Bola.com, Yogyakarta - Kompetisi Liga 2 2022/2023 resmi dihentikan setelah mandek selama kurang lebih empat bulan pasca Tragedi Kanjuruhan Malang 1 Oktober 2022. Penghentian tersebut diputuskan dalam Rapat Komite Eksekutif (Exco) PSSI di kantor PSSI, GBK Arena, Kamis (12/1/2023).
Ada tiga faktor yang melatarbelakangi keputusan tersebut. Salah satunya adanya permintaan dari sebagian besar klub Liga 2 yang menginginkan kompetisi tidak dilanjutkan.
Baca Juga
Advertisement
Baru-baru ini beredar surat dan tanda tangan palsu 20 owner klub Liga 2 yang menyatakan setuju kompetisi dihentikan. Lantas, pihak-pihak yang merasa dirugikan pun mulai angkat bicara. Mereka secara tegas menyatakan bahwa pihaknya tidak ikut menandatangani dokumen tersebut.
PSCS Cilacap, Persipal Palu, Persiba Balikpapan dan Karo United telah mengeluarkan klarifikasi resmi soal rumor yang beredar. Sebaliknya mereka justru setuju Liga 2 dilanjutkan dengan sistem apapun, baik home-away maupun bubble.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Masuk Ranah Pidana
Kegaduhan yang terjadi mendapat respons dari CEO PSIM Yogyakarta, Bima Sinung Wodagdo. Bima Sinung menyarankan kepada seluruh klub yang dirugikan untuk segera menempuh jalur hukum. Sebab, pemalsuan tandatangan merupakan tindak pidana.
"Kalau memang benar ada pemalsuan atau manipulasi dari surat tersebut, ya itu sudah masuk ranah pidana menurut saya ya. Pihak-pihak yang merasa dirugikan bisa melaporkan tindakan hukum," ujar Bima Sinung kepada Bola.com Sabtu (14/1/2023) siang.
"Menurut kami bahkan format yang saya baca tuh teks asli, bahwa ada kalimat yang menurut saya tendensius. Sudah tendensius pada saat itu kami putuskan enggak ikut-ikutan dengan cara seperti itu dan tidak mau tandatangan," katanya menambahkan.
Advertisement
Supaya Jelas
Menurut Bima Sinung langkah hukum sebaiknya ditempuh supaya kebenaran bisa terungkap. Mengingat, kata Bima, saat ini para klub malah saling curiga, menuding satu sama lain.
"Itu di grup sudah ramai pihak-pihak yang merasa ditipu, menuduh salah satu klub Liga 2 yang melakukan. Daripada saling tuduh kan, dikonfirmasi klarifikasi alasannya apa dan dibuktikan bahwa itu ada pemalsuan," ucap dia.
"Cara seperti ini sudah keterlaluan kalau memang ada pemalsuan. Masak iya untuk mencapai satu tujuan tertentu rela melakukan hal-hal seperti itu.Kalau orang-orang itu masih terlibat di sepak bola Indonesia, ya hancurlah kita mau jadi apa," lanjut pria asal Jakarta itu.
Berjuang Demi Kebenaran
Dengan beredarnya tandatangan palsu, Bima Sinung pun mempertanyakan kredibilitas surat penghentian liga tersebut. "Saya pertanyakan kembali masih valid enggak kalau yang dijadikan dasar pertimbangannya ternyata surat palsu?," katanya.
Lebih lanjut, mantan CEO Sulut United tersebut mengatakan bahwa saat ini pihaknya terus melakukan koordinasi dengan sejumlah klub yang merasa dirugikan. Mereka bertekad untuk memperjuangkan keadilan serta kebenaran.
"Kita berhak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Paling utama transparansi. Jumlahnya berapa klub yang setuju dan tidak setuju liga dilanjutkan? Apa benar 20? Kalau sekarang yang 20 ditanya lagi pasti berubah, bisa jadi yang benar-benar tidak mau lanjut tinggal 10 klub," tutur Bima Sinung.
"Kalau memang alasan keuangan ya jujur saja, PT LIB sempat bilang soal dana cuma kalau keuangan kenapa Liga 2 sampai tidak bisa bergulir. Kemarin kan kalau sistem bubble tidak bisanya, sekarang kan stadion sudah bisa dipakai dan hasil verifikasi oke," katanya lagi memungkasi.
Advertisement