inginkan
Advertisement
Lihat saja bagaimana permainan mereka saat nyaris ditahan imbang Kamboja dalam laga perdana. Hal serupa juga terjadi saat mereka gagal atasi Thailand karena kesalahan-kesalahan kecil.
Banyak kemudian yang berandai-andai, skuad Piala AFF 2020 tetap dipertahankan. Mereka menganggap pemain yang terasingkan justru memiliki potensi membawa Timnas Indonesia meraih kejayaan perdana di Asia Tenggara.
Bola.com mencoba mengulas efek ketiadaan empat pemain Timnas Indonesia edisi sebelumnya di Piala AFF 2022. Apa benar mereka sangat berpengaruh? Berikut ulasan selengkapnya:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Ramai Rumakiek
Awalnya, pemain asal Papua ini dianggap memiliki potensi sebesar Boaz Solossa. Pada usia yang sangat muda, Ramai Rumakiek berhasil menembus Timnas Indonesia.
Penampilannya pun sejatinya juga tak mengecewakan. Ia sanggup mencetak gol dalam laga debutnya kontra Chinese Taipei dalam playoff kualifikasi Piala Asia 2023.
Bermain di sayap kiri, ia sudah terkoneksi sempurna dengan Pratama Arhan. Kombinasi ini yang kemudian hilang dan membuat tumpuan serangan lebih sering dilakukan dari sisi berseberangan.
Advertisement
Alfeandra Dewangga
Entah apa alasan terbesar pelatih Shin Tae-yong meninggalkan Alfeandra Dewangga. Sekalipun sempat memiliki masalah di kehidupan pribadinya, permainannya masih terbilang stabil.
Seperti halnya, Rachmat Irianto, pemain asal PSIS Semarang ini merupakan pemain hybrid. Ia bisa bermain sebagai bek tengah dan gelandang bertahan, dan itu membuatnya sangat menguntungkan dari segi taktikal.
Ia pun tampil sangat cemerlang di edisi Piala AFF sebelumnya. Memungkinkan lini tengah lebih solid hingga melaju jauh sampai partai final.
Irfan Jaya
Pemain asal Bantaeng ini sejatinya winger favorit Shin Tae-yong pada awal masa kepelatihannya di Indonesia. Irfan Jaya sanggup mencuri hati pelatih asal Korea Selatan tersebut dengan aksinya di lini depan.
Walau tak memiliki postur menjulang, Irfan Jaya merupakan pemain yang sangat licin pergerakannya. Ia merupakan sosok pemain cerdas yang tak hanya mengandalkan kecepatan.
Sayangnya, ia tak bisa ikut di turnamen kali ini. Ia masih harus melakukan recovery setelah menderita cedera parah saat menghadapi mantan timnya, Persebaya Surabaya.
Advertisement
Elkan Baggott
Pelatih yang akrab disapa STY tersebut pasti merindukan sosok Elkan Baggott. Pemain yang tengah berkarier di klub Inggris, Gillingham FC, itu merupakan salah satu pilar di pertahanan timnya.
Sayangnya, Piala AFF 2022 bukanlah turnamen yang masuk kalender FIFA. Alhasil, tak ada kewajiban untuk klubnya melepas pemain berpostur 194 sentimeter itu dalam gelaran kali ini.
Padahal, ia bisa jadi solusi saat Indonesia mendapatkan bola mati. Entah dari sepak sudut, tendangan bebas atau lemparan ke dalam yang dilemparkan Pratama Arhan.